Wednesday, April 11, 2012

KONSEP DASAR TENTAMEN SUICIDE


KONSEP DASAR TENTAMEN SUICIDE
A. Definisi tentamen Suicide
-          Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Harold I, Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998)
-          Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi Anna Kelihat, 1991)
-          Perlaku destruktif diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian (Gail Wiscara Stuart, dan Sandra, J. Sundeen, 1998).
B. Etiologi/Penyebab
  • Penyebab bunuh diri pada anak
1)      Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
2)      Situasi keluarga yang kacau
3)      Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
4)      Gagal sekolah
5)      Takut atau dihina di sekolah
6)      Kehilangan orang yang dicintai
7)      Dihukum orang lain
  • Penyebab bunuh diri pada remaja
1)      Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
2)      Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
3)      Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
4)      Perasaan tidak dimengerti orang lain
5)      Kehilangan orang yang dicintai
6)      Keadaan fisik
7)      Masalah orang tua
8)      Masalah seksual
9)      Depresi
  • Penyebab bunuh diri pada mahasiswa
1)      Self ideal terlalu tinggi
2)      Cemas akan tugas akademik yang banyak
3)      Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua.
4)      Kompetisis untuk sukses
  • Penyebab bunuh diri pada usia lanjut
1)      Perubahan status dari mandiri ke tergantung
2)      Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
3)      Perasaan tidak berarti di masyarakat.
4)      Kesepian dan isolasi sosial
5)      Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
6)      Sumber hidup berkurang.
  • Pernyataan yang salah tentang bunuh diri (mitos)
Banyak pernyataan yang salah tentang bunuh diri yang harus diketahui perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tingkah laku bunuh diri.
1)      Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan tidak perlu dianggap serius. Semua perilaku bunuh diri harus dianggap serius.
2)      Bunuh diri tidak memberi tanda, delapan dari 10 individu memberi tanda secara verbal atau perilaku sebelum melakukan percobaan bunuh diri.
3)      Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada klien hal yang paling penting dalam perencanaan keperawatan adalah pengkajian yang akurat tentang rencana bunuh diri klien.
4)      Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan tidak ada data dan hasil riset yang membantu pendapat ini karena pola perilaku bunuh diri bersifat individual.
SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)
Skor 0      : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1      : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.
Skor 2      : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
Skor 3      : Mengancam bunuh diri, misalnya “Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri”.
Skor 4      : Aktif mencoba bunuh diri.
C. Klasifikasi/Penilaian Bunuh Diri
Variabel
Resiko Tinggi
Resiko Rendah
Sifat Dermografik dan sosial
Usia
Jenis kelamin
Status marital
Pekerjaan
Hubungan interpersonal
Latar belakang keluarga
Lebih dari 45
Laki-laki
Cerai atau janda
Pengangguran
Konflik
Kacau atau konflik
Di bawah 45
Wanita
Menikah
Bekerja
Stabil
Stabil
Kesehatan
Fisik
Mental
Penyakit kronis hipokondriak
Pemakaian obat yang berlebihan
Depresi berat
Psikosis
Gangguan kepribadian berat
Penyalahgunaan zat
Putus asa
Kesehatan baik merasa sehat
Penggunaan zat rendah
Depresi ringan
Kepribadian ringan
Peminum sosial
Optimisme
Aktivitas bunuh diri
Ide bunuh diri
Sering, kuat, berkepanjangan
Jarang, intensitas rendah
Usaha bunuh diri
Berulang kali
Direncanakan
Penyelamatan tidak mungkin
Keinginan yang tidak ragu-ragu untuk mati
Komunikasi diinternalisasikan (menyatakan diri sendiri)
Metode mematikan dan tersedia
Pertama kali
Impulsi
Penyelamatan tak terhindarkan
Keinginan utama untuk berubah
Komunikasi diinternaslisasikan (kemarahan)
Metode dengan letalitas rendah dan tidak mudah didapat
Sarana
Pribadi
Pencapaian buruk
Tilikan buruk
Afek tidak ada atau terkendali buruk
Pencapaian baik
Penuh tilikan
Afek tersedia dan terkendali dengan semestinya
Sosial
Support buruk
Terisolasi sosial
Keluarga tidak responsive
Support baik
Terintegrasi secara sosial
Keluarga yang memperhatikan
D. Tanda dan Gejala
1.      Tak langsung
a.       Merokok
b.      Mengebut
c.       Berjudi
d.      Tindakan kriminal
e.       Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi
f.       Penyalahgunaan zat
g.      Perilaku yang menyimpang secara sosial
h.      Perilaku yang menimbulkan stress
i.        Gangguan makan
j.        Ketidakpatuhan pada tindakan medik
2.      Langsung
a.       Keputusasaan
b.      Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
c.       Alam perasaan depresi
d.      Agitasi dan gelisah
e.       Insomnia yang menetap
f.       Penurunan berat badan berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan.
