Saturday, April 7, 2012

SOLUSIO PLASENTA


2 SOLUSIO PLASENTA
  1. Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat janin di atas 500 gr.

  1. Etiologi
Etiologi dari solusio belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek, defisiensi gizi, merokok, konsumsi alkohol, penyalah gunaan kokain, umur ibu yang tua.

  1. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.

Pohon masalah
Trauma
Perdarahan ke dalam desidualbasalis
Terbelah & meninggal lapisan tipis pada miometrium
Terbentuk hematoma desidual
Penghancuran plasenta
Ruptur pembuluh arteri spinalis desidua
Hematoma retroplasenta
Pelepasan plasenta lebih banyak
Uterus tidak mampu berkontraksi optimal
Darah mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban
Syok hipovolemik

  1. Klasifikasi
Menurut derajat lepasnya plasenta:
1.      Solusio plasenta partsialis
      Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat pelekatnya.
2.       Solusio plasenta totalis
      Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya.
3.       Prolapsus plasenta
      Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.


Menurut derajat solusio plasenta dibagi menjadi :
1.    Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agk sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba
2.    Solusio plasenta sedang
      Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba tegang.
3.    Solusio plasenta berat
      Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock.

  1. Manifestasi Klinis
1.    Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin.
2.    Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
3.    Pemeriksaan obstetri
Nyeritekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.
4.    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.
ü  Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
ü   USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.

  1. Komplikasi

1.    Langsung (immediate)
a)    Perdarahan
b)    Infeksi
c)     emboli dan syok abtetric.
2.    Tidak langsung (delayed)
a)    couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum.
b)     hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.
c)     nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia
d)    kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.
3.    Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koalugopati konsumtif (kadar fibrinogen kurang dari 150 mg % dan produk degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal, gawat janin, kelemahan janin dan apopleksia utero plasenta (uterus couvelar). Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat badan lahir rendah da sindrom gagal nafas.

  1. Penatalaksanaan
a.        Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi .
b.        Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri , tidak melakukan senggama , menghindari eningkatan tekanan rongga perut.
c.        Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan . berikan cairan peroral .
d.         Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi / syk akibat perdarahan . pantau pula BJJ & pergerakan janin .
e.         Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah, bila tidak teratasi , upayakan penyelamatan optimal . bila teratsi perhatikan keadaan janin .
f.           Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama . bila renjatan tidak dapat diatasi , upayakan tindakan penyelamatan optimal
g.        Setelah syk teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari 6 cm pecahkan ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm lakukan seksio sesarea .
h.         Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu /taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr . penganganan berdasarkan berat/ ringannya penyakit yaitu :
a) Solusi plasenta ringan .
·         Ekspektatif , bila ada perbaikan ( perdarahan berhenti , kontraksi uterus tidak ada , janin hidup ) dengan tirah baring atasi anemia , USG & KTG serial , lalu tunggu persalinan spontan .
·         Aktif , bila ada perburukan ( perdarahan berlangsung terus , uterus berkontraksi , dapat mengancam ibu / janin ) usahakan partus pervaginam dengan amnintomi / infus oksitosin bila memungkinan . jika terus perdarahan skor pelvik kurang dari 5 / ersalinan masih lama , lakukan seksi sesarea .
b) Slusio plasenta sedang / berat .
·         Resusitasi cairan .
·         Atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah
·         Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6 jam perabdominam bila tidak dapat renjatan , usia gestasi 37 minggu / lebih / taksiran berat janin 2.500 gr / lebih , pikirkan partus perabdominam bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama


  1. Prognosis
1.    Terhadap ibu
Mortalitas ibu 5 – 10 % hal ini karena adanya perdarahan sebelum dan sesudah partus.
2.    Terhadap anak
Mortalitas anak tinggi mencapai 70 – 80 % hal ini tergantung derajat pelepasan dari plasenta.
3.    Terhadap kehamilan berikutnya
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta, maka kehamilan berikutnya sering terjadi solusio plasenta yang lebih hebat.

