PROSES RADANG AKUT DAN KRONIK
RADANG
Radang adalah reaksi jaringan hidup terhadap semua bentuk
jejas. Dalam reaksi ini ikut berperan pembuluh darah, syaraf, cairan dan
sel-sel tubuh di tempat jejas. Proses radang memusnahkan, melarutkan atau
membatasi agen penyebab jejas dan merintis jalan untuk pemulihan jaringan yang
rusak pada tempat itu. Untuk mencapai tujuan tersebut, reaksi radang seringkali
menimbulkan gejala-gejala klinik seperti rasa nyeri. Reaksi radang dapat dibagi
menjadi dua yaitu radang akut dan radang kronik.
A. RADANG AKUT
Radang akut merupakan jawaban
segera atau respon langsung dan dini terhadap agen jejas. Respon ini relatif
singkat, hanya berlangsung beberapa jam atau hari. Pengenalan segera terhadap
masuknya agen jejas akan mempunyai dua dampak penting yaitu : berhimpunnya
antibodi di sekitar agen jejas, emigrasi
leukosit dari pembuluh darah ke jaringan
yang terkena agen jejas. Dengan demikian radang akut mempunyai
komponen-komponen sbb :
1.
Perubahan penampang pembuluh darah dengan akibat
meningkatnya aliran darah
Segera setelah
jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang didahului oleh vasokontriksi
singkat. Sfingter prakapiler membuka mengakibatkan aliran darah dalam kapiler
meningkat, demikian juga anyaman kapiler yang sebelumnya inaktif akan terbuka.
Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi darah yang mengalir
deras. Dengan demikian vaskulator mikro pada lokasi jejas melebar dan berisi
darah terbendung.
2.
Perubahan struktural pada pembuluh darah mikro yang
memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah
Peningkatan
permiabilitas vaskular disertai keluarnya protein plasma dan sel-sel darah
putih ke dalam jaringan, disebut eksudasi dan merupakan gambaran utama radang
akut. Gerakan normal cairan berlangsung keluar masuk dalam vaskulator mikro
yang diatur oleh keseimbangan antara tekanan hidrostatik intra vaskuler dan
dampak lawan tekanan osmotik koloid oleh protein plasma. Pada ujung arteriol
kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar ke dalam ruang
jaringan interstisial dengan cara ultra filtrasi, sehingga konsentrasi protein
plasma meningkat dan tekanan osmotik koloid bertambah besar. Pertukaran normal
tersebut akan menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir
dari ruang jaringan melalui saluran limfatik.
Pada umumnya dinding kapiler dapat dilalui air, garam dan larutan sampai berat jenis 10.000 Dalton. Gerakan
protein plasma dengan berat jenis diatas 10.000 Dalton akan dihambat oleh
karena ukuran molekul protein bertambah besar. Cairan radang ekstravaskuler
dengan berat jenis tinggi diatas 1.020 disebut eksudat, yang mengandung protein
2 sampai 4 mg% serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini
tertimbun sebagai akibat peningkatan permeabilitas vaskuler, bertambahnya
tekanan hidrostatik intravaskuler sebagai akibat aliran darah lokal yang
meningkat serta peristiwa emigrasi leukosit.
3.
Agregasi leukosit di lokasi jejas
Penimbunan sel-sel darah putih
terutama Neutrofil dan Monosit terhadap lokasi jejas merupakan aspek terpenting
dalam reaksi radang. Sel-sel darah putih mampu melahap bahan yang bersifat asin
termasuk bakteri dan debris sel-sel nekrosis, dan enzim lisosom yang terdapat
didalamnya membantu pertahanan tubuh. Rangkaian agregasi sel darah putih dalam
perilakunya dalam lokasi radang meliputi :
a.
Marginasi dan susunan berlapis
Dalam fokus radang awal bendungan sirkulasi mikro akan
menyebabkan sel-sel darah merah menggumpal dan berbentuk agregat-agregat yang
lebih besar dari leukosit. Menurut hukum fisika, massa sel darah merah ini akan
terdapat dibagian tengah dalam aliran aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke
bagian tepi (marginasi) sehingga mengadakan hubungan dengan permukaan endotel.
