RANGKUMAN PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Pemeriksaan fisik lebih dari satu rangkaian latihan tehnikal. Hal itu merupakan tuntutan yang sama sensitifnya dengan kebutuhan fisik dan psikologis anak yang sulit dikenal dan tidak sama dengan yang lainnya.
Pendekatan dalam pemeriksaan fisik bergantun pada umur dan perbedaan anak. Pada bayi dan anak kecil akan merasa lebih aman dan berkurang rasa takutnya dengan kehadiran orang tua, misalnya ibu.
Cara pemeriksaan bayi dan anak pada umumnya sama dengan pemeriksaan pada orang dewasa, yaitu inspeksi, palpasi (periksa raba ).perkusi ( periksa ketuk ), dan auskultasi (periksa dengar dengan menggunakan stetoskop), observasi (pengamatan secara seksama)
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki,namun tidak harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain-lainnya sebaiknya dilakukan paling akhir,karena dengan melihat atau memakai alat-alat, umumnya anak menjaadi takut atau merasa tidak nyaman,sehingga menolak dipetiksa lebih lanjut.
B. TUJUAN.
1. Tujuan Umum:
Mampu menjelaskan tentang konsep pemeriksaan fisik pada anak.
2. Tujuan Khusus:
·
Menjelaskan pengertian pengkajian fisik.
·
Menjelaskan tujuan pemeriksaan fisik pada anak.
·
Menjelaskan tehnik pemeriksaan fisik sesuai usia.
·
Melaksanaan pemeriksaan fisik pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN.
Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancara, terutama dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih formal,alat-alat untuk perkusi,palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring pengkajian sistem tubuh.Seperti pada riwayat kesehatan, obyekyif dari pengkajian fisik adalah untuk merumuskan diagnsa keperawatan dan mengevaluasi keefektivan intervensiterapeutik.( Wong,2003)
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan,dimana tiap tahap perawatan melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara, laporan teman sejawat, catatan keperawatan, atau catatan kesehatan lain dan pengkajian fisik.( Robert Priharjo, 1993 ).
Physical examination merupakan tehnik maneuver yang terdiri dari beberapa rangkaian, yang masing-masing anak memlik sensifitas dan verbal baik fisik maupun spikologik.( Wong, 1993 ).
Pemeriksaan fisik lebih dari suatu rangkaian latihan tehnikal. Hal itu merupakan tuntutan yang sama sensivitasnya dengan kebutuhan fisik dan psikologik anak yang sulit di kenal dan tidak sama dengan yang lainnya.( Wong, 1993 ).
B. TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK.
Tujuan pemeriksaan fisik adalah memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik pasien. Karena sifat alamiah bayi dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus menuruti sistematika yang lazim pada orang dewasa. Dalam pemeriksan anak harus memperhatikan kebutuhan perkembangan mental anak. Penggunaan perkembanagn mental dan kronologi umur sebagai kriteria utama dalam pengkajian tiap sistem tubuh memudahkan/menyelesaikan dari beberapa tujuan, diantaranya :
1)
Meminimalkan steres dan ansietas yang berhubungan dengan
pengkajian pada baguan-bagian tubuh yang berbeda.
2)
Memelihara dan membina hubungan saling percaya antara
perawat, anak dan orang tua.
3)
Memberikan persiapan yang maksimum pada anak.
4)
Memberikan perlindungan yang esensial pada hubungan antara
orang tua-anak, terutama dengan anak kecil.
5)
Memaksimalkan keakuratan dan reabilitas hasil pengkajian.
C. PEMERIKSANAAN ANAK.
Walaupun pemeriksaan fisik dilakukun dengan prosedur yang tidak menyebabkan rasa saki, tetapi kepada seorang anak dengan menggunakan jari, telapak tangan, lengan, pemeriksaan dalam telinga dan mulut,menekn abdomen dan mendengarkan dasa dengan permukaan metal yang dingin dapat menimbulkan stresful. Pemeriksaan fisik ini harus menjadi hal yang menyenangkan dan sama baik hasilnya. Misalnya dengan anak pre school dan yang lebih tua perawat dapat menggunakan gambar atau boneka untuk membantu anak belajar tentang tubuh mereka.
