Saturday, October 1, 2011

A. Tinjauan Teoritis Kasus ( Patopsikologi ).

A. Tinjauan Teoritis Kasus ( Patopsikologi ). Delirium adalah sindroma otak organik karena fungsi atau metabolisme otak secara umum atau karena keracunan yang menghambat metabolisme otak. (http://imidarussalam.blogspot.com/2009/03/askep-pada-pasien-delirium.html) Delirium adalah keadaan yang bersifat sementara dan biasanya terjadi secara mendadak, dimana penderita mengalami penurunan kemampuan dalam memusatkan perhatiannya dan menjadi linglung, mengalami disorientasi dan tidak mampu berfikir secara jernih. Delirium merupakan suatu keadaan mental yang abnormal, bukan suatu penyakit; dengan sejumlah gejala yang menunjukkan penurunan fungsi mental. Sindrom klinis akut dan sejenak dengan ciri penurunan taraf kesadaran, gangguan kognitif, gangguan persepsi, termasuk halusinasi & ilusi, khas adalah visual juga di pancaindera lain, dan gangguan perilaku, seperti agitasi. Delirium bisa timbul pada segala umur, tetapi sering pada usia lanjut. Sedikitnya 10% dari pasien lanjut usia yang dirawat inap menderita delirium; 15-50% mengalami delirium sesaat pada masa perawatan rumah sakit. Delirium juga sering dijumpai pada panti asuhan. Bila delirium terjadi pada orang muda biasanya karena penggunaan obat atau penyakit yang berbahaya mengancam jiwanya.D elirium merupakan hasil dari kondisi medis fisiologis, intoksikasi atau putus asa, penggunaan obat-obatan, terpajan pada zat racun , atau kombinasi faktor- faktor tersebut. Delirium dapat mempengaruh semua klien, tetapi sering terjadi pada orang yang berumur lebih dari 65 tahun yang dirawat karena memiliki gangguan medis umum atau masalah pembedahan. Biasanya, delirium menghilang dalam beberapa jam atau hari kecuali jika disertai demensia. Semakin cepat pokok masalah teridentifikasi, semakin cepat gejala ditangani dan delirium diatasi. Gejalanya, klien menunjukkan gangguan perhatian yang ditunjukkan dengan menjadi mudah terdistraksi dan tidak mampu berfokus atau perhatiannya mudah berubah dari satu topik ke topik lain. Masalah dapat menjadi sangat serius sehingga orang tersebut tidak dapat dilibatkan dalam percakapan. Selain itu, terdapat perubahan besar dalam kognisi yang dimanifestasikan dengan disorientasi, terutama terhadap waktu dan tempat; gangguan ingatan, terutama ingatan terkini; gangguan bahasa, terutama tidak dapat menulis dan menamakan obyek- obyek. Pembicaraan mungkin melantur dan membingungkan karena topik pembicaraan klien berpindah dengan cepat dari satu topik yang satu ke topik yang lain. Gangguan sensori, seperti salah penginterpretasian, ilusi, atau bahkan halusinasi, dapat terjadi. Delirium sering disertai dengan gangguan perilaku psikomotor, seperti dari gerakan secara tiba- tiba, hiperaktif , gelisah, dan menarik atau meremas- remas baju. Aktivitas psikomotor dapat bervariasi sangat hiperaktif sampai kondisi letargi (kesadaran menurun) perlahan- lahan sepanjang hari. Keadaan emosional klien juga tidak dapat diterka karena keadaan emosionalnya berubah- ubah seperti apatis, ansietas, depresi, mudah tersinggung, marah, takut, euphoria. Seseorang yang menunjukkan gejala ini berisiko melukai diri sendiri dan mungkin juga melukai orang lain karena ketakutan yang berlebihan atau karena perubahan kondisi jiwa. Mekanisme neurobiologis yang mendasari perkembangan delirium tidak dimengerti dengan baik. Patologi umum penyebab delirium terdiri dari intoksikasi dan putus obat, keracunan, infeksi sistemik dan infeksi intrakranial, gangguan metabolisme, gangguan neurologis, lesi kehidupan yang mendadak, beban sensori berlebihan(sensory overload) atau deprivasi sensori (sensory deprivasion) dan kekurangan tidur dapat juga menimbulkan delirium. Beberapa pengobatan yang umum diberikan (antiaritmia, antihistamin, anti hipertensi, psikotropik, antikolinergik, dan analgesik) dapat juga menimbulkan delirium. Psikopatologi Delirium biasanya hilang bila penyakit badaniah yang menyebabkan sudah sembuh, mungkin sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah otak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya). Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya. Jika disebabkan oleh proses yang langsung menyerang otak , bila proses itu sembuh maka gejala-gejalanya tergantung pada besarnya kerusakan yang ditinggalkan gejala-gejala neurologik dan atau gangguan mental dengan gejala utama gangguan intelegensi. Bisa juga didapatkan adanya febris. