Kumpulan Askep


Blog Partner

 

Askep BBLR
Askep Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah


Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Pengertian

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO, 1961).

Dalam hal ini dibedakan menjadi :

  1. Prematuritas murni
    Yaitu bayipada kehamilan <>berat badan sesuai.

  2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
    Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.

Etiologi

Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan, yaitu :
  1. Faktor ibu
    • Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diaatas 35 tahun
    • Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
    • Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
  2. Faktor kehamilan
    • Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
    • Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
  3. Faktor janin
    • Cacat bawaan, infeksi dalam rahim
  4. Faktor yang masih belum diketahui

Komplikasi
  • Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
  • Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
  • Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
  • Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
  • Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
  • Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

Penatalaksanaan
  • Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
  • Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
  • Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
  • Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat.

Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
  1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru

  2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

  3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

  4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat.


Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1 :
Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru

Tujuan :
Pola nafas yang efektif

Kriteria Hasil :
  • Kebutuhan oksigen menurun
  • Nafas spontan, adekuat
  • Tidak sesak.
  • Tidak ada retraksi
Intervensi
  • Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
  • Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
  • Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan


Diagnosa Keperawatan 2 :
Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

Tujuan :
Pertukaran gas adekuat

Kriteria :
  • Tidak sianosis.
  • Analisa gas darah normal
  • Saturasi oksigen normal.
Intervensi :
  • Lakukan isap lendir kalau perlu
  • Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
  • Observasi warna kulit
  • Ukur saturasi oksigen
  • Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan
  • Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan
  • Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
  • Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan


Diagnosa Keperawatan 3 :
Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Tujuan :
Hidrasi baik

Kriteria:
  • Turgor kulit elastik
  • Tidak ada edema
  • Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
  • Elektrolit darah dalam batas normal
Intervensi :
  • Observasi turgor kulit.
  • Catat intake dan output
  • Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit
  • Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah.


Diagnosa Keperawatan 4 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat

Tujuan :
Nutrisi adekuat

Kriteria :
  • Berat badan naik 10-30 gram / hari
  • Tidak ada edema
  • Protein dan albumin darah dalam batas normal
Intervensi :
  • Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat
  • Observasi dan catat toleransi minum
  • Timbang berat badan setiap hari
  • Catat intake dan output
  • Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu.
Sumber : http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-bayi-dengan-bblr.html

Download Askep Bayi BBLR Gratis :


Nanda Nursing Diagnosis Kumpulan Asuhan Keperawatan

 

 

 

ASUHAN KEPERAWATAN SEFALGIA (SAKIT KEPALA)




BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Definisi
Sefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataanya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (Neurologik atau penyakit lain), Resron  stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang), atau kombinasi respon tersebut.
B.     Klasifikasi

1.      Vaskuler (Migren, sakit kepala “Cluster”)
2.      Kontraksi otot (disebut sakit kepala ketegangan atau psikogenik)
3.      Sakit kepala traksi peradangan (biasanya merupakan akibat sekunder suatu proses penyakit organik)

C.    Pathway Nursing




Radang lokal

D.    Patofisiologi
Tanda dan gejala adanya migren pada serebra merupakan hasil dari derajat iskemia kortikal yang berfariasi. Serangan yang khas dimulai dengan vasokontriksi arteri kulit kepala dan pembuluh-pembuluh darah retina dan serebra.Pembuluh-pembuluh darah ekstrakranial dan iintrakranial mengalami dilatasi yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Keadaan ini betujuan untuk mengaktifkan zat-zat yang ada pada pembuluh darah (histamin, serotin dan plasmokinin) yang berpartisipasi memberikan reaksi inflamasi. Makanan yang mengandung tiramin, monosodium glutamat, nitrit atau produk susu dapat mencetuskan sakit kepala. Makanan-makanan kategori ini berupa keju coklat dan beberapa bentuk makanan . Kontarsepsi oral sering meningkatkan sakit kepala dan menyebabkan serangan yang hebat pada wanita.
E.     Manifestasi Klinis
Sakit kepala sering muncul pada saat bangun tetapi hal ini dapat terjadi sewaktu-waktu. Serangan migran klasik dapat dibagi dalam tiga fase :
1.      Fase Aura
            Bila migren dihubungkan dengan aura, aura dapat lebih 30 menit dan dapat memberikan waktu yang cukup bagi pasien untuk menentukan obat yang akan digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala-gejala lain dapat diikuti dengan adanya kesemutan perasaan gatal pada wajah atau tangan sedikit pada ekstremitas dan pusing
2.      Fase Sakit Kepala
            Pada saat gejala awal mulai berkurang, gejala ini diikuti oleh sakit kepala dan berdenyut. Sakit kepala ini berat dan menjadikan tidak mampu dan sering dihubungakan dengan  fotofobia, mual muntah. Durasi keadaan ini bervariasi dengan jarak beberapa jam dalam satu hari atau sepanjang hari.
3.      Fase Pemulihan
            Fase pemulihan adalah periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal.

F.     Pemeriksaan Diagnostik

1.      Rontgen kepala : mendeteksi fraktur dan penyimpangan struktur.
2.      Rontgen sinnus : mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan mengidentifikasikan masalah-masalah struktur, malfermasi rahang.
3.      CT Scan :
a.       Otak : mendeteksi masa intrakranial, perpindahan ventrikuler atau hemoragik intrakranial.
b.      Sinus : mendeteksi adanya infeksi pada daerah spenoidal dan etmoidal.
c.       MRI : mendeteksi lesi/abnormalitas jaringan.
d.      Elektrolit : tidak seimbang, hiperkalsemia dapat menstimulasi migren.

