Saturday, April 7, 2012

OBSTRUCTION INTESTINAL


OBSTRUCTION INTESTINAL

Dasar Teori
Definisi
Ketidakmampuan dari usus untuk berfungsi secara normal karena beberapa hambatan/sumbatan

Klasifikasi
Mekanikal obstruksi ( Dynamic ileus, organic ileus, spastic ileus)  
Obstruksi/sumbatan yang terjadi di intraluminal atau intramural akibat tekanan pada dinding usus.

Paralitic ileus (Adynamic ileus)
Suatu keadaan dimana otot-otot usus tak dapat mendororng isi usus ke bawah. (gangguan peristaltik). Rangsang yang dapat menghambat peristaltik adalah : Laparatomi, trauma, infeksi, ischemic mesenterik, dan gangguan metabolik.

Obstruksi dapat terjadi sebagian atau seluruh bagian (total). Berat-ringannya tergantung pada akibat yang terjadi, tingkat kemacetan lumen dan tingkat perdarahan dinding usus.
Obstruksi kecil pada usus selalu berakibat serius, karena dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Jika obstruksi terjadi sebagian dan perkembangannya lambat, maka gejalanya biasa ringan. Tetapi apabila terjadi obstruksi total, termasuk ketidaksengajaan, mengakibatkan gangguan suplai darah ke kolon, dan bila suplai darah berhenti sama sekali terjadi kematian jaringan (strangulasi usus) dan kehidupan pasien dalam keadaan terancam. 

Pathofisiologi

Penyumbatan sebagian /menyeluruh dapat disebabkan karena mekanika (biasa pada masa paralisis, akibat gangguan neuromuskuler).
Obstruksi mekanika dapat menyebabkan gangguan keluarnya sistem cerna (usus) seperti : hernia, perlengketan, gangguan di dalam usus (seperti tumor, diverticulitis, dan stricture), atau halangan lumen pada usus (seperti oleh karena gallstone atau intususepsi/invaginasi).
Obstruksi non mekanik sering diartikan sebagai suatu ileus paralitik atau ileus yang tidak dinamis. Penyumbatan ini bukan disebabkan karena fisik melainkan penurunan aktifitas otot-otot usus yang mengakibatkan gerakan usus menjadi lambat. Penekanan usus dinilai dari ketidakmampuan usus untuk mengabsorbsi isinya dan mendorong ke bagian bawah. Peningkatan peristaltik terjadi sebagai upaya mendorong isi usus bergerak, rangsangan ini menyebabkan terjadinya sekresi yang mana penting dalam peningkatan tekanan. Penurunan penyerapan dapat menyebabkan 7 sampai 8 liter elektrolit cairan normal keluar dari usus selama 24 jam dan penyumbatan usus ini meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Penyumbatan usus besar dapat juga mengakibatkan arteri dan vena abdomen mengalami bendungan sehingga timbul edema. Penyumbatan usus bagian atas dapat menyebabkan keluarnya plasma ke rongga peritonium sehingga terjadi penumpukan cairan.
Kehilangan cairan ekstraseluler dapat berkisar antara 2 - 6 liter selama 2 - 3 hari setelah terjadi penyumbatan secara mekanik.
Hipovolemik dinilai sebagai suatu sebab dari yang bersifat sedang sampai yang berat. Renal isufisiensi dan kematian dapat terjadi akibat hipovolemik.
Bakteri dalam usus juga dapat menyebabkan penyumbatan tetapi tergantung dari aliran darah yang menuju ke usus. Bakteri tanpa suplai darah dapat membentuk endotoksin setelah masuk ke dalam rongga peritonium atau dalam sistem sirkulasi yang mengakibatkan septik shok.
Penyumbatan total pada usus kecil menyebabkan hilangnya gastrikhidroklorida yang dapat menyebabkan alkalosis. Penyumbatan duodenum bagian bawah sampai usus besar menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa.