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi. ETIOLOGI Penyebab delirium: 1. Alkohol, obat-obatan dan bahan beracun 2. Efek toksik dari pengobatan 3. Kadar elektrolit, garam dan mineral (misalnya kalsium, natrium atau magnesium) yang tidak normal akibat pengobatan, dehidrasi atau penyakit tertentu 4. Infeksi akut disertai demam 5. Hidrosefalus bertekanan normal, yaitu suatu keadaan dimana cairan yang membantali otak tidak diserap sebagaimana mestinya dan menekan otak 6. Hematoma subdural, yaitu pengumpulan darah di bawah tengkorak yang dapat menekan otak. 7. Meningitis, ensefalitis, sifilis (penyakit infeksi yang menyerang otak) 8. Kekurangan tiamin dan vitamin B12 9. Tumor otak (beberapa diantaranya kadang menyebabkan linglung dan gangguan ingatan) 10. Patah tulang panggul dan tulang-tulang panjang 11. Fungsi jantung atau paru-paru yang buruk dan menyebabkan rendahnya kadar oksigen atau tingginya kadar karbon dioksida di dalam darah 12. Stroke TANDA DAN GEJALA Delirium ditandai oleh kesulitan dalam: 1. Konsentrasi dan memfokus 2. Mempertahankan dan mengalihkan daya perhatian 3. Kesadaran naik turun 4. Disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang 5. Halusinasi biasanya visual, kemudian yang lain 6. Bingung menghadapi tugas sehari-hari 7. Perubahan kepribadian dan afek 8. Pikiran menjadi kacau 9. Bicara ngawur 10. Disartria dan bicara cepat 11. Neologisma 12. Inkoheren ( tidak bisa memusatkan perhatian ) Gejala utama ialah kesadaran menurun. Kesadaran yang menurun ialah suatu keadaan dengan kemampuan persepsi perhatian dan pemikiran yan berkurang secara keseluruhan (secara kuantitatif). Gejala umum delirium sebagai berikut : 1. Kurang respons terhadap rangsangan lingkungan 2. Disorientasi 3. Pemikiran tidak teratur 4. Pembicaraan melantur dan membingungkan 5. Ilusi atau halusinasi 6. insomnia atau mengantuk di siang hari 7. Keterampilan psikomotor terganggu Gejala lainnya: 1. Rasa takut 2. Curiga 3. Mudah tersinggung 4. Agitatif 5. Hiperaktif 6. Siaga tinggi (hyperalert) Atau sebaliknya bisa menjadi: 1. Pendiam 2. Menarik diri 3. Mengantuk 4. Banyak pasien yang berfluktuasi antara diam dan gelisah 5. Pola tidur dan makan terganggu 6. Gangguan kognitif, jadi daya mempertimbangkan dan tilik-diri terganggu PROGNOSIS Morbiditas dan mortalitas lebih tinggi pada pasien yang masuk sudah dengan delirium dibandingkan dengan pasien yang menjadi delirium setelah di Rumah Sakit. Beberapa penyebab delirium seperti hipoglikemia, intoxikasi, infeksi, faktor iatrogenik, toxisitas obat, gangguan keseimbangan elektrolit. Biasanya cepat membaik dengan pengobatan. Beberapa penderita pada lanjut usia susah untuk diobati dan bisa melanjut jadi kronik. TERAPI Seorang klien delirium memerlukan intervensi medis yang tepat. Setelah klien stabil, beberapa terapi individual yang terbatas dan terapi kelompok dapat digunakan. Terapi Individual 1. Tingkatkan orientasi ke lingkungan dengan mendiskusikan tentang apa yang sedang terjadi di tempat ini. 2. Validasi realitas dengan menginterpretasikan suara atau sesuatu di dalam lingkungan. 3. Kurangi prilaku agresif klien dan pertahanannya dengan mendorong klien untuk membicarakan kecemasan dan ketakutannya dan bantu klien untuk merasa bahwa ia dimengerti. 4. Pada saat delirium reda, bantu klien untuk berbicara tentang zat psikoaktif. 5. Mulai, jika mungkin, untuk membahas dan memberikan model peran untuk prilaku koping yang positif. 6. Bicarakan kepada kilen tentang rujukan dan konseling untuk isu-isu penggunaan dan penyalahgunaan zat. Terapi Kelompok Klien dapat berada di dalam kelompok, memulai kontak, dan mengenal orang lain hanya ketika delirium telah mereda. 1. Tingkatkan orientasi pada lingkungan. 2. Diskusikan keadaan di sini dan saat ini untuk periode waktu yang singkat. 3. Lengkapi dengan sosialisasi. 4. Dorong terapi mengenang, yang berfokus pada berbagi memori di masa lalu. 5. Bantu partisipan untuk meningkatkan harga diri. 6. Dorong klien untuk saling berbicara dengan klien yang lain. Terapi diawali dengan memperbaiki kondisi penyakitnya dan menghilangkan faktor yang memberatkan seperti: 1. Menghentikan penggunaan obat 2. Obati infeksi 3. Suport pada pasien dan keluanga 4. Mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien 5. Cukupi cairan dan nutrisi 6. Vitamin yang dibutuhkan 7. Segala alat pengekang boleh digunakan tapi harus segera dilepas bila sudah membaik, alat infuse sesederhana mungkin, lingkungan diatur agar nyaman. 8. Obat: 1) Haloperidoi dosis rendah dulu 0,5 1 mg per os, IV atau IV 2) Risperidone0,5 3mg perostiap l2jam 3) Olanzapine 2,5 15 mg per os 1 x sehari 4) Lorazepam 0,5 1mg per Os atau parenteral (tak tersedia di Indonesia), Perlu diingat obat benzodiazepine mi bisa memperburuk delirium karena efek sedasinya. PENGOBATAN Pengobatan digunakan untuk menangani pokok penyebab terjadinya delirium pada klien, kondisi kesehatan terkini, dan gejala yang berhubungan dengan keadaan gelisah. Berikan obat- obatan yang sesuai untuk membantu detoksifikasi, seperti: 1. Ansiolitik digunakan untuk mengobati gejala putus alkohol, opioid dan amfetamin. 2. Antidepresan trisiklik dapat digunakan untuk mengobati depresi. 