G.    Penatalaksanaan

1.      Penatalaksanaan serangan akut
            Preparat ergotamin (sublingual, sub kutan, IM, rektal atau melalui inhalasi) efeknya dalam menghilangkan sakit kepala jika digunakan pada awal proses migren. Ergotamin tartrat bekerja pada otot polos yang menyebabkan kontriksi yang lama pada pembuluh darah kranial
2.      Pencegahan
            Penatalaksanaan medis terhadap migren dilakukan setiap hari memakai satu atau lebih zat-zat  yang mendukung berhentinya sefalgia, terapi obat dalam interval 3-6 bulan biasanya digunakan obat propranolo (inderan) dan martisergit (sensert)
BAB III
ASKEP TEORITIS
A.    Pengkajian

1.      Aktifitas istirahat
      Gejala : letih, lelah, malaise, keterbatasan akibat keadaan, ketegangan mata, kesulitan membaca, lemah, insomnia, bangun pada pagi hari disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktifitas atau karena perubahan cuaca
2.      Sirkulasi
      Gejala : riwayat hipertensi
      Tanda : hipertensi, denyut vaskuler, misalnya daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan.
3.      Integritas ego
Gejala : faktor stress emosional atau lingkungan tertentu perasaan ketidakmampuan, keputusan, ketidakberdayaan , depresi
Tanda : kekhawatiran (takut sesuatu yang akan tejadi ), ansietas, peka rangsang terhadap sakit kepala mekanisme represif/defensif (sakit kepala kronis)
4.      Makanan dan cairan
Gejala : makan makanan yang tinggi kandungan fasoaktifnya misalnya kafein, coklat, alkohol, anggur,makanan berlemak.
Tanda : mual muntah, anoreksia, penurunan berat badan.
5.      Neurosensori
Gejala : pening, disorientasi (selama sakit kepala) tidak mampu berkonsentrasi. Riwayat kejang cidera kepala yang baru tejadi, trauma, stroke, infeksi intrakranial, kraniatomi.
Aura : visual, olfaktorius, tinitus.
Perubahan visual. Sensitif terhadap cahaya/ suara yang keras, epistaksis, parestesia,kelemahan progresif/paralisis satu sisi temporal
Tanda : perubahan dalam pola bicara/proses pikir mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam papiledema.
6.      Interaksi social
Gejala : perubahan dalam tanggung jawab peran/interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.
7.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat hipertensi, migren, stroke, penyakit mental pada keluarga.
Penggunaan alkohol/obat lain termasuk kavein kontrasepsi oral , hormon menopause.
8.      Nyeri/keamanan
Gejala : migren mungkin menyeluruh atau unilateral kedutan kuat, mungkin dimulai sekeliling mata atau penyebaran kedua mata
Tanda : nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri respon emosional atau perilaku tak terarah, seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah  leher menegang, riginitas nugal

B.     Diagnosa Keperawatan

1.      Nyeri berhubungan dengan vasokontriksi arteri
2.      Koping tidak efektif berhubungan dengan relaksasi tidak adekuat
3.      Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhungan dengan pejanan informasi yang tidak adekuat















C.    Intervensi & Rasional

NO
TUJUAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
DX.1
Menunjukkan nyeri berkurang & terkontrol.
Pasien melaporkan nyeri berkurang & terkontrol.
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10).karasteristiknya (mis; berat, berdenyut, konstan). Lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
b.Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal seperti ekspresi wajah posisi tubuh gelisah, menangis/meringis, menarik diri, disforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan darah.
c. Berikan obat sesuai dengan indikasi analgetik seperti asetaminofen, ponstan, dan sebagainya
a) Teliti terhadap keluhan pasien mrpkn suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan .
b) merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami sakit kepala mungkin bersifat akut atau kronis, jadi manifestasi fisiologi biasa muncul/tidak.
c) penanganan pertama dari sakit kepala secara umum hanya kadang-kadang bermanfaat pada sakit kepala karena gangguan vaskuler.



NO
TUJUAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
DX.2
Mengidentifikasi perilaku koping yang tak efektif dan akibatnya.
Pasien mampu mengidentifikasi perilaku koping yang efektif.
a. Kaji kapasitas fisiologi yang bersifat umum.
b.Diskusikan mengenai metode koping seperti pemakaian alkohol kebiasaan merokok pola makan, strategi relaksasi mental/fisik.
c. Dekati pasien dengan ramah dan penuh pertian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.
a)      sakit kepala (proses akut/kronis) mengurangi kemampuan koping.
b) tingkah laku mal aditif mungkin digunakan untuk mengantasi nyeri yang menetap atau mungkin berperan dalam berlanjutnya nyeri tersebut.
c) menemukan kebutuhan psikologi yang akan meningkatkan harga diri dan kesempampatan untuk belajar cara-cara baru dalam mengatasi keadaan









NO
TUJUAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
DX.3
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan.
Pasien paham tentang kondisinya serta pengobatanya.
a. Diskusikan etiologi indifidual dari sakit kepala bila diketahui
b.Bantu pasien dalam mengidentifikasi kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress emosi, suhu yang berlebihan alergi terhadap makanan atau lingkungan tertentu
a)  mempengaruhi pemulihan terhadap penanganan dan berkembang kearah paroses penyembuhan .
b)  menghindari/membatasi faktor-faktor ini sering dapat mencegah berulangnya/kambuhnya serangan.













BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataanya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (Neurologik atau penyakit lain), Resron  stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang), atau kombinasi respon tersebut.
Klasifikasi the International Headache Society (IHC) pada tahun 1998 membagi nyeri kepala menjadi dua kategori utama: primer dan sekunder. Nyeri kepala primer mencakup migrain, nyeri kepala karena tegang, nyeri kepala cluster. Nyeri kepala sekunder terjadi karena gangguan organik lain seperti infeksi, trombosis, penyakit metabolisme, tumor atau penyakit sistemik lainnya.

B.     Saran
Guna sempurnanya Makalah ini,kelompok kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun rekan-rekan pembaca,selain itu kami juga sangat mengharapkan masukan dan tambahan dari Dosen pembimbing Mata Kuliah Neurobehaviour.









DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
Profil Kesehatan Kalimantan Tengah 2006.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
 Somantri, Irman2008Keperawatan Medical Bedah; Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan GangguanNeurobehaviourSalemba Medika : Jakarta




ASUHAN KEPERAWATAN VARISES





VENA VARIKOSA

1.      Pengertian
Varises adalah pemanjangan, berkelok-kelok dan pembesaran suatu vena. Vena varikosa ekstremitas bawah adalah kelainan yang sangat lazim, yang mengenai 15-20 % populasi dewasa (Sabiston 1994). Varises vena adalah distensi, dan  bentuk berlekuk-lekuk dari vena-vena superficial (safena) dari kaki (Engram B., 1999). Varises tungkai bawah adalah pemanjangan, berkelok-kelok, pembesaran suatu vena superficial, profunda dan kommmunikan pada titik Dodd (pertengahan paha), Byod (sebelah medial lutut) dan gastronemicus (tempat keluarnya vana saphena parva)

2.      Insiden
  1. Riwayat keluarga bisa didapatkan dalam sekitar 15% klien.
  2. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita (rasio wanita terhadap pria 5:1), dengan banyak wanita menentukan bahwa saat mulainya varices terlihat dan simtomatik pada waktu kehamilan.
  3. Umur > 37 tahun pada wanita
  4. Obesitas > 115% dari BBR (Berat Badan Relatif)
  5. Orthostatik (berdiri lama)

3.      Klasifikasi
Vena varikosa diklasifikasikan (Sabiston 1994):
  1. Vena varikosa primer, merupakan kelainan tersendiri vena superficial ekstremitas bawah
  2. Vena varikosa sekunder, merupakan manifestasi insufisiensi vena profunda dan disertai dengan beberapa stigmata insufisiensi vena kronis, mencakp edema, perubahan kulit, dermatitis stasis dan ulserasi.
Manifestasi klilnis (Puruhito, 1995) :
  1. varises truncal (stem varicosis)
  2. Varises retikularis
  3. Varises kapilaris
Gradasi keluhan klinis (Puruhito, 1995) :
a. stadium I                       : tak menentu
b. stadium II         : phleboectasia
c. Stadium III       : varises sesungguhnya, reversal blood-flow
d. Stadium IV       : ulcus varicosum, kelainan tropic, Kronik vanous Insufisiensi (CVI)

4.      Patofisiologi






vena ekstremitas bawah











kehilangan kompetensi katup.

Distensi terus-menerus dan lama

pembesaran dimensi tranversa dan longitudinal
(bertambah volumenya, venoli-venolimakin besar sampai ke vena cava)

berkelok-keloknya vena subkutis yang khas
pembendungan (vena superfisialis, vena profunda, system komunikan)









gambaran kosmetik dan simtomatik



Vena varikosa gramde I/II

Terapi konservatif :
1.  Obat venoruton
2.  Skleroterapi
3.  Lokal : antiphlogistikum/Zinc Zalf)
Vena varioksa grade III/Ulkus (IV)


Operasi Stripping/ekstraksi babcock


Preoperasi : (kecemasan, ketakutan)
Inoperasi   : Perubahan perfusi jaringan, risiko infeksi, hemorargi,
tromboplebitis
Postoperasi : risiko aspirasi, nyeri, risiko cedera, risiko hipotermia

Keterangan :
Distensi vena ekstremitas bawah yang berdinding relative tipis secara berlebihan , terus-menerus dan lama, menimbulkan pembesaran dimensi tranversa dan longitudinal. Pembesaran longitudinal mengakibatkan berkelok-keloknya vena subkutis yang khas, distensi transversa mengakibatkan pembendungan yang terlihat dan dapat dipalpasi yang bertanggung jawab untuk gambaran kosmetik dan simtomatik. Patofisiologi vena varikosa adalah kehilangan kompetensi katup.

5.      Pemeriksaan klinis (diagnostic)
Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan :
  1. Test trendelenberg
  2. Test myer
  3. Test perthes
  4. Test Doppler
  5. Radiologi (Phlebografi, morfometri, phlethysmografi)

6.      Terapi Dan Tindakan
6.1 Konservatif, simtomatik dan nonoperatif :
  1. Menghindari berdiri dalam waktu yang lama
  2. penurunan berat badan dan aktivitas otot seperti berjalan
  3. Penggunaan kaos penyokong ringan yang nyaman, Pemasangan stocking elastis yang pas karena  obliterasi vena superficial (vena safena mmana)
  4. KOnservatif :
a.       Obat Venoruton (Gol hydroxyl Rutoside) 600 mg/hari minimal 2 minggu
b.      Skleroterapi (tak dipakai lagi)
c.       Lokal antiphlogistikum (Zinc Zalf (Pasta LAssar)

6.2 Operatif :
Terapi bedah :
  1. Stripping vena saphena (V. shapena magna, v. saphena psotrior, dan v, saphena parva) dengan menggunakan alat stripper (vena dikeluarkan)
  2. Ligasi VV kommunikans yaitu tempat-tempat di mana diperiksa ada kebocoran, diikat dan dipotong.
  3. Ekstraksi (Babcock) dengan sayatan kecil-kecil vena-vena yang berkelok dicabut keluar.Ligasi, Stripping dan Ekstraski Babcock.