Mula-mula sel darah putih ini bergerak pelan-pelan sepanjang permukaan endotel
pada aliran yang tersendat tetapi kemudian akan melekat dan melapisi lapisan
endotel.
- Emigrasi
Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang
bergerak keluar dari pembuluh darah. Tempat utama emigrasi sel darah putih
adalah pertemuan antara sel endotel. Neutrofil adalah sel pertama yang tampak
pada ruang perivaskuler, biasanya disusul oleh monosit. Neutrofil tidak
melebihi umur lebih dari 24 – 48 jam diluar pembuluh darah dan monosit akan
menggantikannya.
- Kemotaksis
Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak ke
arah utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan
oleh pengaruh kimia yang dapat berdifusi dan oleh karena itu disebut
kemotaksis. Yang paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis itu adalah
neutrofil dan monosit. Faktor-faktor kemotaksis dapat endogen berasal dari
protein plasma atau eksogen misalnya produk-produk bakteri.
- Fagositosis
Fagositosis diawali dengan perlekatan partikel pada
permukaan fagosit, pelahapan dan pemusnahan serta penghancuran jasad renik atau
partikel yang dimakan.
Kejadian-kejadian yang berhubungan dengan proses radang akut
sebagian besar dimungkinkan oleh produksi dan pelepasan berbagai macam mediator
kimia. Meskipun jenis pengaruh jejas dapat bermacam-macam dan jaringan yang
menyertai radang berbeda, mediator yang dilepaskan sama, sehingga respon
terhadap radang tampak stereotip. Jadi infeksi yang disebabkan oleh kuman,
jejas karena panas, dingin atau tenaga radiasi, jejas listrik atau bahan kimia,
dan trauma mekanik akan memberi reaksi radang segera yang sama.
B. RADANG KRONIK
Radang kronik
disebabkan oleh rangsang yang menetap, seringkali dalam beberapa minggu atau
bulan, menyebabkan infiltrasi mononuklear dan proliferasi fibroblas. Sel-sel darah
putih yang tertimbun, sebagian besar terdiri dari sel makrofag dan limfosit dan
kadang-kadang ditemukan juga sel plasma. Maka eksudat leukosit pada radang
kronik disebut monomorfonuklear untuk membedakan dari eksudat polimorfonuklear
pada radang akut.
Radang kronik
dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul menyusul radang akut,
atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang akut menjadi kronik
berlangsung bila respon radang akut tidak dapat terjadi, disebabkan agent
penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan
normal. Sebagai contoh infeksi bakteri paru dapat memulai sebagai fokus radang
akut (pneumonia) tetapi kegagalannya
melakukan resolusi dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang luas dan pembentukan
rongga dengan proses radang yang tetap ganas dan dapat mengakibatkan abses paru
kronik.
Adakalanya
radang kronik sejak awal merupakan proses primer, sering penyebab jejas
memiliki toksisitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang menimbulkan radang
akut. Dikenal 3 kelompok besar :
1. Infeksi
persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu seperti basil tuberkel,
treponema pallidum dan jamur-jamur tertentu. Organisme-organisme ini memiliki
toksisitas rendah dan menimbulkan reaksi imun yang disebut hipersensitifitas
tertunda. Respon radang sering memiliki pola khas disebut reaksi granulomatik.
2. Kontak
lama dengan bahan yang tidak mudah hancur. Bahan ini termasuk partikel-partikel
silica, yang dapat menimbulkan respon radang kronik yang disebut silikosis
dalam paru, bila dihirup dalam waktu lama. Silika dapat bekerja dalam bentuk
kimiawi dan mekanik. Sebaliknya benda-benda asing yang besar seperti pecahan
kaca, benang jahitan dapat mengakibatkan radang kronik karena iritasi fisika
dan mekanik. Respon pada kasus di atas disebut reaksi benda asing dan sering
disertai dengan pembentukan sel datia karena fungsi makrofag.
