Saturday, April 7, 2012

PENYAKIT INFEKSI


PENYAKIT INFEKSI

I. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya gejala klinik :
·         Host : Keadaan umum yang baik (status kesehatan tubuh saat itu, sosial ekonomi, nutrisi, lingkungan), sehingga mekanisme preventif dan limitasi infeksi berjalan baik.
·         Mikroorganisme : Tergantung Jumlah kuman yang masuk dan kemampuan adaptasi, Virulansi (resistensi terhadap pagositosis, memproduksi enzim perusak, memproduksi toksin.

Prinsip mekanisme terjadinya penyakit:
·         reaksi lokal pada infeksi , biasanya tidak berat berupa radang akibat kematian/ kerusakan sel setempat dapat terjadi infeksi melalui port de entre berlangsung secara “ Biologik Selectivity” artinya tiap mikro organisme mempunyai jaringan yang paling disukai
·         Faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.
1.      Reaksi radang : akut misalnya abses
                         Kronik misalnya Fibrosis
2.      Fagositosis : kuman yang tidak mati dapat berkembang didalam sel fagosit ---> infeksi kronik, laten.
3.      Respon imun : Anti bidy, opsonin (aglutinasi +), delayed hipersensitivity reaktion dapat berbentuk radang granulomatom seperti TBC, Lepra.
4.      Produksi interveron: anti virus

Peran perawat dalam upaya Hospitalisasi penderita penyakit infeksi.
1.      Promotif : upaya penigkatan kesehatan : pendidikan kesehatan meliputi pengaturan gizi yang baik, kebersihan individu dan lingkungan, keseimbangan aktivitas dan istirahat yang teratur.
2.      Preventif : Pencegahan penyakit kronis (imunisasi, tehnik aseptik-antiseptik dalam setiap tindakan, mencegah trauma/injuri, kebersihan lingkungan).
3.      Early diagnostic dan prompt Treatment: Pemeriksaan fisik dan laboratorium serta pengobatan yang spesifik.
4.      Disability Limit (mencegah kecacatan ) : dengan perawatan dengan prinsip steriol dan isolasi.
5.      Rehabilitasi: Rehabilitasi medik (fisioterapi, terapi) dan Rehabilitasi Okupasi (kegiatan sosial, mobilisasi)

II. a. Hyperpireksia
Akibat
Penyebab
Upaya
Cacat
Panas mengakibatkan kerusakan  neuron, sifat sel stabil. Bila kerusakan neuron banyak maka terjadi kerusakan jaringan otak sehingga dapat menyebabkan kecacatan tubuh dan gangguan mental.
Gangguan termostat di hipotalamus.
Ketidakseimbangan produksi panas dengan sistim pengeluaran tubuh
Kompres
Berikan banyak minum
Beri antipiretik
Anjurkan memakai pakaian yang tipis
Bedrest

Dehidrasi berat
Diaporesis


b. Diare
Akibat
Penyebab
Upaya
Hypovolemik syok(diare menyebabkan cairan dan elektrolit keluar berlebihan sehingga terjadi syok)
Infeksi saluran pencernaan
Malabsorpsi
Rehidrasi Oral dan parenteral


c.Rasa sakit hebat
Akibat
Penyebab
Upaya
Neurogenik syok
Penyakit infeksi akut dan kronis
Tergantung skala nyeri . Bila skala nyeri 1-3 tehnik relaksasi sedangkan skala lebih dari 5 : analgetik.

d. Nafsu makan menurun
Akibat
Penyebab
Upaya
Rentan terhadap infeksi
Penyakit kronis
Diit TKTP (padat gizi)
Makanan mudah dicerna

e. Pengabaian waktu istirahat
Akibat
Penyebab
Upaya
Keletihan(daya tahan tubuh menurun, mudah terkena infeksi)
Kalori / energi banyak digunakan untuk aktifitas
Mengupayakan waktu istirahat yang cukup, sesuai dengan kebutuhan.

f. Pelanggaran total bedrest pada penderita
Miokarditis, pnemonia, influensa, encempalitis, meningitis.
Akibat
Penyebab
Upaya
Proses penyembuhan penyakit lebih lama
Energi yang seharusnya untuk proses penyembuhan digunakan untuk aktifitas
Beri penjelasan tentang pentingnya bedrest pada proses penyembuhan.
Anjurkan bedrest selama masa perawatan, terutama pada fase akut.

