PENYAKIT INFEKSI
I. Faktor yang
mempengaruhi berat ringannya gejala klinik :
·        
Host : Keadaan umum yang baik (status kesehatan
tubuh saat itu, sosial ekonomi, nutrisi, lingkungan), sehingga mekanisme
preventif dan limitasi infeksi berjalan baik.
·        
Mikroorganisme : Tergantung Jumlah kuman yang
masuk dan kemampuan adaptasi, Virulansi (resistensi terhadap pagositosis,
memproduksi enzim perusak, memproduksi toksin.
Prinsip mekanisme terjadinya
penyakit:
·        
reaksi lokal pada infeksi , biasanya tidak berat
berupa radang akibat kematian/ kerusakan sel setempat dapat terjadi infeksi
melalui port de entre berlangsung secara “ Biologik Selectivity” artinya tiap
mikro organisme mempunyai jaringan yang paling disukai
·        
Faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.
1.     
Reaksi radang : akut misalnya abses
                         Kronik misalnya
Fibrosis
2.     
Fagositosis : kuman yang tidak mati dapat berkembang
didalam sel fagosit ---> infeksi kronik, laten.
3.     
Respon imun : Anti bidy, opsonin (aglutinasi +),
delayed hipersensitivity reaktion dapat berbentuk radang granulomatom seperti
TBC, Lepra.
4.     
Produksi interveron: anti virus 
Peran perawat dalam upaya
Hospitalisasi penderita penyakit infeksi.
1.     
Promotif : upaya penigkatan kesehatan : pendidikan
kesehatan meliputi pengaturan gizi yang baik, kebersihan individu dan
lingkungan, keseimbangan aktivitas dan istirahat yang teratur.
2.     
Preventif : Pencegahan penyakit kronis (imunisasi,
tehnik aseptik-antiseptik dalam setiap tindakan, mencegah trauma/injuri,
kebersihan lingkungan).
3.     
Early diagnostic dan prompt Treatment: Pemeriksaan
fisik dan laboratorium serta pengobatan yang spesifik.
4.     
Disability Limit (mencegah kecacatan ) : dengan
perawatan dengan prinsip steriol dan isolasi.
5.     
Rehabilitasi: Rehabilitasi medik (fisioterapi, terapi)
dan Rehabilitasi Okupasi (kegiatan sosial, mobilisasi)
II. a. Hyperpireksia
| 
Akibat | 
Penyebab | 
Upaya | 
| 
Cacat 
Panas mengakibatkan kerusakan  neuron, sifat sel stabil. Bila kerusakan
  neuron banyak maka terjadi kerusakan jaringan otak sehingga dapat menyebabkan
  kecacatan tubuh dan gangguan mental. | 
Gangguan termostat di hipotalamus. 
Ketidakseimbangan produksi panas dengan sistim pengeluaran
  tubuh  | 
Kompres 
Berikan banyak minum 
Beri antipiretik 
Anjurkan memakai pakaian yang tipis 
Bedrest | 
| 
Dehidrasi berat | 
Diaporesis |  | 
b. Diare
| 
Akibat | 
Penyebab | 
Upaya | 
| 
Hypovolemik syok(diare menyebabkan cairan dan elektrolit
  keluar berlebihan sehingga terjadi syok) | 
Infeksi saluran pencernaan 
Malabsorpsi | 
Rehidrasi Oral dan parenteral | 
c.Rasa sakit hebat
| 
Akibat | 
Penyebab | 
Upaya | 
| 
Neurogenik syok | 
Penyakit infeksi akut dan kronis | 
Tergantung skala nyeri . Bila skala nyeri 1-3 tehnik
  relaksasi sedangkan skala lebih dari 5 : analgetik. | 
d. Nafsu makan
menurun
| 
Akibat | 
Penyebab | 
Upaya | 
| 
Rentan terhadap infeksi | 
Penyakit kronis | 
Diit TKTP (padat gizi) 
Makanan mudah dicerna | 
e. Pengabaian waktu
istirahat
| 
Akibat | 
Penyebab | 
Upaya | 
| 
Keletihan(daya tahan tubuh menurun, mudah terkena infeksi) | 
Kalori / energi banyak digunakan untuk aktifitas | 
Mengupayakan waktu istirahat yang cukup, sesuai dengan
  kebutuhan. | 
f. Pelanggaran total
bedrest pada penderita
Miokarditis, pnemonia, influensa, encempalitis, meningitis.
| 
Akibat | 
Penyebab | 
Upaya | 
| 
Proses penyembuhan penyakit lebih lama | 
Energi yang seharusnya untuk proses penyembuhan digunakan
  untuk aktifitas | 
Beri penjelasan tentang pentingnya bedrest pada proses
  penyembuhan. 