6.3 KOmbinasi

7.      Komplikasi
Komplikasi mencakup :
            Trauma pada nervus safenus dan suralis dengan diserta hiperestesia kulit
            Pembentukan hematoma subkutis dan kadang-kadang stripiing arteri tak sengaja

8.      Perawatan paska bedah
Ekstremitas harus ditinggikan selama 4-6 jam
Balutan penekan dipasang di kamar operasi seharisnya tetap dipakai selama 4-6 hari, dengan menggunakan balutan elastis (Balutan ACE)
24-48 jam paska bedah program ambulasi progresif seharusnya dimulai
KLien diijinkan berjalan beberpa menitper jam, meningkat bertahap tiap hari dan tetap terlentang dengan ekstremitas ditinggikan, bila sedang berjalan. Berdiri (tanpa jalan) dan duduk harus dihindari serta
stocking (stocking antiembolism) yang sesuai dengan kebiasaan harus dipakai delama beberapa bulan



ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM VASKULER (VENA VARIKOSA)

II. Pengkajian Preoperasi
Pengkajian focus preoperative meliputi :
a.   Identitas
Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita (rasio wanita terhadap pria 5:1), dengan banyak wanita menentukan bahwa saat mulainya varices terlihat dan simtomatik pada waktu kehamilan.

b.  Alasan masuk rumah sakit
Kosmetik, gejala simtomatik lainnya seperti : kelelahan dan sensasi berat, kram, nyeri , odema, Perdarahan spontan/akibat trauma dan Hiperpigmentasi

c.   Riwayat penyakit
Profokatif, pemanjangan, berkelok-kelok dan pembesaran suatu vena
KUlaitatif, kuantitatif, semakin berat
Regio ekstremitas bawah (kedua kaki)
Severity, sakitnya mengganggu kosmetik dan aktivitas sehari-hari (kelelahan dan sensasi berat, kram, nyeri , odema)
Time, semakin hari semakin berat dan bertambah besar

d.  Riwayat atau factor-faktor resiko :
1.  kelemahan congenital/tidak adanya katup
2.  Pekerjaan yang nmengharuskan berdiri/duduk dalam waktu lama tanpa kontrasi otot intermettentrauma langsung ke katup vena perforantes
3.  kehamilan atau kelainan hormonal
4.  riwayat keluarga dengan varises vena

e.   pemenuhan pola kebutuhan sehari-hari :
1.  Persepsi
Perawat bertanggung jawab untuk menentukan pemahaman klien tentang infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi), yang kemudian diberitahukan kepada ahli bedah apaakah diperlukan informasi lebih banyak (Informed consent). Pengalaman pembedahan masa lalu dapat meningkatkan kenyamanan fisik dan psikis serta mencegah komplikasi.

2.  Status nutrisi
Secara langsung mempengaruhi respon pada trauma pembedahan dan anestesi. Sebelumnya  perlu masukan karbohidrat dan protein untuk keseimbangan nitrogen negative. Puasa perlu dipersiapkan 8 jam sebelum operasi.

3.  Status cairan dan elektrolit
Klien dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit cendrung mengalami komplikasi syok, hipotensi, hipoksia dan distritmia baik intraoperasi dan paska operasi.

4.  Status emosi
Respon klien, keluarga dan orang terdekat pada tindakan pembedahan tergantung pengalaman masa lalu, strategi koping, system pendukung dan tingkat pembedahan. Kebanyakan klien yang mengantisipasi mengalami pembedahan dengan anssietas dan ketakutan.Ketidakpastian prosedur pembedahan menimbulkan ansietas, nyeri, insisi dan imobilisasi.

f.   Pemeriksaan fisik
Status lokalis :
1.          Dilatasi, lekuk-lekuk vena superfisialis pada kaki
2.          Keluhan sakit dangkal, kelelahan, kram, dan kaki berat, khsusnya setelah berdiri lama
3.          pigmentasi kecoklatan pada kulit
4.          bengkak, yang secara umum berkurang dengan peninggian tungkai

g.  Pemeriksaan diagnostik
1.  Venogram menunjukkan lokasi pasti dari varises kedua vena superficial dan dalam.
2.  Test  perfthes (klien berdiri sampai vena varikosa tampak dan digambar)

h.  Diagnosa keperawatan
1.  Praoperasi :
- Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),
2.  Inoperasi :
-  Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek sekunder dari ligasi dan pemotongan vena
-  Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena
3.  Paskaoperasi :
-  Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan skeresi sekunder intubasi
-  NYeri berhubungan dengan sekunder terhadap erauma pada jaringan dan saraf

II. perencanaan
1.  Praoperasi :
- Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalaman tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria :
-      KLien dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya
-      Klien tenang dan tidak gelisah

INTERVENSI
RASIONAL
1.  Ciptakan saling percaya
2.  Dorong pengungkapan masalah atau rasa cemas


3.  jawab pertanyaan yang berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan medis
4.  Selesaikan persiapan pasien sebelum masuk ke kamar operasi
5.  meminimalkan keributan di lingkungan
6.  Orientasikan pada ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan penyerapan)
7.  Pemantauan psikologis klien

8.  Tunjukkan perhatian dan sikap mendukung

9.  Beri penjelasan singkat tentang prosedur operasi


10.              Beri reinforcement terhadap pernyataan yang positif dan mendukung

1.   Dasar untuk menemukan dan pemcehan masalah.
2.   Perasaan cemas yang diungkapakan pada orang yang dipercaya akan memberikan dampak lega dan merasa aman.
3.   Pertanyaan yang dijawab dan dimengerti akan mengurangi rasa cemasnya.
4.   Persiapan yang matang dapat menengkan suasana lingkungan sebelum operasi.
5.   Lingkungan rebut memuat stress.
6.   Lingkungan yang dimengerti akan mendorong kenyamanan dan keamanan klien.
7.   Tingkat kecemasan intoleran akan mengganggu pelaksanaan operasi dan anestesi.
8.   Support system meningkatkan mekanisme koping klien dalam menghadapi masalah.
9.   Penjelasan tentang informaasi seputar bedah memberikan informasi yang positif dan pengalaman persiapan diri dalam pembedahan.
10.              Reinforcement meberikan dorongan system social untuk meningkatan koping mekanisme.

    1.  

