Saturday, April 7, 2012

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL







ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

ANATOMI DAN FISIOLOGI
§  Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, sendi, otot dan jaringan konektif yang berhubungan (kartilago, tendon dan ligamen).

SISTEM RANGKA
§  Dipelihara oleh “Sistem Haversian” yaitu sistem yang berupa rongga yang di tengahnya terdapat pembuluh darah.
§  Terjadi proses pembentukan jaringan tulang baru dan reabsorpsi jaringan tulang yang telah rusak.

FUNGSI TULANG
1.        Menyokong memberikan bentuk
2.        Melindungi organ vital.
3.        Membantu pergerakan.
4.        Memproduksi sel darah merah pada sumsum.
5.        Penyimpanan garam mineral.

PEMBAGIAN TULANG
1.      Tulang axial ( tulang pada kepala dan badan)
Seperti : tl. tengkorak, tl. vertebrae, tl. rusuk dan sternum.
2.      Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki)
Seperti : extremitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan), extremitas bawah (pelvis, femur, patela, tibia, fibula, telapak kaki)

HISTOLOGI TULANG
§  Ada 2 tipe tulang :      a. Kompaktum            → kuat, tebal, padat.
b. Kankellous    → lebih kopong, renggang
§  Di antara lapisan tersebut terdapat ruang kecil → “lacuna”
§  Cairan yang mengisi “Osteocyte”
§  Osteocyte adalah sel pembentuk tulang.
§  Osteoblast (sel pembentuk) dan osteoclast (reabsorbsi tulang).
§  Suplai darah pada tulang didapat dari arteriole sepanjang kanal Haversin.
§  Tulang juga dipersyarafi oleh syaraf-syaraf.

KLASIFIKASI TULANG BERDASARKAN BENTUKNYA
1.         Tulang panjang (tl. humerus, radius), mengandung epifisis, kartilago artikular, diafisis, periosteum dan rongga medular.
Epifisis                  :     Terletak di pangkal tulang panjang. Pada bagian ini otot berhubungan dengan tulang dan membuat sendi menjadi stabil.
Kartilage artikular :     Membungkus pangkal tulang panjang dan membuat permukaan tulang panjang menjadi halus.
Diafisis                  :     Bagian tulang panjang yang utama memberikan struktural pada tubuh.
Metafisis               :     Bagian tulang yang mengembang di antara epifisis dan diafisis.
Periosteum            :     Jaringan konektif fibrosa yang membungkus tulang.
R. medular            :     Terletak di tengah-tengah diafisis.

2.         Tulang pendek seperti karpal, tarsal
3.         Tulang pipih, melindungi organ tubuh dan sebagai tempat melekatnya otot.
4.         Tulang sesamoid, bentuknya kecil, melingkar, berhubungan dengan sendi dan melindungi tendon, seperti patela.

SISTEM ARTIKULAR
§  Artikulasi/persendian : hubungan antara dua tulang atau lebih.
§  Namun tidak semua persendian dapat melakukan pergerakan :
1)          Synarthrosis :
-  Sendi yang tidak dapat melakukan pergerakan sama sekali
2)          Amphiarthrosis :
-  Sendi dengan pergerakan sedikit/terbatas, seperti tl. simphisis pubis
3)          Diarthrosis ( Sendi Sinovial )
-      Sendi dapat bergerak bebas.
-      Sendi ini mengandung :
a.       Rongga artikular (ruang dengan membran sinovial, memproduksi cairan sinovial untuk melicinkan sendi)
b.      Ligamen
c.       Kartilago
-      Sendi ini dapat melakukan gerakan :
a.       Protraksi (gerakan bagian tubuh ke arah depan/maju seperti pergerakan mandibula)
b.      Fleksi/ekstensi dll.

SISTEM MUSKULAR
§  40-50 % BB manusia.
§  Pergerakan terjadi karena adanya kontraksi.
§  Tipe-tipe otot :
1)      Otot jantung
2)      Otot polos
3)      Otot lurik atau rangka.

KARTILAGE
§  Kartilage adalah jaringan konektif yang tebal yang dapat menahan tekanan.
§  Kartilage umum terdapat pada tulang embrio
§  Umumnya kartilage ini berubah secara bertahap menjadi tulang dengan proses ossifikasi tetapi beberapa kartilage tidak berubah setelah dewasa..