Anjurkan bedrest selama masa perawatan, terutama pada fase
  akut. | 
III. Penyakit infeksi
dengan dampak sosial.
Penyakit infeksi dapat menimbulkan dampak psikososial akibat
dari :
1.     
Penularan : Pasien
dijauhkan/diisolasikan dari masyarakat, misalnya : TBC, Kusta, AIDS,     GO.
2.     
Kecacatan : Menimbulkan rasa malu,
rendah diri sehinggga penderita menarik diri darilingkungan/masyarakat,
misalnya : Kusta, Gangren (amputasi)
3.     
Pengobatan : Umumnya penyakit
infeksi krosnis, misalnya TBC, Kusta              memerlukanpengobatan jangka panjang sehingga
perlu peran serta keluarga                        dalam hal biaya pengobatan dan
dukungan mental. 
PR 11. TBC Paru
(Penyebaran Bronkogen)
Tmapak koverne di apek (masa perkejuan  luas terbatukkan keluar bersama dahak /
sputum yang kadang-kadang disertai perdarahan ? Perhatikan turbekel yang
tersebar disekitar percabangan bronkus mirip proses bronchopnemonia secara
makrokospik/Ro. Umumnya turbekel berukuran tidak sama besar, Apa alasannya ?
Oleh karena nekrosis yang meluas yang disertai dengan
pencairan sehingga terjadi rongga yang menyebabkan turbekel berukuran lebih
besar dari pada tuebekel yang terjadi karena infeksi yang baru.
PR.12. TBC. Miliaris
·        
Turbekel yang halus tersebar di permukaan
paru-paru sampai ke subpleural dan sinus-sinus. Ukuran turbekel lebih kecil
dari pada penyebaran bronkogen, Apa sebabnya ?
Karena
pada TBC miliaris cara penyebarannya mengikuti aliran limpa, merata di seluruh
permukaan paru sedangkan pada bronchogen hanya terjadi di daerah bronchus
·        
Dari ketiga sediaan (TBC Primer, TBC Miliaris,
TBC Paru) mana yang lebih berbahaya bagi penderitanya ? Yang lebih berbahaya
adalah TBC Miliaris.
·        
Yang mana lebih bersifat sebagai sumber
penularan ?
·        
Yang lebih bersifat penularan adalah TBC Paru
dalam penyebaran bronkogen.
PR.4. Pnemonia
Lobaris
Jelas tampak konsolidasi pada lobus tengah dan paru kanan.
Masih ingatkah  proses yang mendasarinya
?
Proses yang mendasarinya adalah proses penyembuhan radang,
dimana terjadi penyembuhan melalui repair dan regenerasi.
Kaitannya dengan gejala klinik ? Terjadi gejala klinik
radang.
Fungsi paru pada penyenbuhan tanpa komplikasi ?
Bila infeksi hanya terjadi pada jaringan epitel, dimana akan
terjadi proses penyembuhan yang sempurna tanpa komplikasi.
PR.5. Bronchopnemoni
Konsolidasi berbercak-bercak terdapat disekitar
cabang-cabang bronchus. Bandingkan 
dengan PR 11 (TBC Paru), dapatkan dijhelaskan perbedaannya ?
| 
TBC Paru | 
Bronchopnemonia | 
| 
Kompleks Ghon (turbekel) | 
Bercak tersebar di kedua paru lebih banyak dibagian basal. | 
| 
Nekrosisi perkejuan | 
Konsulidasi di broncheolus | 
| 
Kelenjar sel epiteloid membentuk tonjolan kecil (sebesar
  kepala jaruim) | 
Konsulidasi kadang-kadang lebar | 
| 
Beberapa sel epiteloid bersatu membentuk sel datia
  langhans, yaitu sel datia yang inti berderet-deret melingkar ditengah
  tuebekel terjadi nekrosisperkejuan. Daerah nekrosis dapat meluas dan disertai
  pencairan sehingga terjadi suatu rongga.  | 
Penggabungan disebut bronchopnemonia confluks. 
Kelenjar limfa bronchus 
  membesar dan lunak. | 
  PC.7. Disentri Amuba
Masih ingatkah manifestasi gangguan fungsi pada tipus
abdominalis,  disetri basil, disentri
amuba ?