4.  Intraoperasi :
-  Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek sekunder dari ligasi dan pemotongan vena
Tujuan : Perfusi jaringan normal/baik
Kriteria :
-      Penurunan edema
-      Ekstremitas hangat
-      Nadi pedalis dapat diraba



INTERVENSI
RASIONAL
1.  Pantau status neurovaskuler setiap 15 menit


2.  Observasi tanda-tanda vital


3.  Balance cairan


4.  pantau saturasi oksigen pada jaringan perifer

1.   Pencatatan perdarahan selama operasi < 250 cc, pulsasi nadi pedalis merupakan data pendukung tentang perfusi jaringan masih baik.
2.   Salah satu tanda penurunan pefusi jairngan menurun adalah tensi menurun, suhu akral dingin dan nadi meningkat.
3.   CAiran masuk dan perdarahan serta output lainnya perlu diperhiutngkan untuk memenuhi kebutuhan balance cairan
4.   Saturasi oksiegen > 95% menunjukkan perfusi jaringan perifer masih baik.


-  Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena
Tujuan : infeksi tidak terjadi
-          perdarahan dirawat
-          lapangan operasi bersih
INTERVENSI
RASIONAL
1.   Persiapan operasi secara seaseptik dan antiseptic


2.   DAsar doek operasi dilandasi dengan perlak, plastic atau bahan lain yang kedap air

3.   Perwatan darah (kasa steril/penyedot cairan atau darah)

4.   Tambahkan doek diatas doek yang penuh dengan perdarahan
1.  Aseptik merupakan cara untuk membuat ruang antikontminasi. Dan alat-alat bersih dan tak terkontaminasi, sehingga pajangan infeksi minimal.
2.  Darah dan rembsean darah merupakan media yang paling baik dalam perkembangan kuman atau bakteri
3.  Darah bekas insisi, lligasi dibersihkan untuk mencegah perdarahan yang tercecer, tromboplebitis.
4.  Penambahan doek untuk mencegah infeksi atau kontaminasi.

5.  Paskaoperasi :
-  Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan skeresi sekunder intubasi
Tujuan : tidak terjadi aspirasi
Kriteria :
-      Jalan nafas lancar
-      Tidak ada tanda-tanda syok
-      Sekresi tidak ada
-      Tanda-tanda vital normal (tensi 130/80, nadi 88 kali/menit, RR 16-20 kali/menit)

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Atur posisi klien tanpa bantal, ekstensi dan miring kanan/kiri


2.      Kaji ekstubasi jalan nafas dan aspirasi (muntahan atau lidakh tertekuk)
3.      Observasi Tanda-tanda vital

4.      Bersihkan jalan nafas dengan slem suction


5.      Oritentasi klien dengan menggunakan observasi aldert.

  1. Poisis ini untuk meluruskan jalan nafas sehingga pemenuhan akan oksigen terpenuhi dan jalan nafas bersih dan lancer
  2. Lidah tertekuk dan muntahan dapat menghambat/membuntui jalan nafas.
  3. Hipotensi, dyspneu dan apneu merupakan tanda terjadinya syok.
  4. Jalan nafas yang penuh dengan secret peru dihilangkan untuk jalan nafas spontan paska ekstubasi.
  5. Tingkat perkembangan paska anestesi dapat dilihat dari aktivitas, kesadaran, warna,


-  Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan saraf bekas operasi stripping
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria :
-          Klien tenang dan tidak menyeringai
-          Klien mengerti factor penyebabnya seperti yang telah dijelaskan pada preoperasi

INTERVENSI
RASIONAL
  1. Kaji jtingkat nyeri

  1. Atur posisi yang baik dan mengenakkan



  1. Anjurkan klien nafas panjang dan dalam


  1. Observasi luka paskaoperasi


  1. Terapi analgetik
  1. NYeri dapat diantisipasi klien secara individualisme dan penanganan yan berbeda
  2. Posisi kaki lebih tinggi dari badan 30o dapat mengurangi peningkatan penekanan pada jaringan yang rusak sehingga mengurangi nyeri.
  3. Nafas panjang dan dalam merelaksasi otot yang dioperasi dan terimobilisasi sehingga nyeri berkurang
  4. Perhatikan stuwing yang meningkat menghambat suplai oksigen sehingga nyeri bertambah.
  5. Analgetik merupakan obat anti nyeri yang bekerja secara sentral atau perifer/local.


III. Implementasi
Tindakan yang diberikan pada klien preoperasi, intraoperasi dan paska operasi berbeda-beda sesuai tingkat pengalaman pembedahan masa lalu, umur, jenis operasi serta koping mekanismenya, sehingga dalam penanganannya dari segi perawatan perlu dimodifikasi sesuai dengan masalah dan sumber pendukung dan pemecahan masalah.

IV. Evaluasi
Evaluasi ini dalam jangka waktu pendek yang dalam penanganannya dapat berupa masalah :
  1. dapat diatasi
  2. Dapat diatasi sebagian
  3. Tidak dapat diatasi/tidak berhasil




ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN Ny. B DENGAN GANGGUAN SISTEM VASKULER
(VARISES TRONCAL GRADE III SINESTRA DAN VARISES RETIKULARIS DEKSTRA)
KAMAR OPERASI LANTAI VI GBPT RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA

I.       PENGKAJIAN
A.    Identitas
Nama               : Ny. B
Umur               : 30 tahun
Jenis kelamin   : Perempuan
Agama             : Islam
Pekerjaan         : Karyawan PAbrik
Alamat            : Jl. Kunti RT ½ Ponorogo

B.     Keluhan utama
Varises pada kaki sejak 10 tahun yang lalu

C.     Riwayat keperawatan :
1.      Riwayat penyakit sebelumnya
Belum pernah menderita penyakit serius sehingga perlu opname hanya batuk, pilek dan panas biasa. Riwayat kehamilan sebelumnya pernah timbul varises tetapi masih kecil.
2.      Riwayat penyakit sekarang
Paliatif, Varises pada kaki kanan dan kiri
Kualitatif dan kuantitatif, kemeng-kemeng dan bertambah besar
Region, pada kaki kanan dan kiri
Severity, apabila berdiri varisesnya bertambah besar, kemeng, odema (-)
Time, keluhan ini mulai sejak 10 tahun yang lalu
3.      Riwayat keluarga
- Ibu dari keluarga klien pernah menderita varises kaki setelah melahirkan anak pertamanya.
- Klien sudah melahirkan anak pertama, selama hamil timbul varises tetapi masih kecil.