Tehnik “Paper Doll” merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengajarkan anak tentang bagian tubuh mereka yang diperiksa. Kesimpulannya adalah saat kunjungan anak dapat membawa paper doll sebagai pengingat pengalaman. Banyak permintaan anak yang sangat kooperatif ketika orang tua bersama mereka. Hal ini ada yang menyebabkan, bagaimanapun saat anak yang lebih tua terutama adolence lebih memilih di periksa sendiri pada pemeriksaan genetalia, sering anak yang sedang diperiksa juga disertai saudara kandungnya yang dapat menyebabkan ke tidak teraturan kerena ada boredom.
Sebuah taktik untuk membantu mereka adalah untuk memberikan mereka kesempatan untuk mencoba alat pemeriksaan seperti stetoskop atau spatel lidah dan memuji anak atas “Bantuannya”selama pemeriksaan.
D. KOMUNIKASI SEBELUM PEMERIKSAAN FISIK.
Sebagai tenaga medis sebelum melakukan pemeriksaan hendaknya jangan mengabaikan komunikasi walaupun pada anak sekalipun. Hal ini bertujuan agar nantinya ia mendapatkan informasi yang akurat dengan pasien. Adapun komunikasi yang dilakukan perawat sebelum melakukan pemeriksaan fisik antara lain:
1)
Bicara terlebih dahulu pada orang tua, tunjukkan bahwa kita
akan membina hubungan yang baik dengannya.Dengan demikian, anak akan
melihat bahwa kita berbuat baik terhadap orang tuanya. Kemudian perhatian kita alihkan pada
anak dengan tujuan semula, yaitu melakukan pengkajian.
2)
Mulai kontak dengan anak dengan menceritakan sesuatu yang
lucu. Dengan demikian harapkan anak akan tertarik dengan pembicaraan perawat dan mau bekerja sama.
3)
Gunakan mainan sebagai pihak ketiga dalam bentuk yang lain
sebagai titik masuk berbicara pada anak. Hal ini akan sangat efektif terutama
pada anak usia toddler dan anak pra sekolah.
4)
Apabila memungkinkan, ajukan pilihan pada anak tersebut
tentang pemeriksaan yang diinginkan, sambil duduk atau di tempat tidur, atau di
pangku oleh orangtuanya.
5)
Pemeriksaan yang menimbulkan trauma dilakukan paling
terakhir. Dengan demikian, pilih pemeriksaan yang paling sederhana atau yang dapat
dilakukan sambil bermain terlebih dahulu.
6)
Hindarkan pemeriksaan dengan menggunakan alat yang
menimbulkan rasa takut,misalnya termometer atau stetoskop yang terasa dingin.
E. PENATALAKSANAAN.
A. PERSIAPAN ALAT.
1)
Pengukur/meteran/penggaris/Stadiometer.
2)
Penimbang BB.
3)
Termometer dan spekulum.
4)
Optalmoskop.
5)
Arloji berdetik.
6)
Manset:
• Bayi baru lahir ukurannya : lebar kantong 2,5-4,0 cm dan panjang Kantongnya 5,0-9,0 cm.
• Bayi ukurannya:lebar kantong 4,0-6,0 cm dan panjang kantongnya 5,0-9,0.
• Anak-anak lebar kantong 7,5-9,0 Cm dan panjang kantongnya 17,0-19,0 cm.
• Bayi baru lahir ukurannya : lebar kantong 2,5-4,0 cm dan panjang Kantongnya 5,0-9,0 cm.
• Bayi ukurannya:lebar kantong 4,0-6,0 cm dan panjang kantongnya 5,0-9,0.
• Anak-anak lebar kantong 7,5-9,0 Cm dan panjang kantongnya 17,0-19,0 cm.
7)
Stetoskop.
8)
Oksilometri.
9)
Peniti,kapas, objek dingin/kapas.
10) Spatel lidah.
11) Garpu tala.
12) Snellen.
13) Senter.
14) Gambar warna.
B. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK.
Posisi Urutan Persiapan Bayi.
• Sebelum dapat duduk sendiri:
Terlentang atau telungkup atau lebih baik di pangkuan orang
tua.
• Usia 4 sampai 6 bulan dapat di tempatkan di atas meja periksaan.
• Setelah dapat duduk sendiri:
• Usia 4 sampai 6 bulan dapat di tempatkan di atas meja periksaan.
