Wednesday, June 13, 2012

HASIL & KLASEMEN EURO 2012

HASIL & KLASEMEN EURO 2012

logo euro 2012

Salam Olah raga, Bagaimana Kabar Sobat semua Pecinta Olah raga Sepak Bola??,Apa kabar Euro 2012 ??,baru 2 Hari pesta Sepkabola Akbar euro Championship di gelar sudah Banyak yang terjadi,Perdiksi tinggal Predikasi, Toh Bola Itu Bundar bukan?. Semuanya Bisa terjadi dalam pertandingan Sepak Bola,semua itu sudah Biasa.

Terkadang Team Besar Kalah sama team kecil,hal itu sah - sah aja,mungkin bisa di akibatkan Oleh beberapa Faktor Diantaranya adalah karena mungkin Terlampau Pede atau Gimana :-D,btw team jagoan saya Netherland harus kalah ditangan Denmark,wah ya mau gimana lagi tapi harus tetap semangat dalam menyaksikan Pertandingan Euro 2012 ini ,agar tetap semangat alangkah baiknya sobat Mengupdate hasil & Klasemen sementara pertandingan euro cup 2012 ini,agar sobat bisa menimbang nimbang dan memprediksi siapa saja yang kira - kira nanti akan lolos ke putaran semi final, dan final nantinya.

Baiklah berikut ini adalah hasil & klasemen sementara Euro 2012 ;

European Championship

> >


Ok Mudah - mudahan list hasil euro 2012 diatas dapat bermanfaat, salam Olahraga,junjung terus sportivitas dalam Olah raga :)

Jadwal Euro 2012 Lengkap Terupdate

Jadwal Euro 2012 Lengkap Terupdate. Yuk yang suka dengan olahraga sepak bola pasti tidak ketinggalan dengan Piala Eropa yang digelar 8 Juni 2012. Jika anda ingin mengetahui Jadwal Euro 2012, anda bisa melihatnya dibawah ini. So, anda tidak akan ketinggalan jam tayang tim kesayangan anda.

Jadwal Euro 2012

Jadwal Euro 2012

Babak Penyisihan Grup
Grup A: Polandia, Yunani, Republik Ceska, dan Rusia

No Tanggal Laga Jam
1 Jumat, 08 Juni 2012 Polandia vs Yunani 23.00 WIB
2 Sabtu, 09 Juni 2012 Rusia vs Rep.Ceko 01.45 WIB
3 Selasa, 12 Juni 2012 Yunani vs Rep.Ceko 23.00 WIB
4 Rabu, 13 Juni 2012 Polandia vs Rusia 01.45 WIB
5 Minggu, 17 Juni 2012 Rep.Ceko vs Polandia 01.45 WIB
6 Minggu, 17 Juni 2012 Yunani vs Rusia 01.45 WIB
Grup B: Belanda, Denmark, Jerman, dan Portugal

No Tanggal Laga Jam
1 Sabtu, 09 Juni 2012 Belanda vs Denmark 23.00 WIB
2 Minggu, 10 Juni 2012 Jerman vs Portugal 01.45 WIB
3 Rabu, 13 Juni 2012 Denmark vs Portugal 23.00 WIB
4 Kamis, 14 Juni 2012 Belanda vs Jerman 01.45 WIB
5 Senin, 18 Juni 2012 Portugal vs Belanda 01.45 WIB
6 Senin, 18 Juni 2012 Denmark vs Jerman 01.45 WIB
Grup C: Spanyol, Italia, Republik Irlandia, dan Kroasia

No Tanggal Laga Jam
1 Minggu, 10 Juni 2012 Spanyol vs Italia 23.00 WIB
2 Senin, 11 Juni 2012 Irlandia vs Kroasia 01.45 WIB
3 Kamis, 14 Juni 2012 Italia vs Kroasia 23.00 WIB
4 Jumat, 15 Juni 2012  Spanyol vs Irlandia 01.45 WIB
5 Selasa, 19 Juni 2012  Kroasia vs Spanyol 01.45 WIB
6 Selasa, 19 Juni 2012 Italia vs Irlandia 01.45 WIB
Grup D: Prancis, Ukraina, Swedia, dan Inggris