D. Psikososial
1. Body image
Perubahan gambaran tubuh terutama pada kaki kanan dan kiri dengan timbulnya varises yang kelihatannya kurang indah.
2. Harapan
Klien berharap agar kaki setelah dioperasi indah (kosmetik) dan keluhan sperti kemeng-kemeng hilang.
3. Spiritual
Agama islam, taat beribadah

E. Observasi dan pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Status gizi baik, kesadaran komposmentis, GCS 456, Penampilan terlentang,
2. Review of system
a. Sistem pernafasan,
Pernafasan spontan, Vesikuler, SImetris, Retraksi -/-, Rh -/-, Wh -/-, RR 20 kali/menit, reguler
b. system vaskuler
Tensi 120/70 mmHg, Nadi 88 kali/menit, suhu akral hangat, S1S2 tunggal normal
c. system persyarafan
Kesadaran komposmentis, orientasi baik.
d. system perkemihan
BAK Lancar.
e. system pencernaan
BU (+) Normal, Puasa (+)
f. system muskoloskletal dan integument
Status lokalis :
Distensi/Dilatasi, lekuk-lekuk vena superfisialis pada kaki kanan dan kiri, pigmentasi kecoklatan pada kulit
g. system reproduksi
Usia 30 tahun, anak 1.
F. Pemeriksaan penunjang
1. laboratorium
Hb                 : 12, 5 gr%
HCT              : 35
Leukosit        : 4.500
Erytrosit        : 4.120.000
Diff count     : -/-/-/-/55/45/-
LED              : 30
Tromb.           : 17,1
PPT               : 11,7
APTT                        : 30,6
BUN             : 5
Serum kreatinin: 0,85
SGOT                        : 28
SGPT                        : 23
2.  Radiologi
Thorax PA dbN
3.  Test  Perthes
Hasil test perthes positif.



G.    Analisa data
TGL
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
14-01-02
Preoperasi :
DATA SUBYEKTIF
-       KLien mengatakan bahwa ini yang pengalaman pertama saya unutk menjalani operasi
-       Klien mengatakan ini adalah upaya akhir yang harus ditempuh dari berbagai usaha sebelumnya dengan perawatan jalan walaupun timbul perasaan cemas tentang operasi dan kemungkinannya
-       Klien pernah diberi penjelasan tentang operasinya di Poli dan ruangan
DATA OBYEKTIF
-       Klien agak tegang dan sedikit gelisah saat dilakukan pengkajian di groun (transverum)
-       Klien banyak bertanya
-       Tensi 120/80, nadi 88 kali/menit
-       Rencana operasi stripping dan ekstraksi Babcock pada ronde pertama

Intra operasi
DATA SUBYEKTIF
-
DATA OBYEKTIF
-           operasi dilakukan mulai jam 08.00 WIB
-           perdarahan samapa dengan jam 10.00 WIB kurang lebih 100 cc
-           Insisi di 5 tempat pada kaki kiri dan 5 pada kaki kanan



DATA SUBYEKTIF
-
DATA OBYEKTIF
-           operasi dilakukan mulai jam 08.00 WIB
-           perdarahan samapa dengan jam 10.00 WIB kurang lebih 100 cc
-           Insisi di 5 tempat pada kaki kiri dan 5 pada kaki kanan
-           Perdarahan banyak berada diatas doek tempat operasi yang belum dialasi dengan perlak, plastic/bahan kedap air







Paska operasi :
DATA SUBYEKTIF
-
DATA OBYEKTIF
-      Kesadaran samnolen
-      Paska anestesi (opersi selesai jam 10.20 WIB dengan general anestes)
-      Paska ekstubasi
-      Pernafasan dibantu dengan maskes 6 liter permenit
-      Posisi terlentanmg dengan sedikit ekstensi

DATA SUBYEKTIF
-      KLien merintik kesakitan setelah sadar

DATA OBYEKTIF
-      Paska operasi stripping, ligasi dan ekstraksi Babcock
-      Operasi mulai jam 08.00-10.20 WIB
-      Bekas isnsi sebanyak 1o tempat
-      Perdarahan minimal ngrembes

Situasi kritis pre operatif dan lingkungan yang baru




Kurang pengetahuan dan informasi tentang operasi , orientasi lingkungan


Mekanisme koping kurang adekuat

Perasaan cemas dan takut








Operasi stripping, ekstraksi Babcock, insisi





Perdarahan


Suplai oksigen dan nutrisi  kurang adekuat

Perfusi jaringan menurun

Operasi stripping, ekstraksi Babcock, insisi





Perdarahan


darah terpapar di doek


transfer infeksi lewat darah/biakan baik utnuk kuman/bakteri


infeksi


Paska operasi dengan general anestesi





Kesadaran menurun


aspirasi




Paska operasi





Efek pembiusan masa kerjanya habis


Respon saraf meningkat

nyeri

Ansietas ringan

















Perfusi jaringan










infeksi

















aspirasi











nyeri














H.Diagnosa keperawatan
1.      Praoperasi :
-          Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),
2.      Intraoperasi :
-          Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek sekunder dari ligasi dan pemotongan vena
-          Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena
3.      Paskaoperasi :
-          Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan skeresi sekunder intubasi
-          NYeri berhubungan dengan sekunder terhadap erauma pada jaringan dan saraf

II.    PERENCANAAN
1.      Praoperasi :
- Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria :
-      KLien dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya
-      Klien tenang dan tidak gelisah
-      Tanda-tanda vital dalam batas normal