Etiologi
Penyebab dari obstruksi usus terdiri dari :
·         Mekanik :
·         adhesion atau perlengketan
·         tumor atau abses
·         hernia
·         volvulus
·         intussusepsi atau invaginasi
·         obstipasi
·         stricture
·         foreign bodies seperti gallstone, penyakit-penyakit crohns, radiasi dan kongenital

·         Non-Mekanik atau Fungsional :
·         illeus paralitik
·         spinal cord lession atau kecelakaan tulang belakang
·         keseimbangan cairan dan elektrolit
·         uremi
·         infeksi saluran cerna kronis

Perlengketan dan hernia merupakan penyebab yang paling banyak. Perlengketan adalah pertumbuhan jaringan pada luka setelah operasi. Umumnya terjadi setelah operasi usus pada beberapa tahun kemudian di mana perlengketan usus menarik lumen usus.  Paralisis Ileus adalah obstruksi yang disebabkan karena menurunnya peristaltik usus. Biasanya disebabkan oleh fisiologis, neurogenik, trauma atau efek toksin.
Ileus Paralitik dapat dinilai dari pemeliharaan usus selama operasi abdomen. Itu terjadi setelah tindakan operasi abdomen di mana terjadi kehilangan fungsi usus untuk beberapa jam sampai beberapa hari.

Insiden

Obstruksi usus terjadi pada semua kelompok umur, itu dapat dijumpai 20 % jumlah klien yang mengalami keluhan nyeri abdomen akut.  Sebab obstruksi kolon terjadi akibat kerusakan pada usus. Beberapa statistik menunjukkan kejadian obstruksi ileus sebagai suatu komplikasi penyakit tertentu. Sebagai contoh :  lebih dari 50 % obstruksi pada usus besar disebabkan oleh tumor jinak. Sedangkan obstruksi volvulus terjadi lebih sering pada orangtua (pria) akibat dari konstipasi (Brozenel dan Rice 1985).

Pengkajian

Perawat memperoleh data dari pasien dengan  dugaan atau diketahui mengalami obstruksi usus. Pengkajian perawat berdasarkan riwayat medis masa lalu seperti adanya pembedahan abdomen, terapi penyinaran dan gangguan - gangguan sistem pencernaan lainnya seperti crohn’s, ulcerative colitis, gallstone, hernia atau tumor.
Riwayat dietnya:
Dapat dijumpai mual, muntah, nafsu makan menurun.

Riwayat keluarga:
Adanya anggota keluarga yangmenderita kanker dan hiperkolesterol.

Observasi yang dilakukan secara :
1.      Spesifik
·         Usus halus :
·         Nyeri atau kram abdominal yang hebat
·         Mual, muntah
·         Dehidrasi yang cepat :  asidosis

·         Usus Besar :
·         Ketegangan perut yang hebat.
·         Muntah yang terus-menerus.
·         Mild abdomen discomfort.
·         Dehidrasi: asidosis                        .
2.      Umum
·         Anoreksia dan kelemahan.
·         Demam.
·         Takhikardi.
·         Diaphoresis.
·         Pallor
·         Kekakuan abdomen
·         Kegagalan mengeluarkan faeces atau flatus.
·         Peningkatan peristaltik usus
·         Retensi urin
·         Leukositosis
Laboratorium/Pemeriksaan Diagnostik

·         Serum elektrolit, CBC, Amilase
·         Barium enema
·         Rontgen abdomen
Penatalaksanaan
·         Elektif/non operatif dengan cara:
·         Aspirasi nasointestinal
·         Nutritional parenteral oral (NPO)
·         Pemberian cairan dan elektrolit perparenteral
·         Pemberian antibiotika, analgesik dan vitamin
·         Operatif meliputi
·         Pre operatif dan post operatif

Komplikasi

Yang biasa terjadi antara lain dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, metabolik asidosis, perforasi, dan syok.
Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1.