A.   Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
§  Biodata
Pada biodata yang perlu dikaji berhubungan dengan solusio plasenta antara lain
ü    Nama
Nama dikaji karena nama digunakan untuk mengenal dan merupakan identitas untuk membedakan dengan pasien lain dan menghindari kemungkinan tertukar nama dan diagnosa penyakitnya.
ü    Jenis kelamin
Pada solusio plasenta diderita oleh wanita yang sudah menikah dan mengalami kehamilan.
ü     Umur
Solusio plasenta cenderung terjadi pada usia lanjut (> 45 tahun) karena terjadi penurunan kontraksi akibat menurunnya fungsi hormon (estrogen) pada masa menopause.
ü    Pendidikan
Solusio plasenta terjadi pada golongan pendidikan rendah karena mereka tidak mengetahui cara perawatan kehamilan dan penyebab gangguan kehamilan.
ü    Alamat
Solusio plasenta terjadi di lingkungan yang jauh dan pelayanan kesehatan, karena mereka tidak pernah dapat pelayanan kesehatan dan pemeriksaan untuk kehamilan.
ü     Riwayat persalinan
Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya pernah mengalami pelepasan plasenta.
ü    Status perkawinan
Dengan status perkawinan apakah pasien mengalami kehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.
ü    Agama
Untuk mengetahui gambaran dan spiritual pasien sebagai memudahkan dalam memberikan bimbingan kegamaan.
ü     Nama suami
Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberi persetujuan dalam perawatan.
ü Pekerjaan
Untuk mengetahui kemampuan ekonomi pasien dalam pembinaan selama istrinya dirawat.
§  Keluhan utama
ü Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri
ü  Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
ü Perdarahan yang berulang-ulang.
§   Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll.
§  Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek, trauma, uterus / rahim feulidli.
§  Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan penyebabnya.
§   Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
ü  Kesadaran : composmetis s/d coma
ü  Postur tubuh : biasanya gemuk
ü   Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
ü   Raut wajah : biasanya pucat
1.   Tanda-tanda vital
ü   Tensi : normal sampai turun (syok) (<>
ü    Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
ü    Suhu : normal / meningkat (> 37o c)
ü   RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
2.   Pemeriksaan cepalo caudal
ü   Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut biasanya rontok / tidak rontok.
ü   Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
ü   Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
ü   Mata : conjunctiva anemis
3.  Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat da dangkal, hiperpegmentasi aerola.
4.   Abdomen
ü  Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea alba dan ligra
ü   Palpasi rahim keras, fundus uteri naik
ü  Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.
5.   Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.
6.  ekstimitas
Akral dingin, tonus otot menurun.
7.  pemeriksaan penunjang
ü   Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
ü   USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin.

b.  Diagnosa Keperawatan
1.  Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis , acral dingin , Hb turun , muka pucat & lemas .
2.  Resiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta berkurang .
3.  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai terjadi distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus .
4.  Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami .
5.  Potensial terjadinya hypovolemik syok berhubungan dengan perdarahan
6.  Kurang pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya berhubungan dengan kurangnya informasi

c.  Intervensi Keperawatan

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan conjunctiva anemis, acrar dingin, Hb turun, muka pucat, lemas.
Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi
Kriteria hasil: Conjunctiva tida anemis, acral hangat, Hb normal muka tidak pucat, tida lemas.
Intervensi
Resional

a.    Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
b.    Monitor tanda-tanda vital
c.    Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit
d.    Catat intake dan output
e.    Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
f.     Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah

pasien paham tentang kondisi yang dialami
Tensi, nadiyang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkan gangguan sirkulasi darah.
Mengantisipasi terjadinya syok
Produsi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan fungsi ginjal.
Cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akiba perdarahan.
Tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat perdarahan.