• Setelah dapat duduk sendiri:
Gunakan posisi duduk di pangkuan orang tua jika mungkin.
• Jika diatas meja, tempatkan dan pandangan penuh pada orang tua.
• Bila tenang auskultai jantung, paru, abdomen.
• Jika diatas meja, tempatkan dan pandangan penuh pada orang tua.
• Bila tenang auskultai jantung, paru, abdomen.
• Catat frekuensi jantung dan pernafasan.
• Palpasi dan perkusi area yang sama.
• Lanjutkan dengan arah biasa,kepala ke kaki.
• Lakukan prosedur traumatic di bagian akhir, mata, telinga,
mulut (sambil menangis).
• Munculkan reflek-reflek saat bagian tubuh tersebut
diperiksa.
• Lakukan pemeriksaan reflek Moro di bagian akhir.
• Lepaskan semua pakaian bila suhu ruangan memungkinkan.
• Biarkan popok terpasang pada bayi.
• Tingkatkan kerja sama dengan distraksi,obyek
erang,bunyi-bunyi dengan mulut,bicara.
• Berikan kotak kecil dikedua tangan bayi yang lebih besar,sampai
pelepasan volunter berkembang di akhir tahun pertama,bayi tidak mampu
menggenggam obyek(misalnya
stetoskop,otoskop)( Farber,1991 ).
stetoskop,otoskop)( Farber,1991 ).
• Tersenyum pada bayi gunakan suara yang lembutdan perlahan.
• Tenangkan dengan sebotol air gula atau makanan.
• Minta bantuan orang tua untuk memegang bayi pada
pemeriksaan telinga dan mulut.
• Hindari gerakan yang kasar dan mengejutkan.
Usia Bermain.
ü Duduk atau berdiri diatas atau
disamping orang tua.
ü Telungkup atau terlentang dipangkuan
orang tua.
ü Inspeksi area tubuh,melalui
permainan “Hitung Jari” gelitik jari kaki.
ü Gunakan kontak fisik minimal diawal
pemeriksaan.
ü Kenalkan alay dengan perlahan.
Auskultasi,perkusi,palpasi bila tenang.
ü Lakukan prosedur traumatic terakhir
(sama dengan bayi).
ü Minta orang tua untuk melepaskan pakaian
bagian luar.
ü Lepaskan pakaian dalam pada saat
tubuh tersubut di periksa.
ü Izinkan untuk melihat-lihat
alay,menunjukkan penggunaan alat biasanya tidak efektif.
ü Jika tidak kooperatif lakukan
prosedur dengan cepat.
ü Gunakan restrain bila tepat,minta bantuan
orang tua.
ü Bicarakan pemeriksaan bila dapat
bekerja sama :gunakan kalimat pendek.
ü Berikan pujian untuk perilaku
kooperatif.
Anak Pra Sekolah.
ü Lebih suka berdiri atau duduk.
ü Biasanya kooperatif dengan posisi
telungkup/atau terlentang menyukai kedekatan dengan orang tua.
ü Jika kooperatif ,lakukan dari kepala
ke jari kaki.
ü Bila tidak kooperatif,lakukan seperti
pada anak usia bermain.
ü Minta anak melepaskan pakaiannya.
ü Izinkan untuk menggunakan celana
dalam bila malu.
ü Berikan kesempata untuk melihat
alat:tunjukkan dengan singkat penggunaannya.
ü Buat cerita tentang prosedur :”saya
mau melihat seberapa kuat otot-ototmu”
ü Gunakan tehnik boneka kertas.
ü Beri pilihan jika mungkin.
ü Hargai kerja sama : gunakan
pernyataan positif ”Buka Mulutmu”.
Anak Usia Sekolah.
Ø Menyukai duduk.
Ø Kooperatif hampir semua posisi anak
kecil menyukai kehadiran orangtua.
Ø Anak yang lebih besar menyukai
privasi.
Ø Lakukan dari kepala dan kaki.
Ø Bila tidak kooperatif ,lakukan seperti
pada anak usia bermain.
Ø Minta untuk melepaskan pakain
sendiri.
Ø Biarkan untuk memakai celana dalam.
Ø Beri skor untuk dipakai.