No Tanggal Laga Jam
1 Senin, 11 Juni 2012  Prancis vs Inggris 23.00 WIB
2 Selasa, 12 Juni 2012 Ukraina vs Swedia 01.45 WIB
3 Jumat, 15 Juni 2012 Swedia vs Inggris 23.00 WIB
4 Sabtu, 16 Juni 2012 Ukraina vs Prancis 01.45 WIB
5 Rabu, 20 Juni 2012 Inggris vs Ukraina 01.45 WIB
6 Rabu, 20 Juni 2012 Swedia vs Prancis 01.45 WIB
Perempat Final
No Tanggal Laga Jam
A Kamis, 21 Juni 2012 Juara Grup A vs Runner-up Grup B 01.45 WIB
B Jumat, 22 Juni 2012 Juara Grup B vs Runner-up Grup A 01.45 WIB
C Sabtu, 23 Juni 2012  Juara Grup C vs Runner-up Grup D 01.45 WIB
D Minggu, 24 Juni 2012  Juara Grup D vs Runner-up Grup C 01.45 WIB
Semifinal
No Tanggal Laga Jam
1 Rabu, 27 Juni 2012 Pemenang A vs Pemenang B 01.45 WIB
2 Kamis, 28 Juni 2012 Pemenang C vs Pemenang D 01.45 WIB
Final
No Tanggal Laga Jam

Minggu, 1 Juli 2012 Pemenang 1 vs Pemenang 2 01.45 WIB

Anda juga bisa Download Jadwal Euro 2012 jika anda merasa membutuhkannya, kami sudah menyediakannya. Klasemen Euro 2012 juga sudah tersedia dan terupdate secara live di blog personal ini. Semoga informasi Jadwal Euro 2012 RCTI bermanfaat buat anda. Salam Olahraga!

Trend dan issue keperawatan medikal bedah

Trend dan issue keperawatan medikal bedah

Lingkup praktek keperawatan  medikal-bedah merupakan bentuk asuhan keperawatan pada klien dewasa yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau terprediksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau kecacatan. Asuhan keperawatan meliputi perlakuan terhadap individu untuk memperoleh kenyamanan; membantu individu dalam meningkatkan dan mempertahankan kondisi sehatnya; melakukan prevensi, deteksi dan mengatasi kondisi berkaitan dengan penyakit ; mengupayakan pemulihan sampai kliendapat mencapai kapasitas produktif tertingginya; serta membantu klien menghadapi kematian secara bermartabat.
Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan keterkaitan komponen-komponen bio-psiko-sosial klien dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau kecacatan.

LINGKUP KLIEN
Klien yang ditangani dalam praktek keperawatan medikal bedah adalah orang dewasa, dengan pendekatan “one-to-one basis”. Kategori “dewasa” berimplikasi pada peerkembangan yang dijalani sesuai tahapannya. Tugas-tugas perkembangan ini dapat berdampak pada perubahan peran dan respon psikososial selama klien mengalami masalah kesehatan, dan hal ini perlu menjadi pertimbangan perawat dalam melakukan kajian dan intervensi keperawatan. Pendekatan keperawatan harus memperhitungkan “level kedewasaan” klien yang ditangan, dengan demikian pe;ibatan dan pemberdayaan klien dalam proses asuhan merupakan hal penting, sesuai dengan kondisinya; ini berkenaan dengan “Self-caring capacities”

LINGKUP GARAPAN KEPERAWATAN
Untuk membahas lingkup garapan keperawatan medikal-bedah, kita perlu mengacu pada “focus telaahan – lingkup garapan dan basis intervensi keperawatan


Fokus telaahan
keperawatan adalah respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan baik actual maupun potensial. Dalam lingkup keperawatan medikal bedah, masalah kesehatan ini meliputi gangguan fisiologis nyata atau potensial sebagai akibat adanya penyakit, terjadinya trauma maupun kecacatan berikut respon klien yang unik dari aspek-aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Mengingat basis telaahan respon klien bersumber dari gangguan fisiologis, maka pemahaman akan patofisiologis atau mekanisme terjadinya gangguan dan (potensi) manifestasi klinis dari gangguan tersebut sangat mendasari lingkup garapan dan intervensi keperawatan.
Penyakit, trauma atau kecacatan sebagai masalah kesehatan yang dihadapi klien dapat bersumber atau terjadi pada seluruh system tubuh meliputi system-sistem persyrafan; endokrin; pernafasan; kardiovaskuler; pencernaan; perkemihan; muskuloskeletal; integumen; kekebalan tubuh; pendengaran ; penglihatan serta permasalahan-permasalahan yang dapat secara umum menyertai seluruh gangguan system yaitu issue-isue yang berkaitan dengan keganasan dan kondisi terminal.