III. Penyakit infeksi dengan dampak sosial.

Penyakit infeksi dapat menimbulkan dampak psikososial akibat dari :
1.      Penularan : Pasien dijauhkan/diisolasikan dari masyarakat, misalnya : TBC, Kusta, AIDS,     GO.
2.      Kecacatan : Menimbulkan rasa malu, rendah diri sehinggga penderita menarik diri darilingkungan/masyarakat, misalnya : Kusta, Gangren (amputasi)
3.      Pengobatan : Umumnya penyakit infeksi krosnis, misalnya TBC, Kusta              memerlukanpengobatan jangka panjang sehingga perlu peran serta keluarga                        dalam hal biaya pengobatan dan dukungan mental.

PR 11. TBC Paru (Penyebaran Bronkogen)

Tmapak koverne di apek (masa perkejuan  luas terbatukkan keluar bersama dahak / sputum yang kadang-kadang disertai perdarahan ? Perhatikan turbekel yang tersebar disekitar percabangan bronkus mirip proses bronchopnemonia secara makrokospik/Ro. Umumnya turbekel berukuran tidak sama besar, Apa alasannya ?
Oleh karena nekrosis yang meluas yang disertai dengan pencairan sehingga terjadi rongga yang menyebabkan turbekel berukuran lebih besar dari pada tuebekel yang terjadi karena infeksi yang baru.

PR.12. TBC. Miliaris

·         Turbekel yang halus tersebar di permukaan paru-paru sampai ke subpleural dan sinus-sinus. Ukuran turbekel lebih kecil dari pada penyebaran bronkogen, Apa sebabnya ?
Karena pada TBC miliaris cara penyebarannya mengikuti aliran limpa, merata di seluruh permukaan paru sedangkan pada bronchogen hanya terjadi di daerah bronchus
·         Dari ketiga sediaan (TBC Primer, TBC Miliaris, TBC Paru) mana yang lebih berbahaya bagi penderitanya ? Yang lebih berbahaya adalah TBC Miliaris.
·         Yang mana lebih bersifat sebagai sumber penularan ?
·         Yang lebih bersifat penularan adalah TBC Paru dalam penyebaran bronkogen.

PR.4. Pnemonia Lobaris

Jelas tampak konsolidasi pada lobus tengah dan paru kanan. Masih ingatkah  proses yang mendasarinya ?
Proses yang mendasarinya adalah proses penyembuhan radang, dimana terjadi penyembuhan melalui repair dan regenerasi.
Kaitannya dengan gejala klinik ? Terjadi gejala klinik radang.
Fungsi paru pada penyenbuhan tanpa komplikasi ?
Bila infeksi hanya terjadi pada jaringan epitel, dimana akan terjadi proses penyembuhan yang sempurna tanpa komplikasi.

PR.5. Bronchopnemoni

Konsolidasi berbercak-bercak terdapat disekitar cabang-cabang bronchus. Bandingkan  dengan PR 11 (TBC Paru), dapatkan dijhelaskan perbedaannya ?

TBC Paru
Bronchopnemonia
Kompleks Ghon (turbekel)
Bercak tersebar di kedua paru lebih banyak dibagian basal.
Nekrosisi perkejuan
Konsulidasi di broncheolus
Kelenjar sel epiteloid membentuk tonjolan kecil (sebesar kepala jaruim)
Konsulidasi kadang-kadang lebar
Beberapa sel epiteloid bersatu membentuk sel datia langhans, yaitu sel datia yang inti berderet-deret melingkar ditengah tuebekel terjadi nekrosisperkejuan. Daerah nekrosis dapat meluas dan disertai pencairan sehingga terjadi suatu rongga.
Penggabungan disebut bronchopnemonia confluks.
Kelenjar limfa bronchus  membesar dan lunak.