Kekurangan volume cairan sehubungan dengan adanya mual, muntah, demam atau diaphoresis.
Tujuan :
Volume cairan dapat dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Intervensi :
·         Monitor tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran serta tanda-tanda shok
·         Pertahankan nutrisi parenteral atau oral
·         Berikan cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik, vitamin sesuai program pengobatan.
·         Monitor nasointestinal tube dengan pengisapan yang selang seling.
·         Ukur pengeluaran cairan tiap 8 jam.
·         Observasi warna dan konsistensinya
·         Atur posisi pasien sehingga peralatan berada di sebelah kiri pasien.
·         Monitor kedudukan selang
·         Lekatkan selang bila posisinya sudah benar
·         Monitor elektrolit, Hgb dan Hct
·         Jika diindikasikan untukl pembedahan maka:
·         Lakukan pemasangan katether dan laporkan hasil output urin yang kurang dari 50 ml/jam
·         Jika tidak terjadi pembedahan maka:
·         Kolaborasi dengan dokter dan berikan cairan peroral atau klem intestinal tube selama 1 jam dan ukurlah jumlah cairan yang akan diberikan.
·         Cabut selang dari saluran cerna sesuai waktu yang telah ditentukan untuk memperkirakan cairan yang terabsorbsi.
·         Observasi adanya ketegangan abdomen, nyeri atau kekakuan dan segera laporkan ke dokter.
·         Auskultasi bising usus 1 jam setelah makan. Laporkan ke dokter bila tidak ada bising usus.
·         Berikan cairan 2500 cc/hari jika tidak ada kontra indikasi.
·         Ukur intake dan output secara adequat.
·         Observasi pengeluaran faeces berupa warna, konsistensi, dan jumlahnya. Hindari terjadinya konstipasi.
Evaluasi
·         Tanda-tanda vital dalam batas normal.
·         Intake dan output seimbang
Diagnosa Keperawatan 2.
Nyeri sehubungan dengan ketegangan dan kekakuan abdomen
Tujuan :
Ketegangan dan kekakuan abdomen berkurang.
Intervensi:
·         Pertahankan posisi bed rest yang nyaman, jangan menekuk lutut.
·         Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri
·         Catat efektifitas dan efek samping analgesik dan hindari pemakaian morphin.
·         Rencanakan periode atau waktu istirahat.
·         Kaji dan ajarkan mobilisasi secara aktif atau pasif setiap 4 jam.
·         Ubah posisi secara teratur, perawatan kulit, dan tepukan punggung.
·         Auskultasi bising usus, catat peningkatan kekakuan dan nyeri. Berikan enema bila dianjurkan.
·         Berikan dan anjurkan cara untuk mengurangi nyeri.

Evaluasi

·         Pasien mengungkapkan berkurangnya rasa nyeri.
·         Pasien nampak rileks.
Diagnosa keperawatan 3
Tidak efektifnya pola napas sehubugan dengan ketegangan atau kekakuan abdomen.
Tujuan :
Pola napas efektif kembali
Intervensi:
·         Kaji status pernapasan, observasi kedalaman dan kecepatan napas.
·         Atur posisi kepala 40 - 60 derajat.
·         Monitor pemberian oksigen.
·         Kaji dan anjurkan pasien batuk efektif dan napas dalam setiap 4 jam.
·         Auskultasi suara pernapasan tiap 4 jam

Evaluasi
·         Pasien memperlihatkan kemampuan latihan napas
·         Menunjukkan pernapasan dalam dan lambat

Diagnosa Keperawatan 4
Cemas sehubungan dengan krisis situasi dan perubahaan status kesehatan.

Tujuan :
Krisis situasi dan perubahaan status kesehatan dapat teratasi

Intervensi
·         Kaji penggunaan perilaku koping dan dukung penggunaan koping yang telah berhasil.
·         Dukung dan sediakan waktu untuk pasien mengungkapkan kecemasan dan ketakutan serta ciptakan suasana tenang.
·         Jelaskan pada pasien segala prosedur dan tindakan yang akan dilakukan serta berikan penguatan terhadap penjelasan dokter mengenai penyakit, prognosis dan pengobatannya.
·         Pertahankan lingkungan yang tidak menyebabkan stress atau lingkungan yang tenang.
·         Libatkan keluarga atau orang terdekat untuk memberikan dukungan.

Evaluasi
·         Pasien mengerti tentang penyakitnya.
·         Pasien memperlihatkan koping yang positif saat menghadapi kecemasan.

Diagnosa Keperawatan 5.
Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan keterbatasan informasi tentang pentingnya perawatan di rumah.
Tujuan :
Pasien dapat merawat dirinya di rumah.
Intervensi
·         Diskusikan pengaturan diit selama di rumah seperti memilih makanan yang sasuai, mengunyah makanan dengan baik dan makan secara teratur.
·         Jelaskan tentang pentingnya mencegah konstipasi, dengan cara :
·         Gunakan laksansia alami dan tempat duduk yang empuk.
·         Pertahankan intake cairan 2500 cc/hari.
·         Tingkatkan aktifitas sesuai anjuran.
·         Jelaskan gejala-gejala yang timbul yang harus dilaporkan ke dokter seperti nyeri abdomen, kram, ketegangan, mual dan muntah.
·         Anjurkan untuk kontrol ke dokter secara teratur.

Evaluasi
·         Pasien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, program diit dan komplikasi penyakitnya.
·         Terlibat aktif dalam program pengobatan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Brunner / Suddarth, Textboox of Medical - Surgical, Fifth edition, page 837 - 839.
Donna D. I / Marilyn V.Bayne, Medical-Surgical, page 1393-1400

No comments:

Post a Comment