3. Pada
keadaan-keadaan tertentu, terjadi reaksi imun terhadap jaringan individu
sendiri dan menyebaban penyakit auto-imun. Pada penyakit ini auto antigen
menimbulkan reaksi imun yang berlangsun dengan sendirinya secara terus menerus dan mengakibatkan beberapa
penyakit radang kronik seperti arthritis rhematoid.
Beberapa jenis
radang sukar dibedakan sebagai kronik atau akut, karena tidak adanya batasan
yang tegas yang membedakan secara klinik maupun morfologi. Dikatakan bila suatu
radang berlangsung lebih lama dari 4 – 6 minggu disebut radang kronik, tetapi
karena banyak ketergantungan respon efektif
dari host dan sifat alami jejas maka batasan waktu tidak ada artinya.
Radang kronik
ditandai oleh adanya sel-sel mononuklear yaitu makrofag limfosit dan sel
plasma. Secara tradisional makrofag
dianggap sebagai pembersih, tetapi sekarang diketahui juga mempunyai beberapa
fungsi lain yang penting didalam radang dan kekebalan. Makrofag jaringan hanya
salah satu komponen saja dari fagosit sistem mononuklear (MPS), yang dulu
dikenal sebagai Retikulo endotelial sistem (RES). Yang terakhir ini didapati
tersebar dimana-mana didalam jaringan ikat atau berkelompok dalam alat tubuh
seperti hati (sel kupffer), limpa dan kelenjar getah bening (histiosit sinus),
serta paru (makrofag alveolar). Semua berasal dari prekursor yang sama didalam
sistem tulang yang menghasilkan monosit darah, dari darah monosit berpindah ke
dalam berbagai jaringan dan berubah menjadi makrofag.
Selain
fagositosis makrofag mempunyai beberapa segi lain yang penting untuk peranannya
sebagai sel radang. Fagosit mononuklear berkemampuan untuk dibuat aktif, suatu
proses yang mengakibatkan bentuk sel lebih aktif dan lebih penting lagi,
kemampuan yang lebih besar dari fagositosis yang membunuh mikroba dengan
memakannya. Setelah diaktifkan makrofag mengeluarkan banyak produk aktif biologi yang sebagian besar perannya
dikaitkan dengan radang dan pemulihan.
Lebih dari 50
produk bioaktif yang berasal dari makrofag telah dikenal. Produk tersebut
digolongkan dalam kategori utama sebagai berikut :
a. Enzim : Protease netral maupun asam.
Beberapa protease netral seperti elastase dan kolagenase dulu pernah disebut
sebagai mediator jaringan terjejas pada radang. Yang lain seperti aktivator
plasminogen, merangsang pembentukan plasmin dan sangat memperkuat pembentukan
bahan-bahan pro-inflamasi.
b.
Protein
plasma : termasuk dalam golongan ini adalah protein komplemen (C1 – C5,
properdin) dan protein koagulasi seperti faktor jaringan dan faktor V, VII, IX
dan X
c.
Metabolit
aktif oksigen.
d.
Mediator
lipid termasuk asam amino dan aseter PAF
e.
Faktor-faktor yang mengatur proliferasi dan fusi
lain sel, yaitu interferon, faktor pertumbuhan fibroblas, sel endotel dan sel
mieloid primitif dan 1-interleukin suatu molekul dengan dampak yang luas
sekali, serta terjadinya demam (fibrogen endogen), aktivasi limfosit T dan B,
stimulasi pembentukan kolagenase oleh fibroblas dan sekresi reaktan fase akut
hati.
Kembali pada
adanya makrofag dalam lokasi radang kronik jelas bahwa mereka berasal dari
monosit darah yang beremigrasi dari pembuluh darah dibawah pengaruh
faktor-faktor kemotaksis. Pembebasan faktor-faktor yang berasal dari limfosit
ialah mekanisme penting sehingga makrofag selanjutnya tetap tertimbun dalam
lokasi radang kronik.
Daftar Pustaka
Kumar-Robbins,
Basic Pathology Part 1, W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1987
Price, Sylvia
Anderson and Wilson, Lorraine McCarty, Pathophysiology-Clinical Concepts
of Desesase Processes, Fourth edition,
Mosby Year Book Inc.,Michigan, 1992
No comments:
Post a Comment