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Ciptakan saling percaya

2.      Dorong pengungkapan masalah atau rasa cemas


3.      jawab pertanyaan yang berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan medis
4.      Selesaikan persiapan pasien sebelum masuk ke kamar operasi

5.      meminimalkan keributan di lingkungan
6.      Orientasikan pada ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan penyerapan) :
-          orietnasi ruangan
-          orientasi personil operasi
-          oritentasi prosedur operasi
7.      Pemantauan psikologis klien


8.      Tunjukkan perhatian dan sikap mendukung


9.      Beri penjelasan singkat tentang prosedur operasi


10.  Beri reinforcement terhadap pernyataan yang positif dan mendukung

  1. Dasar untuk menemukan dan pemcehan masalah.
  2. Perasaan cemas yang diungkapakan pada orang yang dipercaya akan memberikan dampak lega dan merasa aman.
  3. Pertanyaan yang dijawab dan dimengerti akan mengurangi rasa cemasnya.

  1. Persiapan yang matang dapat menengkan suasana lingkungan sebelum operasi.
  2. Lingkungan rebut memuat stress.
  3. Lingkungan yang dimengerti akan mendorong kenyamanan dan keamanan klien.


  1. Tingkat kecemasan intoleran akan mengganggu pelaksanaan operasi dan anestesi.
  2. Support system meningkatkan mekanisme koping klien dalam menghadapi masalah.
  3. Penjelasan tentang informaasi seputar bedah memberikan informasi yang positif dan pengalaman persiapan diri dalam pembedahan.
  4. Reinforcement meberikan dorongan system social untuk meningkatan koping mekanisme.


2.      Intraoperasi :
a.       Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek sekunder dari ligasi dan pemotongan vena
Tujuan : Perfusi jaringan normal/baik
Kriteria :
-          Penurunan edema
-          Ekstremitas hangat
-          Nadi pedalis dapat diraba

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Pantau status neurovaskuler setiap 15 menit



2.      Observasi tanda-tanda vital tiap 15 menit


3.      Balance cairan


5.       pantau saturasi oksigen pada jaringan perifer


1.  Pencatatan perdarahan selama operasi < 250 cc, pulsasi nadi pedalis merupakan data pendukung tentang perfusi jaringan masih baik.
2.  Salah satu tanda penurunan pefusi jairngan menurun adalah tensi menurun, suhu akral dingin dan nadi meningkat.
3.   CAiran masuk dan perdarahan serta output lainnya perlu diperhiutngkan untuk memenuhi kebutuhan balance cairan
4.   Saturasi oksiegen > 95% menunjukkan perfusi jaringan perifer masih baik.


b.      Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria :
-          perdarahan dirawat
-          Lapangan operasi bersih
-          Infeksi nosokomial atau kontaminasi tidak terjadi
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Persiapan operasi secara seaseptik dan antiseptic


2.      DAsar doek operasi dilandasi dengan perlak, plastic atau bahan lain yang kedap air

3.   Perwatan darah (kasa steril/penyedot cairan atau darah)

4.   Tambahkan doek diatas doek yang penuh dengan perdarahan
1.      Aseptik merupakan cara untuk membuat ruang antikontminasi. Dan alat-alat bersih dan tak terkontaminasi, sehingga pajangan infeksi minimal.
2.      Darah dan rembsean darah merupakan media yang paling baik dalam perkembangan kuman atau bakteri
3.  Darah bekas insisi, lligasi dibersihkan untuk mencegah perdarahan yang tercecer, tromboplebitis.
4.  Penambahan doek untuk mencegah infeksi atau kontaminasi.

4.      Paskaoperasi :
a.       Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan skeresi sekunder intubasi
Tujuan : tidak terjadi aspirasi
Kriteria :
-          Jalan nafas lancer
-          Tidak ada tanda-tanda syok
-          Sekresi tidak ada
-          Tanda-tanda vital normal (tensi 130/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, RR 16-20 kali/menit)

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Atur posisi klien tanpa bantal, ekstensi dan miring kanan/kiri


2.      Kaji ekstubasi jalan nafas dan aspirasi (muntahan atau lidakh tertekuk)
3.      Observasi Tanda-tanda vital

4.      Bersihkan jalan nafas dengan slem suction


5.      Oritentasi klien dengan menggunakan observasi aldert.

1. Poisis ini untuk meluruskan jalan nafas sehingga pemenuhan akan oksigen terpenuhi dan jalan nafas bersih dan lancer
2. Lidah tertekuk dan muntahan dapat menghambat/membuntui jalan nafas.
3.      Hipotensi, dyspneu dan apneu merupakan tanda terjadinya syok.
4.      Jalan nafas yang penuh dengan secret peru dihilangkan untuk jalan nafas spontan paska ekstubasi.
5.      Tingkat perkembangan paska anestesi dapat dilihat dari aktivitas, kesadaran, warna,





b.      Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan saraf bekas operasi stripping
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria :
-          Klien tenang dan tidak menyeringai
-          Klien mengerti factor penyebabnya seperti yang telah dijelaskan pada preoperasi

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji jtingkat nyeri

2.      Atur posisi yang baik dan mengenakkan



3.      Anjurkan klien nafas panjang dan dalam


4.      Observasi luka paskaoperasi


5.      Terapi analgetik
1.       Nyeri dapat diantisipasi klien secara individualisme dan penanganan yan berbeda
2.       Posisi kaki lebih tinggi dari badan 30o dapat mengurangi peningkatan penekanan pada jaringan yang rusak sehingga mengurangi nyeri.
3.       Nafas panjang dan dalam merelaksasi otot yang dioperasi dan terimobilisasi sehingga nyeri berkurang
4.      Perhatikan stuwing yang meningkat menghambat suplai oksigen sehingga nyeri bertambah.
5.      Analgetik merupakan obat anti nyeri yang bekerja secara sentral atau perifer/local.