E. Patofisiologi
Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon individu terhadap stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta tingkat stress yang dialami. Dalam menghadapi masalah seseorang dapat menggunakan respon yang adaptif maupun respon yang maladaptive, respon seseorang yang adaptif membuat seseorang mempunyai harapan dalam menghadapi masalah, dimana harapan tersebut menimbulkan rasa yakin, percaya, ketetapan hati dalam menghadapi masalah dan dapat menimbulkan ispirasi. Respon maladaptive seseorang membuat seseorang merasa putus harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri. Jika seseorang tidak mampu mengatasi masalah kemungkinan besar seseorang akan menjadi depresi, mengalami perasaan gagal, putus asa, dan merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah yang menimbulkan koping tidak efektif. Putus harapan juga mengakibatkan seseorang merasa kehilangan, sehingga menimbulkan perasaan rendah diri, depresi. Rendah diri dan depresi merupakan salah satu indikasi terjadinya bunuh diri, salah satu percobaan bunuh diri dilakukan dengan penyalahgunaan obat, dimana obat-obatan yang dosisnya besar dapat bersifat toksin bagi tubuh terutama lambung. Intoksikasi dapat memacu atau meningkatkan sekresi asam lambung, dimana asam lambung ini mengiritasi/ membuat trauma jaringan mukosa lambung, merusak mukosa lambung, merangsang saraf. Saraf pada lambung membuka gate kontrol menuju rangsang saraf aferen ke cortex cerebri yang meningkatkan sensitifitas saraf nyeri, kemudian kembali ke saraf eferen dan menimbulkan rasa nyeri, rasa nyeri ini menstimulasi nervus vagus dan meningkatkan respon mual dan gangguan rasa nyaman, gangguan saluran makanan pada lambung, duodenum, usus halus, usus besar, hati, empedu dan salurannya sering memberikan keluhan di perut atas atau di daerah epigastrium yang sering disebut dengan istilah nyeri epigastrik.
A. Nursing Care Plan
1.      Pengkajian pasien destruktif diri
Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri. Prestasi kehidupan yang menghina/menyakitkan. Tindakan persiapan metode yang dibutuhkan, mengatur rencana, membicarakan tentang bunuh diri, memberikan milik berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh diri.
Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.
Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
-          Petunjuk gejala
Keputusasaan
Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga alam perasaan depresi.
Agitasi dan gelisah
Insomnia yang menetap
Penurunan berat badan
Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial
-          Penyakit psikratrik
Upaya bunuh diri sebelumnya
Kelainan afektif
Alkoholisme dan/atau penyalahgunaan obat
Kelainan tindakan dan depresi pada remaja
Demensia diri dan status kekacauan mental pada lansia
Kombinasi dari kondisi diatas.
-          Riwayat Psikososial
Baru berpisah bercerai, atau kehilangan
Hidup sendiri
Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami stress kehidupan multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin).
Penyakit medik kronik
Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat
-          Faktor-faktor kepribadian
Impulsif, agresif, rasa bermusuhan
Kekakuan kognitif dan negatif
Keputusasaan
Harga diri rendah
Batasan atau gangguan kepribadian antisocial
-          Riwayat keluarga
Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri
Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme atau keduanya.
2. Diagnosa Keperawatan (NANDA, 2006)
a.       Resiko bunuh diri yang berhubungan dengan putus asa
Tujuan       : Klien dapat mengontrol untuk tidak bunuh diri setelah dilakukan tindakan keperawatan
NOC :
Indikator
Tidak pernah menunjukkan
Jarang menunjukkan
Kadang-2 menunjukkan
Seri-ng menunjukkan
Selalu menunjuk-kan
-       Mengungkapkan perasaan
-       Tidak melakukan percobaan bunuh diri
-       Mencari bantuan saat berpikiran ingin mencinderai diri
-       Memelihara komunikasi sosial
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
NIC :
1)      Observasi dengan teliti masa gawat bunuh diri dan TTV.
2)      Berikan lingkungan yang aman (sewaktu memberikan obat oral, periksa untuk menjamin bahwa seluruh obat ditelan, jauhkan benda tajam/ benda yang dapat digunakan sebagai alat bunuh diri. Letakkan obat-obat pasien di dalam lemari obat dan pastikan dikunci).
3)      Instruksikan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala dasar dari depresi (tampak sedih, mudah tersinggung, insomnia atau hipersomnia sepanjang hari, kelelahan atau menjadi lamban, peras dan tidak berharga/ bersalah yang berlebihan, usaha bunuh dari.