Ø Jelaskan tujuan peralatan dan
kepentingan prosedur seperti otoskop untuk melihat
gendang telinga,yang diperlukan untuk mendengar.
gendang telinga,yang diperlukan untuk mendengar.
Ø Ajarkan tentang fungsi tubuh dan
perawatannya.
Remaja.
§ Sama dengan anak usia sekolah.
§ Berikan pilihan tentang keberadaan
orang tua.
§ Sama dengan anak usia sekolah yang
lebih besar.
§ Izinkan melepaskan pakaian sendiri.
§ Beri Skor.
§ Buka hanya area yang akan diperiksa.
§ Hargai kebutuhan privacy.
§ Jelaskan temuan-temuan selama
pemeriksaan. ”ototmu kuat dan padat”
§ Beri keterangan tentang perkembangan
seksual : “Payudaramu sedang berkembang seperti seharusnya“
§ Tekan kenormalan perkembangan.
§ Periksa genetalia seperti bagian
tubuh yang lain:dapat di lakukan di akhir.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat
disimpulkan antara lain:
1. Pengkajian fisik pada anak
memerlukan teknik-teknik dan pengalaman khusus untuk dapat melakukannya, karena
masing-masing anak memiliki respon yang berbeda pada setiap tindakan.
2. Tujuan dari pemeriksaan fisik sesuai
usia adalah untuk memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan pasien.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemeriksaan fisik antara lain :
a. Posisi pada saat melakukan pemeriksaan fisik.
a. Posisi pada saat melakukan pemeriksaan fisik.
b.
Umur pasien atau anak.
c.
Persiapan anak.
d.
Tingkat kesadaran anak.
e.
Bagaimana keadaan normal dan abnormalitas baik potensial
maupun aktual sistem yang dikaji.
f.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat diharapkan
mengerti dan .
memahami sifat dan karakter anak pada (tiap-tiap tumbuh kembang anak.
memahami sifat dan karakter anak pada (tiap-tiap tumbuh kembang anak.
g.
Menjaga dan mempertahankan anak supaya kooperatif dalam
pemeriksaan maka sangat perlu dilakukan kerja sama orang-tua, karena orang-tua
pemegang keputusan utama dan orang yang paling dekat dengan anak.
RESUME
PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan atau perawat yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.
Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir :
1)
Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan
tindakan.
2)
Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan.
3)
Pastikan pencahayaan baik.
4)
Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg
akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar)
dan segera selimuti kembali dengan cepat.
5)
Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN.
1.
Kapas.
2.
Senter.
3.
Termometer.
4.
Stetoskop.
5.
Selimut bayi.
6.
Bengkok.
7.
Timbangan bayi.
8.
Pita ukur/metlin.
9.
Pengukur panjang badan.
PROSEDUR.
1)
Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan
pemeriksaan.
2)
Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik,
faktor lingkungan,sosial,faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal,
dan neonatal.
3)
Susun alat secara ergonomis.
4)
Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir,
keringkan dengan handuk bersih.
5)
Memakai sarung tangan.
6)
Letakkan bayi pada tempat yang rata.
PENGUKURAN ANTHOPOMETRI.
A.
Penimbangan berat badan.
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala
penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat
alas dan pembungkus bayi.
B.
Pengukuran panjang badan.
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari
kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat
dari bahan yang tidak lentur.
C.
Ukur lingkar kepala.
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala
kembali lagi ke dahi.
D.
Ukur lingkar dada.
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke
punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu).
PEMERIKSAAN FISIK.
A.
Kepala.
ü Raba sepanjang garis sutura dan
fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar
mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada
kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih
yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel
anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas
atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika
fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial,
sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel
ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya
trisomi.
ü Periksa adanya tauma kelahiran
misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur
tulang tengkorak.
ü Perhatikan adanya kelainan
kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.
B.
Wajah.
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
C.
Mata.
ü Goyangkan kepala bayi secara
perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
ü Periksa jumlah, posisi atau letak
mata.
ü Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi
mata yang belum sempurna.
ü Periksa adanya glaukoma kongenital,
mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea.
ü Katarak kongenital akan mudah
terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang
ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan
adanya defek retina.
ü Periksa adanya trauma seperti
palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina.
ü Periksa adanya sekret pada mata,
konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan.
ü Apabila ditemukan epichantus melebar
kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
D.