III.     IMPLEMENTASI
TGL/
JAM
DX
IMPLEMENTASI
TTD
14-01-
2002
1


































2
















3


Preoperasi :
1.       Menciptakan komunikasi terapeutik antara perawat-klien dan hubungan  saling percaya, menguatkan kontrak dalam membantu klien selama sebelum, selama dan setelah operasi
2.      Memberi kesempatan dan mendorong kien untuk mengungkapkan masalah atau rasa cemas sehuungan dengan akan dilakukannya operasi
3.      Memberi jawaban atas  pertanyaan yang berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan medis dalam persiapan preoperasi dan tindakannya (seperti pemasangan infuse NS 20 tetes/menit, premedikasi (suntikan sebelum masuk kamar operasi): - Dormicum 5 mg, atropine sulfat dan morfin sesuai dengan anjuran/instruksi dokter anestesi)
4.      Menyelesaikan persiapan pasien sebelum masuk ke kamar operasi di ground  :
-          Informent concent dan tanda tangan persetujuan
-          Mengganti baju dengan baju OK GBPT beserta selimutnya
-          Memindahkan klien dari berangkart ruangan ke berangkart OK
-          Membawa klien ke lantai VI untuk persiapan lebih lanjut
5.      Meminimalkan keributan di lingkungan dengan membatasi keluarga yang mengantarkan
6.      Melakukan orientasikan klien pada ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan penyerapan) :
-          orientasi ruangan
-          orientasi personil operasi (Operator, pembantu operator, dokter anestesi (pembiusan) pemegang alat, perlengkapan yang merupakan satu tim)
-          oritentasi prosedur operasi (sebelum masuk perlu disuntikkan suntikan praoperasi, masuk kamar dibius dan dilakukan operasi seprti yang telah dijelaskan diawal)
-          Pemantauan psikologis klien (memantapkan kesiapna klien)
6.       Menunjukkan perhatian dan sikap mendukung dalam pelaksanaan operasi sampai berakhir
7.       Memberi penjelasan singkat tentang prosedur operasi dan memberi reward terhadap pernyataan positif dan kesanggupan dan ketabahan dalam menghadapi operasi nantinya.



Intraoperasi :
a.       Perfusi jaringan
1.      Memantau status neurovaskuler setiap 15 menit dengan melihat hasil sandapan monitor tensi 110/70 mmHg, nadi 76 kali/menit, saturasi oksigen 100 %
2.      Memonitor balance cairan dengan mengobservasi pemberian infuse NS 2 flesh dengan perdarahan yang terjadi selama operasi.


b. Risiko infeksi
1.      Mempersiapkan kamar operasi secara aseptic dan instrument secara antiseptic (steril) sesuai dengan tempat dan keperluannya.
2.      Melakukan perawatan luka dengan kasa steril/depress dan penyedot darah (kasa steril/penyedot cairan atau darah)
3.      Menambahkan doek diatas doek yang penuh dengan perdarahan



Paska operasi
a.       Risiko aspirasi
1.       Mengkaji tingkat kesiapan klien paska ekstubasi dan mengobservasi lidah jatuh atau muntahan
2.       Mengobservasi tanda-tanda vital RR 16 kali/menit
3.       Mengatur posisi klien dengan posisi terlentang dengan ekstensi (Chint lif)/jaw trust
4.       Mengkaji jalan nafas dan bebaskan jalan nafas dari secret dengan slem suction
5.       Mengantarkan klien ke RR lantai 3
6.       Mengatur  posisi klien tanpa bantal, ekstensi dan miring kanan/kiri
7.       Mengobservasi skor pemulihan paska anestesi (Aldrete : warna , pernafasan, sirkulasi, kesadaran, dan aktivitas)

b.      Nyeri.
1.      Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
2.      Mengatur posisi klien dengan kaki lebih tinggi dari badan sebesar 30 o
3.      Menganjurkan klien untuk latihan nafas dalam dan panjang
4.      Mengobservasi kondisi sekitar luka operasi observasi tanda pulsasi, parese
5.      Melakukan kolaborasi dalam pemeberian analgetik (toradol 10 mg Iv)




IV EVALUASI

TANGGAL/
JAM
DX
EVALUASI
14-O1-02
jam 07.20









Jam 10.20

1










2a







2b






3a










3b





S
Klien mengatakan saya harus pasrah karena ini jalan satu-satunya untuk memnuhi harapan saya agar kaki saya cantik kembali
Klien sudah berdoa dan mendapatkan support dari suami dan keluarganya
Klien mengatakan apa yang akan dilakukan selama operasi saya pasrah dan percaya akan kerja dari tim operasinya
O
Klien dengan tenang mengatakan pernyataan tersebut
A
Masalah sudah teratasi

S
O
SUhu akral masih hangat,  tensi 109/76 mmHg, nadi 76 x/mnt, RR 16 kali/menit
Perdarahan minimal 150 cc sampai operasi selesai jam 10.20 WIB
A.
Masalah tak terjadi


S
O
Perdarahan di rawat
Doek yang berlumur darah ditambah yang bersih
A.
Masalah tak terjadi

S
Klien menjawab respon dari perawat walaupun dengan kata yang belum jelas
O
Kesdaran menurun
Samnolen
Paska anestesi 20 menit paska operasi
Penilaian pemulihan (Aldrtete) warna 2, pernafasan 2, sirkulasi 2, kesadaran 1, aktivitas 1= 8
Tidak muntah, pernafasan spontan, jalan nafas bersih
AMasalah tak terjadi

S
Klien mengeluh nyeri tetapi tidak terlalu sakit
O
Masa pembiusan sudah mulai berkurang
A
Masalah belum tertasi sebagian
P
Lanjutkan
I
Mengatur posisi kaki lebih tinggi dari badan 30o
Injeksi toradol 10 mg/IV




No comments:

Post a Comment