  PC.7. Disentri Amuba

Masih ingatkah manifestasi gangguan fungsi pada tipus abdominalis,  disetri basil, disentri amuba ?
1.      Pada tyfus abdominalis yang terkena adalah bagian ilium distal, kelainan yang terjadi pada bercak peyer dan limfopnoduli solitari yang kecil tampak jaringan limfoid tersebut membesar dan menonjol ke lumen yang terganggu adalah proses penyerapan zat makanan.
2.      Pada disentri amuba akan terjadi gangguan proses penyerapan kembali (reabsorbsi) air.
3.      Pada disentri basil akan terjadi gangguan proses penyerapan zat makanan.

Pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan untuk membedakan adanya tifus abdomialis, disebtri amuba, disentri basil secara pasti ?
Pemeriksaan Endoskopi
Pemeriksaan kultur darah untuk Tifus abdominalis
Pemeriksaan kultur faeses untuk Disentri amuba dan disentri basil.

I.          KP. 5. Sifilis Testis


Tampak tunika vaginalis yang menebal, seluruh testis telah diganti oleh guma yang nekrotik yang berwarna kuning. Stadium berapakah kelainan ini terjadi ? Kelainan ini terjadi pada stadium III.
Test apakah yang sering digunakan untuk mendeteksi penyakit ini ?
·         Test yang dilakukan adalah :
·         Test VDRL
·         Test FTA-ABS (Fluorecent Treponem,al Antibody Absortion)
Bagaimanakah fungsi testis tersebut ? Fungsi testis tersebt terganggu karena teidak diproduksinya spermatozoa akibatnya steril.

KP.9. Elepantiasis Skrotalis

Apa yang terjadi apabila pada kasus KW 2 (elepantiasis vulva) KP.9. (elepantiasis skrotalis) kelenjar inguinal ipsilateral telah ikut terjalar ?
Bila terjadi hal tersebut dapat terjadi edema kaki / kaki gajah.

RC.7.  Limpa pada malaria

Masih ingatkah beberapa bentuk penyakit malaria ?
Ada 4  bentuk yaitu :
·         Plasmodium Vivax , yang menyebabkan malaria tertiana
·         Plasmodium malariae yang menyebabkan  malaria kwartana
·         Plasmodium Fascifarum yang menyebabkan malaria tropika/tertiana maligna
·         Plasmodium Ovale yang menyebabkan  malaria ovale
 Apakah semuanya akan disertai pembesaran limpa ?
Tidak tergantung berat ringanya infeksi atau anemia
Yang mana paling ditakuti ? Yang paling ditakuti adalah malaria tropika. Sebab gejala berat dengan /disertai dengan anemia yang berat dapat pula mempengaruhi efektifitas peredaran darah sehingga terjadi sumbatan kapiler. Keadaan ini bisa menyebabkan gejala cerebral seperti koma, delirium, kejang, hipereksia, dan bisa mengenai paru dapat mengakibatkan Shock Lung Syndrom.

SS.12. Meningitis Tuberkolosa

Masih ingat pula cara invasi kuman ke sum-sum saraf pusat ?
Hematogen.
Beda utam pada proses encepalitis dan meningitis ?
Pada proses encepalitis terjadi karena infeksi primer dan proses meningitis terjadi karena infeksi sekunder. Pemeriksaan apakan yang harus dilakukan ?
Pemeriksaan yang harus dilakukan adalah Lumbal Punksi untuk kultur  LCS

G.5. Pyelonepritis kronik

Proses mengenai mukosa pelvis renalis dengan sistem koliknya, sampai dengan parenkim ginjal. Proses fibrosis dan radang berbercak-bercak tidak merata ukurannya. Apa sebabnmya ?
Oleh karena proses infeksi pyelonefritis kronis tidak terjadi secara bersamaan pada jaringan ginjal. Bagaimana prosesnya terjadi ?
Penyebaran melalui retrigrade infeksi saluran kemih bagian bawah. Haruskah kedua ginjal selalu terkena dalam tahapan yang sama?
Tidak harus. Pemeriksaan apakah yang diperlukan pada penyakit ini ?
Pemeriksaan Laboratorium darah (fungsi ginjal; ureum, creatinin). Urine lengkap (kultur urine) serta BNO/IVP. 


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Dr. Sutisna Himawan, Kumpulan kuliah Patologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1973
Purnawan Junadi. Et al, Kapita selekta Kedokteran, Media Aekulapius FK-UI, Jakarta, 1982

No comments:

Post a Comment