1.     
Pada tyfus abdominalis yang terkena adalah bagian ilium
distal, kelainan yang terjadi pada bercak peyer dan limfopnoduli solitari yang
kecil tampak jaringan limfoid tersebut membesar dan menonjol ke lumen yang
terganggu adalah proses penyerapan zat makanan.
2.     
Pada disentri amuba akan terjadi gangguan proses
penyerapan kembali (reabsorbsi) air.
3.     
Pada disentri basil akan terjadi gangguan proses
penyerapan zat makanan.
Pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan untuk membedakan
adanya tifus abdomialis, disebtri amuba, disentri basil secara pasti ?
Pemeriksaan Endoskopi
Pemeriksaan kultur darah untuk Tifus abdominalis
Pemeriksaan kultur faeses untuk Disentri amuba dan disentri
basil.
I. KP. 5. Sifilis Testis
Tampak tunika vaginalis yang menebal, seluruh testis telah
diganti oleh guma yang nekrotik yang berwarna kuning. Stadium berapakah
kelainan ini terjadi ? Kelainan ini terjadi pada stadium III.
Test apakah yang sering digunakan untuk mendeteksi penyakit
ini ?
·        
Test yang dilakukan adalah : 
·        
Test VDRL
·        
Test FTA-ABS (Fluorecent Treponem,al Antibody
Absortion)
Bagaimanakah fungsi testis tersebut ? Fungsi testis tersebt
terganggu karena teidak diproduksinya spermatozoa akibatnya steril.
KP.9. Elepantiasis
Skrotalis
Apa yang terjadi apabila pada kasus KW 2 (elepantiasis
vulva) KP.9. (elepantiasis skrotalis) kelenjar inguinal ipsilateral telah ikut
terjalar ?
Bila terjadi hal tersebut dapat terjadi edema kaki / kaki
gajah.
RC.7.  Limpa pada malaria
Masih ingatkah beberapa bentuk penyakit malaria ?
Ada 4  bentuk yaitu :
·        
Plasmodium Vivax , yang menyebabkan malaria
tertiana
·        
Plasmodium malariae yang menyebabkan  malaria kwartana
·        
Plasmodium Fascifarum yang menyebabkan malaria
tropika/tertiana maligna
·        
Plasmodium Ovale yang menyebabkan  malaria ovale
 Apakah semuanya akan
disertai pembesaran limpa ?
Tidak tergantung berat ringanya infeksi atau anemia
Yang mana paling ditakuti ? Yang paling ditakuti adalah
malaria tropika. Sebab gejala berat dengan /disertai dengan anemia yang berat
dapat pula mempengaruhi efektifitas peredaran darah sehingga terjadi sumbatan
kapiler. Keadaan ini bisa menyebabkan gejala cerebral seperti koma, delirium,
kejang, hipereksia, dan bisa mengenai paru dapat mengakibatkan Shock Lung
Syndrom.
SS.12. Meningitis
Tuberkolosa
Masih ingat pula cara invasi kuman ke sum-sum saraf pusat ?
Hematogen. 
Beda utam pada proses encepalitis dan meningitis ?
Pada proses encepalitis terjadi karena infeksi primer dan
proses meningitis terjadi karena infeksi sekunder. Pemeriksaan apakan yang
harus dilakukan ?
Pemeriksaan yang harus dilakukan adalah Lumbal Punksi untuk
kultur  LCS
G.5. Pyelonepritis
kronik
Proses mengenai mukosa pelvis renalis dengan sistem koliknya,
sampai dengan parenkim ginjal. Proses fibrosis dan radang berbercak-bercak
tidak merata ukurannya. Apa sebabnmya ?
Oleh karena proses infeksi pyelonefritis kronis tidak
terjadi secara bersamaan pada jaringan ginjal. Bagaimana prosesnya terjadi ?
Penyebaran melalui retrigrade infeksi saluran kemih bagian
bawah. Haruskah kedua ginjal selalu terkena dalam tahapan yang sama?
Tidak harus. Pemeriksaan apakah yang diperlukan pada
penyakit ini ?
Pemeriksaan Laboratorium darah (fungsi ginjal; ureum,
creatinin). Urine lengkap (kultur urine) serta BNO/IVP.  
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dr. Sutisna Himawan, Kumpulan kuliah Patologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1973
Purnawan Junadi. Et al, Kapita selekta Kedokteran, Media
Aekulapius FK-UI, Jakarta, 1982
 
 
No comments:
Post a Comment