Trend Current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa

Trend Current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa

Trend Current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut:
• Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
• Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
• Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
• Kecenderungan situasi di era global
• Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
• Kecenderungan penyakit jiwa
• Meningkatnya post traumatik sindrom
• Meningkatnya masalah psikososial
• Trend bunuh diri pada anak
• Masalah AIDS dan NAPZA
• Pattern of parenting
• Perspektif life span history
• Kekerasan
• Masalah ekonomi dan kemiskinan

A. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala. Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi malahan harus dimulai dari masa pranikah.banyak penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi.
Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat terlahir dari seorang ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah dipelajari sejak dalam kandungan pada saat bayi belum lahir yang sudah terbiasa terpapar oleh suara-suara komposisi lagu yang teratur.
Marc Lehrer, seorang ahli dari university of California menemukan bahwa dari 3000 bayi yang diteliti serta diberikan stimulasi dini berupa suara, musik, cahaya, getaran dan sentuhan, ternyata setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosi yang lebih baik. Kemudian Craig Ramey, meneliti bahwa stimulasi dini, bonding and attachment pada bayi baru lahir dapat meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%.
Marion cleves meneliti tentang tikus-tikus yang hamil. Beberapa tikus hamil yang diberikan stimulasi aliran listrik rendah, cahaya, suara dan jebakan-jebakan menunjukkan banyaknya percabangan dendrite sebagai prasyarat kecerdasan. Setelah dibandingkan dengan kelompok control ternyata menunjukkan perbedaan yang signifikan. Demikian juga penelitian-penelitian yang dilakukan di hospital Bangkok Thailand, pada bayi-bayi yang mendapat prenatal care yang baik dan stimulasi sejak dalam kandungan. Ternyata bayi tersebut mampu berbicara, berkomunikasi, menirukan suara, menyebut kata pertama dan senyum. Hal ini didukung oleh penemuan beatriz manrique (presiden the Venezuela ministry for the development of intelligence) dalam penelitian pada 600 bayi, ternyata stimulasi sejak dalam kandungan dapat menigkatkan kemampuan adaptasi, attachment, dan bahasa.
Demikian juga dengan kaitan antara masa kehamilan dengan skizofrenia. Skizofrenia sering dianggap sebagai penyakit kronis dan tidak dapat disembuhkan. Anggapan tersebut keliru, karena dengan pengobatan yang baik banyak penderita yang dapat kembali ke masyarakat dan berfungsi optimal. Salah satu kendala dalam mengobati skizofrenia optimal adalah keterlambatan penderita datang ke klinik pengobatan. Timbul pertanyaan, mungkinkah penyakit ini dideteksi sedini mungkin dan dicegah perkembangannya? Tahun 1988, Mednick dkk dalam penelitian epidemiologi melaporkan penemuan yang menarik, yaitu hubungan antara skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan. Laporannya didasarkan atasepidemi virus influenza pada tahun 1957 di kota Helsinki.epidemi ini sangat spesial mengingat pertama, terjadinya dalam kurun waktu yang pendek, dimulai pada tanggal 8 oktober dan berakhir 5 minggu kemudian 14 November. Kedua, epidemi ini sangat menyebar. Hampir dua pertiga penduduk kota ini terkena infeksi dalam berbagai tingkatan. Kondisi ini memungkinkan dilakukannya evaluasi efek jangka panjang.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang leih tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia.
Mednick menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurnagnya kemampuan dalam mempertahankan perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory, dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan gangguan emosi.

B. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa

Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita sakit jiwa di propinsi lain dan daerah istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita tidak lagi didominasi masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas, juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif.
Kecenderungan itu tampak dari banyaknya pasien yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan di RS Grhasia Yogyakarta dan RS Sardjito Yogyakarta. Pada dua rumah sait tersebut klien gangguan jiwa terus bertambah sejak tahun 2002 lalu. Pada tahun 2003 saja jumlahnya mencapai 7.000 orang, sedang pada 2004 naik menjadi 10.610 orang. Sebagian dari klien menjalani rawat jalan, dank lien yang menjalani rawat inap mencapai 678 orang pada 2003 dan meningkat menjadi 1.314 orang pada tahun 2004. yang menarik, klien gangguan jiwa sekarang tidak lagi didominasi kalangan bawah, tetapi kalangan mahasiswa, pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dan kalangan professional juga ada diantaranya. Klien gangguan jiwa dari kalangan menengah ke atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu mengelola stress dan ada juga kasus mereka yang mengalami post power syndrome akibat dipecat atau mutasi jabatan.
Kepala staf medik fungsional jiwa RS Sardjito Yogyakarta, Prof.Dr. Suwadi mengatakan, pada tahun 2003 jumlah klien gangguan jiwa yang dirawat inap sebanyak 371 pasien. Tahun 2004 jumlahnya meningkat menjadi 433 pasien. Jumlah itu, belum termasuk klien rawat jalan di poliklinik yang sehari-hari rata-rata 25 pasien. Demikian juga di propinsi Sumatera Selatan, gangguan kejiwaan dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan peningkatan. Beban hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa. Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) daerah Propinsi Sumatera Selatan mengungkapkan: setahun ini jumlah klien gangguan jiwa yang ditangani di RSJ mengalami peningkatan 10-15% dibandingan dengan tahun sebelumnya. Kecenderungannya, kasus-kasus psikotik tetap tinggi, disusul kasus neurosis yang cenderung meningkat, rekam medis di RSJ Sumsel mencatat, jumlah klien yang dirawat meningkat dari jumlah 4.101 orang (2003) menjadi 4.384 orang (2004). Dari keseluruhan jumlah klien yang dirawat selama 2004, sebanyak 1.872 pasien diantaranya dirawat inap di RSJ itu. Sebanyak 1.220 orang adalah sebagai pasien lama ang sebelumnya pernah dirawat. Kondisi lingkungan yang semakin keras, dapat menjadi penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan timgkat kemiskinan terlalu menekan.
Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah keluarga.
Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.

C. Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa

Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO wilayah Asia Tenggara, hamper satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri. Buktinya, bisa kita cocokkan dan lihat sendiri dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa.
Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat DepKes) mengatakan, angka itu menunjukkan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja samapai skizofrenia.
Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.
Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun, menurut Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).

D. Kecenderungan situasi di era globalisasi

Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sector termasuk sektor kesehatan

Trend dan current issue Keperawatan Keluarga

Trend dan current issue Keperawatan Keluarga

*   Dunia tanpa batas (global vilage) mempengaruhi sikap dan pola perilaku keluarga.
*   Kemajuan dan pertukaran iptek
*   Kemajuan teknologi transportasi  à migrasi mudah  à interaksi keluarga berubah
*   Kesiapan untuk bersaing secara berkualitas  Ã  sekolah-sekolah berkualitas
*   Kompetensi global tenaga kesehatan/ keperawatan.

*   Pelayanan : 
-  SDM belum dapat menjawab tantangan global  à belum ada perawat keluarga.
-  Penghargaan / reward rendah
-  Bersikap pasif
-  Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
-  Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah
*   Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum berkembang.
*   Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang  à DEPKES sudah mneyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperwatan keluarga di rumah  à perlu disosialisasikan.
*   Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
*   Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
*   Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
*   Model pelayanan  belum mendukung peranan aktif semua profesi


*   Pendidikan:
- Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah”
- Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
- Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
- Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
- Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.
*   Profesi:
- Standar kompetensi belum disosialisasikan
- Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan
- Kompetensi  berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
- Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
- Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
- Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN LANSIA

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN LANSIA
  1. Fenomena Lansia
  1. Fenomena Demografi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :
AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun
Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly:
Di Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk.
Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993).
Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:
  1. 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.
  2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
  3. 53% lansia masih menanggung bebean kehidupan keluarga.
  4. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
  1. Fenomena Permasalahan Pada Lansia
  • Permasalahan Umum
  1. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
  2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.
  3. Lahirnya kelompok masyarakat industry.
  4. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
  5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
  • Permasalahan Khusus
  1. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental maupun sosial.
  2. Berkurangnya integrasi sosial usila.
  3. Rendahnya produktifitas kerja lansia.
  4. Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
  5. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistic.
  6. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.
  1. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia
  • Penurunan fisik
  • Perubahan mental
  • Perubahan-perubahan Psikososial
Karakteristik Penyakit pada Lansia:
  • Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.
  • Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
  • Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
  • Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
  • Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
  • Sering terjadi penyakit iatrogenik.
Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan Makassar) sbb:
  • Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat (69,39%),seksual (58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).
  • Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),sakit kepala (51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera makan menurun (30,08%),mual/perut perih (26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesak nafas (21,28%).
  • Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis (11,34%),dan jantung (6,45%).
DAFTAR PUSTAKA
- Setiabudhi, Tony. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
- Nugroho, Wahjudi SKM. 1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC
- Sahar juniati (2001) keperawatan gerontik, coordinator keperawatan komunitas, fakultas ilmu keperawatan UI, Jakarta
TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN LANSIA.doc