LIGAMEN DAN TENDON
§  Ligamen dan tendon tersusun dari jaringan konektif fibrosa yang tebal, mengandung serabut kolagen dalam jumlah yang sangat besar. Tendon menghubungkan otot ke tulang.
§  Tendon merupakan perpanjangan dari pembungkus otot yang berhubungan langsung dengan periosteum.
§  Ligamen menghubungkan tulang dan sendi dan memberikan kestabilan pada saat pergerakan.


FRAKTUR

DEFINISI :
§  Hilangnya kesinambungan substansi tulang dengan atau tanpa pergeseran fragmen-fragmen fraktur.
§  Terputusnya hubungan/kontinuitas jaringan tulang.

SEBAB :
a.       Trauma            :          
·         Langsung (kecelakaan lalulintas)
·         Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang )
b.       Patologis       : Metastase dari tulang
c.        Degenerasi
d.       Spontan        : Terjadi tarikan otot yang sangat kuat.

JENIS FRAKTUR
a.        Menurut jumlah garis fraktur :
·         Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
·         Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
·         Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)

b.       Menurut luas garis fraktur :
·         Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
·         Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
·         Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan bentuk tulang)

c.        Menurut bentuk fragmen :
·         Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
·         Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
·         Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)

d.       Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
·         Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
I.           Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka <1 cm.
II.        Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.
III.     Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar.
·         Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)

TANDA KLASIK FRAKTUR
  1. Nyeri
  2. Deformitas
  3. Krepitasi
  4. Bengkak
  5. Peningkatan temperatur lokal
  6. Pergerakan abnormal
  7. Ecchymosis
  8. Kehilangan fungsi
  9. Kemungkinan lain.

PATOFISIOLOGI


Fraktur
Periosteum, pembuluh darah di kortek
dan jaringan sekitarnya rusak
·         Perdarahan
·         Kerusakan jaringan di ujung tulang
Terbentuk hematom di canal medula
Jaringan mengalami nekrosis
Nekrosis merangsang terjadinya peradangan, ditandai :
1.      Vasodilatasi
2.      Pengeluaran plasma
3.      Infiltrasi sel darah putih


TAHAP PENYEMBUHAN TULANG
1.      Haematom :
§  Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom
§  Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat
§  Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama penyembuhan tapi berubah dan berkembang menjadi granulasi.

2.      Proliferasi sel :
§  Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur
§  Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung terus, lapisan fibrosa periosteum melebihi tulang.
§  Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di ujung fraktur.

3.      Pembentukan callus :
§  Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk callus.
§  Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan callus.
§  Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter tulang melebihi normal.
§  Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan, sementara itu terus meluas melebihi garis fraktur.

4.      Ossification
§  Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya penumpukan garam kalsium dan bersatu di ujung tulang.
§  Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan berakhir pada bagian tengah
§  Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.

5.      Consolidasi dan Remodelling
§  Terbentuk tulang yang berasal dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklast.

KOMPLIKASI
1.      Umum :
§  Shock
§  Kerusakan organ
§  Kerusakan saraf
§  Emboli lemak

2.      D i n i :
§  Cedera arteri
§  Cedera kulit dan jaringan
§  Cedera partement syndrom.

3.      Lanjut :
§  Stffnes (kaku sendi)
§  Degenerasi sendi

§  Penyembuhan tulang terganggu :
o   Mal union
o   Non union
o   Delayed union
o   Cross union

TATA LAKSANA
1.      Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik).

2.      Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union :
§  Eksternal   → gips, traksi
§  Internal                  → nail dan plate

3.      Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula.

ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Riwayat perjalanan penyakit.
2.      Riwayat pengobatan sebelumnya.
3.      Pertolongan pertama yang dilakukan

4.      Pemeriksaan fisik :
§  Identifikasi fraktur
§  Inspeksi
§  Palpasi (bengkak, krepitasi, nadi, dingin)
§  Observasi spasme otot.

5.      Pemeriksaan diagnostik :
§  Laboratorium (HCt, Hb, Leukosit, LED)
§  RÖ
§  CT-Scan

6.      Obat-obatan : golongan antibiotika gram (+) dan gram (-)
§  Penyakit yang dapat memperberat dan mempermudah terjadinya fraktur :
a.        Osteomyelitis acut
b.        Osteomyelitis kronik
c.        Osteomalacia
d.       Osteoporosis
e.        Gout
f.         Rhematoid arthritis
PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
DATA SUBYEKTIF
§  Data biografi
§  Adanya nyeri, kekakuan, kram, sakit pinggang, kemerahan, pembengkakan, deformitas, ROM, gangguan sensasi.