Resiko tinggi terjadinya fetal distres berhubungan dengan perfusi darah ke placenta berkurang.
Tujuan : tidak terjadi fetal distress
Kriteria hasil : DJJ normal / terdengar, bisa berkoordinasi, adanya pergerakan bayi, bayi lahir selamat.
Intervensi
Rasional
a.    Jelaskan resiko terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu
b.    Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri


c.    Observasi tekanan darah dan nadi klien


d.    Oservasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin



e.    Berikan O2 10 – 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal distress
kooperatif pada tindakan

tekanan uterus pada vena cava aliran darah kejantung menurun sehingga terjadi perfusi jaringan.

penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pad sindroma vena cava sehingga klien harus di monitor secara teliti.

penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin.

meningkat oksigen pada janin


Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uteres ditandai terjadi distrensi uterus, nyeri tekan uterus.
Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil :
  • Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
  • Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
Intervensi
Rasional
a.    Jelaskan penyebab nyeri pada klien

b.    Kaji tingkat

c.    Bantu dan ajarkan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri.
·         Tarik nafas panjang (dalam) melalui hidung dan meng-hembuskan pelan-pelan melalui mulut.
·         Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan)
·         Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung

d. Libatkan suami dan keluarga
dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap tindakan
menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan.


posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.
memberi dukungan mental.




Memberi dukungan mental

Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan keadaan yang dialami
Tujuan : klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya.
Kriteria hasil : penderita tidak cemas, penderita tenang, klie tidak gelisah.
Intervensi
Rasional
a.    Anjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan.
b.    Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin
c.    Beri penjelasan tentang kondisi janin

d.    Beri informasi tentang kondisi klien
e.    Anjurkan untuk manghadirkan orang-orang terdekat
f.     Anjurkan klien untuk berdo’a kepada tuhan
g.    Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan
dengan mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi beban pikiran.
mengurangi kecemasan klien tentag kondisi janin.
mengurangi kecemasan tentang kondisi / keadaan janin.
mengembalikan kepercayaan dan klien.
dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien
dapat meningkatkan keyakinan kepada Tuhan tentang kondisi yang dilami.

penderita kooperatif.


Potensial terjadinya hypovolemik syok berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi
Kriteria hasil : 
  • Perdarahan berkurang
  • Tanda-tanda vital normal
  • Kesadaran kompos metit
Intervensi
Rasional
a.    Kaji perdarahan setiap 15 – 30 menit

b.    monitor tekanan darah, nadi, pernafasan setiap 15 menit, bila normal observasi dilakukan setiap 30 menit.
c.    Awasi adanya tanda-tanda syok, pucat, menguap terus keringat dingin, kepala pusing.

d.    Kaji konsistensi abdomen dan tinggi fundur uteri
e.    Catat intake dan output

f.     Berikan cairan sesuai dengan program terapi


g.    Pemeriksaan laboratorium hematkrit dan hemoglobin
mengetahui adanya gejala syok sedini mungkin.
mengetahui keadaan pasien



menentkan intervensi selanjutnya dan mencegah syok sedini mungkin


mengetahui perdarahan yang tersembunyi

produksi urine yang kurang dari 30 ml/jam merupakan penurunan fungsi ginjal.
mempertahanka volume cairan sehingga sirkulasi bisa adekuat dan sebagian persiapan bila diperlukan transfusi darah.

menentukan intervensi selanjutnya


Kurangnya pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : penderita dapat mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria hasil : dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan penyakitnya.
Intervensi
Rasional
a.    Kaji tingkat pengetahuan penderita tentang keadaanya
b.    Berikan penjelasan tentang kehamilan dan tindakan yang akan dilakukan.
·         Pengetahua tentang perdarahan antepartum.
·         Penyebab
·         Tanda dan gejala
·         Akibat perdarahan terhadap ibu dan janin
·         Tindakan yang mungkin dilakukan
menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.
penderita mengerti dan menerima keadaannya serta pederita menjadi kooperatif.





No comments:

Post a Comment