Hidung.
ü Kaji bentuk dan lebar hidung, pada
bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
ü Bayi harus bernapas dengan hidung,
jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas
akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring.
ü Periksa adanya sekret yang mukopurulen
yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital.
ü Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung
mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan.(Depkes Ri,2003).
E.
Mulut.
ü Perhatikan mulut bayi, bibir harus
berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah.
Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia.
ü Periksa adanya bibir sumbing, adanya
gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut).
ü Periksa keutuhan langit-langit,
terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak.
ü Perhatika adanya bercak putih pada
gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibatvEpistein’s pearl atau gigi.
ü Periksa lidah apakah membesar atau
sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan intrakranial meninggi
seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote).
ü Bibir sumbing/
labiopalatoskiziz
(Bennet & Brown, 1999).
F.
Telinga.
ü Periksa dan pastikan jumlah, bentuk
dan posisinya.
ü Pada bayi cukup bulan, tulang rawan
sudah matang.
ü Daun telinga harus berbentuk sempurna
dengan lengkungan yang jelas dibagia atas.
ü Perhatikan letak daun telinga. Daun
telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom
tertentu (Pierre-robin).
ü Perhatikan adanya kulit tambahan
atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
G.
Leher.
ü Leher bayibiasanya pendek dan harus
diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan
pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.
ü Periksa adanya trauma leher yang
dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis.
ü Lakukan perabaan untuk
mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid
dan vena jugularis.
ü Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian
belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
H.
Klavikula.
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu.Periksa kemungkinan adanya fraktur.
I.
Tangan.
ü Kedua lengan harus sama panjang,
periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah.
ü Kedua lengan harus bebas bergerak,
jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur.
ü Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya
polidaktili atau sidaktili.
ü Telapak tangan harus dapat terbuka,
garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom,
seperti trisomi 21.
ü Periksa adanya paronisia pada kuku
yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
J.
Dada.
ü Periksa kesimetrisan gerakan dada
saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks,
paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding
dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal
pada saat bernapas perlu diperhatikan.
ü Pada bayi cukup bulan, puting susu
sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris.
ü Payudara dapat tampak membesar
tetapi ini normal.
K.
Abdomen.
ü Abdomen harus tampak bulat dan
bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya
pembengkakan.
ü Jika perut sangat cekung kemungkinan
terdapat hernia diafragmatika.
ü Abdomen yang membuncit kemungkinan
karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya.
ü Jika perut kembung kemungkinan
adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus
persisten.(Lodermik, Jensen 2005).
L.
Genetalia.
ü Pada bayi laki-laki panjang penis
3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh
ditarik karena akan menyebabkan fimosis.
ü Periksa adanya hipospadia dan
epispadia.
ü Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan
jumlah testis ada dua.
ü Pada bayi perempuan cukup bulan
labia mayora menutupi labia minora.
ü Lubang uretra terpisah dengan lubang
vagina.
ü Terkadang tampak adanya sekret yang
berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl
bedding).(Lodermik, Jensen 2005) (Lodermik, Jensen 2005).
M.
Anus dan rectum.
ü Periksa adanya kelainan atresia ani
, kaji posisinya.
ü Mekonium secara umum keluar pada 24
jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug
syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.
N.
Tungkai.
ü Periksa kesimetrisan tungkai dan
kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan.
ü Kedua tungkai harus dapat bergerak
bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur,
kerusakan neurologis.
ü Periksa adanya polidaktili atau
sidaktili padajari kaki.
O.
Spinal.
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra.(Lodermik, Jensen 2005).
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra.(Lodermik, Jensen 2005).
P.
Kulit.
ü Perhatikan kondisi kuli bayi.
ü Periksa adanya ruam dan bercak atau
tanda lahir.
ü Periksa adanya pembekakan.
ü Perhatikan adanya vernik kaseosa.
ü Perhatikan adanya lanugo, jumlah
yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
Tahap
Terminasi:
1.
jelaskan pada ibu atau kelurga tentang hasil pemeriksaan.
2.
Rapikan bayi.
3.
Bereskan alat.
4.
Lakukan pendokumentasian tindakan dan hasil pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA
4. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru
Lahir.www.google.com.