§  Cara PQRST :
o   Provikatif (penyebab)
o   Quality (bagaimana rasanya, kelihatannya)
o   Region/radiation (dimana dan apakah menyebar)
o   Severity (apakah mengganggu aktivitas sehari-hari)
o   Timing (kapan mulainya)

§  Pengkajian pada sistem lain
o   Riwayat sistem muskuloskeletal, tanyakan juga tentang riwayat kesehatan masa lalu.
o   Riwayat dirawat di RS
o   Riwayat keluarga, diet.
o   Aktivitas sehari-hari, jenis pekerjaan, jenis alas kaki yang digunakan
o   Permasalahan dapat saja baru diketahui setelah klien ganti baju, membuka kran dll.

DATA OBYEKTIF
§  Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot
§  Bandingakan dengan sisi lainnya.
§  Pengukuran kekuatan otot (0-5)
§  Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontra indikasi.
§  Kyposis, scoliosis, lordosis.

PROSEDUR DIAGNOSTIK
  1. X-ray dan radiography
  2. Arthrogram (mendiagnosa trauma pada kapsul di persendian atau ligamen). Anestesi lokal sebelum dimasukkan cairan kontras/udara ke daerah yang akan diperiksa.
  3. Lamnograph (untuk mengetahui lokasi yang mengalami destruksi atau mengevaluasi bone graf).
  4. Scanograph (mengetahui panjang dari tulang panjang, sering dilakukan pada anak-anak sebelum operasi epifisis).
  5. Bone scanning (cairan radioisotop dimasukkan melalui vena, sering dilakukan pada tumor ganas, osteomyelitis dan fraktur).
  6. MRI
  7. Arthroscopy (tindakan peneropongan di daerah sendi)
  8. Arthrocentesis (metode pengambilan cairan sinovial)

MASALAH-MASALAH YANG UMUM TERJADI
  1. Gangguan dalam melakukan ambulasi.
·         Berdampak luas pada aspek psikososial klien.
·         Klien membutuhkan imobilisasi → menyebabkan spasme otot dan kekakuan sendi
·         Perlu dilakukan ROM untuk menguragi komplikasi :
-  Kaki (fleksi, inverse, eversi, rotasi)
-  Pinggul (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi)
-  Lutut (ekstensi)
-  Jari-jari kaki (ektensi, fleksi)

  1. Nyeri; tindakan keperawatan :
·         Merubah posisi pasien
·         Kompres hangat, dingin
·         Pemijatan
·         Menguragi penekanan dan support social

·         Apabila nyeri di sendi, perlu dikaji :
-          Kejadian sebelum terjadinya nyeri
-          Derajat nyeri pada saat nyeri pertama timbul
-          Penyebaran nyeri
-          Lamanya nyeri
-          Intensitas nyeri, apakah menyertai pergerakan
-          Sumber nyeri
-          Hal-hal yang dapat mengurangi nyeri.

  1. Spasme otot
·         Spasme otot (kram/kontraksi otot involunter)
·         Spasme otot dapat disebabkan iskemi jaringan dan hipoksia.

·         Tindakan keperawatan :
a.         Rubah posisi
b.         Letakkan guling kecil di bawah pergelangan kaki dan lutut
c.         Berikan ruangan yang cukup hangat
d.        Hindari pemberian obat sedasi berat → dapat menurunkan aktivitas pergerakan selama tidur
e.         Beri latihan aktif dan pasif sesuai program

INTERVENSI
1.      Istirahat
·         Istirahat adalah intervensi utama
·         Membantu proses penyembuhan dan meminimalkan inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
·         Pemasangan bidai/gips.

2.      Kompres hangat
·         Rendam air hangat/kantung karet hangat
·         Diikuti dengan latihan pergerakan/pemijatan

·         Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah :
o   Perlunakan jaringan fibrosa
o   Membuat relaks otot dan tubuh
o   Menurunkan atau menghilangkan nyeri
o   Meningkatkan suplai darah/melancarkan aliran darah.

3.      Kompres dingin
·         Metoda tidak langsung seperti cold pack
·         Dampak fisiologis adalah vasokonstriksi dan penerunan metabolic
·         Membantu mengontrol perdarahan dan pembengkakan karena trauma
·         Nyeri dapat berkurang, dapat menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot
·         Harus hati-hati, dapat menyebabkan jaringan kulit nekrosis
·         Tidak sampai > 30 menit.

No comments:

Post a Comment