4)      Laksanakan program terapi dokter.
b.      Nyeri akut yang berhubungan dengan agent cidera kimia
Tujuan : Klien dapat mencapai level nyaman setelah dilakukan tindakan keperawatan
NOC :
Indikator
Tidak ada
Terbatas
Sedang
Sering
Paling
-     Melaporkan secara fisik sehat
-     Melaporkan secara psikologis baik
-     Mengekspresikan puas dengan fisiknya
-     Melaporkan puas dengan kemandiriannya
-     Melaporkan puas dengan kontrol nyeri
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
NIC :
1)      Observasi nyeri meliputi P,Q,R,S,T
2)      Observasi respon nonverbal karena rasa ketidaknyamanan
3)      Kontrol faktor yang dapat menyebabkan pasien merasa tidak nyaman (suhu, lingkungan, penerangan, bisnis).
4)      Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam atau teknik distraksi (membaca buku, mendengarkan musik melalui HP)
5)      Laksanakan program terapi
c.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi sehubungan dengan faktor biologis.
Tujuan : status nutrisi masukan makanan dan minuman klien meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan
NOC :
Indikator
Tidak dapat dicapai
Dicapai terbatas
Dicapai sedang
Dicapai ban-yak
Dicapai luas
-     Masukan nutrisi
-     Masukan makanan dan minuman
-     Banyak energi
1
1
1
2
2
2
3
3
3
4
4
4
5
5
5
NIC :
1)      Observasi masukan makanan dan minuman klien
2)      Berikan support dan perhatian
3)      Anjurkan klien untuk makan/ minum sedikit tapi sering
4)      Laksanakan program terapi dokter
d.      Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan perubahan peran sosial
Tujuan : klien dapat meningkatkan harga diri setelah dilakukan tindakan keperawatan
NOC :
Indikator
Tidak dapat dicapai
Dicapai terbatas
Dicapai sedang
Dicapai ban-yak
Dicapai luas
-     Jalin komunikasi
-     Rasa percaya diri
-     Menerima keterbatasan diri
-     Mengungkapkan peningkatan harga diri secara verbal
-     Mengerti diri sendiri
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
NIC :
1)      Identifikasi hal-hal yang membuat klien merasa rendah diri.
2)      Berikan klien kepercayaan dalam melakukan hal-hal yang dirasa mampu
3)      Anjurkan klien untuk mau berusaha sembuh
4)      Kolaborasi/ laksanakan terapi dokter
e.       Koping tidak efektif yang berhubungan dengan tingkat kepercayaan diri tidak adekuat dalam kemampuan koping
Tujuan : Klien mendapatkan koping yang efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan
NOC :
Indikator
Tidak pernah menunjukkan
Jarang menunjukkan
Kadang-kadang menunjukkan
Sering klai menunjukkan
Teru-menerus menunjukkan
-       Mengidentifikasi pola koping yang efektif.
-       Mengidentifikasi pola koping yang tidak efektif
-       Melaporkan penurunan stress melaporkan
-       Melaporkan penurunan dalam pikiran negative
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
NIC :
1)      Kaji perasaan klien
2)      Diskusikan bersama klien pengalaman emosional yang didapat
3)      Anjurkan klien untuk dapat membagi pengalaman
4)      Anjurkan keluarga selalu mendampingi klien
f.       Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan mual
Tujuan : Pola tidur klien menjadi adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan
NOC :
Indikator
Tidak dapat dicapai
Dicapai terbatas
Dicapai sedang
Dicapai ban-yak
Dicapai luas
-    Tidur
-    Waktu tidur
-    Observasi waktu tidur
-    Pola tidur
-    Kualitas tidur
-    Efisiensi tidur (waktu tidur)
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
NIC :
1)      Kaji pola tidur dan TTV
2)      Berikan lingkungan yang nyaman (kurang kebisingan, batasi pengunjung, berikan tempat tidur yang bersih dan nyaman, posisikan yang nyaman).
3)      Anjurkan teknik distraksi (membaca buku, mendengarkan musik melalui handpone).
4)      Laksanakan program terapi dokter.
g.      Kontipasi yang berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal, depresi, aktifitas tidak adekuat..
Tujuan : Klien dapat BAB secara normal setelah dilakukan tindakan keperawatan
NOC :
Indikator
Tidak dapat dicapai
Dicapai terbatas
Dicapai sedang
Dicapai ban-yak
Dicapai luas
-    Membran mukosa lembab
-    Pasien dapat BAB sesuai p ola normal yang dimiliki sebelumnya (sakit)
-    Bentuk feses lembek, tidak menimbulkan nyeri ketika BAB
1
1
1
2
2
2
3
3
3
4
4
4
5
5
5
NIC :
1)      Identifikasi pola BAB normal sebelum sakit
2)      Pertahankan kecukupan masukan cairan, atur jadwal minum secara proporsional
3)      Beri kenyamanan ketika defekasi
4)      Laksanakan program terapi dokter
Evaluasi :
Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan yang teliti tentang tingkah laku klien setiap hari. Perubahan dapat segera terjadi yang memerlukan modifikasi perencanaan.
Peran serta klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi rencana sangat membantu pencampuran tujuan asuhan keperawatan.
Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai klien dapat melindungi diri sendiri. Melalui intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat mengembangkan alternatif pemecahan masalah bunuh diri.