3. Antipsikotik dalam dosis rendah dapat digunakan untuk mengobati kecemasan atau gelisah. Haloperidol (Haldol) secara umum diberikan dalam dosis kecil jika klien khususnya menderita paranoid atau marah atau mengancam orang lain. 4. Vasodilator sering digunakan untuk meningkatkan sirkulasi otak dan meningkatkan kognisi. Pengobatan untuk merangsang kerja neurotransmitter sedang diteliti. Pengobatan tergantung kepada penyebabnya: 1. infeksi diatasi dengan antibiotic 2. demam diatasi dengan obat penurun panas 3. kelainan kadar garam dan mineral dalam darah diatasi dengan pengaturan kadar cairan dan garam dalam darah. 4. Untuk meringankan agitasi diberikan obat-obat benzodiazepin (misalnya diazepam, triazolam dan temazepam). 5. Obat anti-psikosa (misalnya haloperidol, tioridazin dan klorpromazin) biasanya diberikan hanya kepada penderita yang mengalami paranoid atau sangat ketakutan atau penderita yang tidak dapat ditenangkan dengan benzodiazepin. 6. Jika penyebabnya adalah alkohol, diberikan benzodiazepin sampai masa agitasi penderita hilang. Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap. Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia. Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah. Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain. Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak tahan terlalu diisolasi. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi. B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan. 1. Pengkajian Identitas Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat. a. Keluhan Utama Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun. b. Predisposisi Terdapat faktor predisposisi gangguan otak organik: seperti demensia, stroke. Penyakit parkinson, umur lanjut, gangguan sensorik, dan gangguan multipel. Menemukan gangguan jiwa yang ada sebagai dasar pembuatan diagnosis serta menentukan tingkat gangguan serta menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwayat dan perkembangan gangguan jiwa yang terdapat. Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah otak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya). c. Presipitasi Faktor presipitasi termasuk penggunaan obat baru lebih dan 3 macam, infeksi, dehidrasi, imobilisasi, malagizi, dan pemakaian kateter buli-buli. Penggunaan anestesia juga meningkatkan resiko delirium, terutama pada pembedahan yang lama. Demikian pula pasien lanjut usia yang dirawat di bagian ICU beresiko lebih tinggi. d. Pemeriksaan fisik Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan. e. Psikososial 1.Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi pengaruh lebih tinggi dari kembar dizigot . 2.Konsep diri 3. Gambaran diri, stressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses patologik penyakit. 4. Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu 5. Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidaksesuaian antara satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu dimana individu tidak tahan dengan jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemampuan yang jelas dan cukup. 6. Ideal diri, keinginan yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada. 7. Harga diri, ketidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya. f. Hubungan sosial Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang yang penting dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak sehat maka individu dalam kekosongan internal. Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaan ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung. g. Spiritual Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinannya masih kuat tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadatnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya. h. Status mental a. Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri. b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren. c. Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat di manifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi. d. Alam perasaan Klien nampak ketakutan dan putus asa. e. Afek dan emosi. Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu karena jika langsung mengalami perasaan tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk melindungi dirinya, karena afek yang telah berubah memampukan klien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak biar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen i. Interaksi selama wawancara Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata kurang. j. Persepsi Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau lebih panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi. k. Proses berpikir Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum diterima. Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitf, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme. l. Tingkat kesadaran Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang. m. Memori Gangguan daya ingat yang baru saja terjadi )kejadian pada beberapa jam atau hari yang lampau) dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu). n.Tingkat konsentrasi Klien tidak mampu berkonsentrasi o. Kemampuan penilaian Gangguan ringan dalam penilaian atau keputusan. 1. Kebutuhan klien sehari-hari a. Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kembali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari. b. Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit, karena putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan. c. Eliminasi Klien mungkin terganggu buang air kecilnya, kadang-kadang lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan. 2. Mekanisme koping Apabila klien merasa tidak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer terbentuknya pola tingkah laku patologis. Koping mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan delirium adalah mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri. 3. Dampak masalah Individu Perilaku, klien mungkin mengabaikan atau mendapat kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti kebersihan diri misalnya tidak mau mandi, tidak mau menyisir atau mengganti pakaian. Kesejahteraan dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri, harga diri rendah, merasa tidak berarti, tidak berguna dan putus asa sehingga klien perlu diisolasi. Kemandirian , klien kehilangan kemandirian dan hidup ketergantungan pada keluarga atau orang yang merawat cukup tinggi, sehingga menimbulkan stres fisik. d. Pohon Masalah dan Data Data DATA PENYEBAB MASALAH Data Subyektif : klien kadang mendengar suara yang membisikan dirinya disetiap ada rangsangan (berupa suara atau bunyian yang keras) . klien kadang merasa gelisah, disorientasi waktu, tempat dan orang. Data Obyektif : klien tampak gelisah, kadang berbicara sendiri,berteriak seolah-olah melihat sesuatu yang aneh. Data Subyektif : klien merasa kesulitan bicara Klien mengalami penurunan penglihatan Data Obyektif : Klien sulit dalam mengekspresikan pikiran secara verbal. Klien berbicara ngawur Data Subyektif : Klien tidak dapat mengatasi masalah secara adekuat Klien mengalami gangguan tidur Data Obyektif : Klien kelihatan bingung dan linglung dalam menghadapi masalah Data Subyektif : Keluarga klien mengatakan klien selalu diam dan tidak pernah berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain. Data Obyektif : Klien tidak pernah berinteraksi dengan orang lain Data subyektif : - keluarga mengatakan klien tidak mampu melakukan perawatan diri ( mandi, berpakaian, makan)sendiri Data obyektif : - klien dibantu keluarga untuk melakukan perawatan diri perubahan sensori persepsi penurunan sirkulasi ke otak, gangguan persepsi sensori tingkat kontrol persepsi tak adekuat,gangguan persepsi sensori Perubahan proses berpikir kerusakan kognisi(perceptual). Gangguan sensori persepsi ( visual, auditori). Kerusakan komunikasi verbal Koping tidak efektif Kerusakan interaksi sosial Kurangnya perawatan diri 2. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan sensori persepsi ( visual, auditori) berhubungan dengan perubahan sensori persepsi. 2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak. 3. Koping tidak efektif berhubungan dengan tingkat kontrol persepsi tak adekuat.. 4. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses berpikir. 5. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kerusakan kognisi(perceptual). B. Rencana Tindakan 1. Gangguan sensori persepsi ( visual, auditori) berhubungan dengan perubahan sensori persepsi. Batasan karakteristik : Disorientasi Gangguan kognitif Iritabilitas Ketidakmampuan mengatasi masalah atau mengambil keputusan Perilaku agresif Tujuan jangka panjang: Klien belajar untuk berfungsi secara normal dengan mengatasi stress yang berhubungan dengan waham, sensasi abnormal dan halusinasi. Tujuan jangka pendek: Klien mengembangkan metode untuk menangani stress yang terkait dengan pemikiran waham dan kesalahan persepsi. INTERVENSI 1.Tentukan derajat gangguan kognitif klien dengan melakukan pengkajian status mental, fokuskan pada perubahan-perubahan dalam orientasi, memori, dan penilaian. 2.Berkomunikasi dengan jelas, sering, dan tentang topik atau pokok bahasan yang digulirkan satu per satu. 3.Masukkan komunikasi nonverbal ke dalam interaksi atau gunakan komunikasi nonverbal lebih sering jika memang merupakan cara dominan yang klien gunakan dalam berkomunikasi. 4.Bekerja sama dengan klien untuk mengidentifikasi stressor dan mengembangkan cara yang lebih efektif untuk mengatasi stressor yang tidak dapat dihindari. 5.Perkenalkan klien pada metode-metode relaksasi, misalnya pernapasan, relaksasi otot progresif, dan visualisasi. RASIONAL: 1.Menyajikan sebuah landasan untuk mengevaluasi perilaku di masa depan. 2.Input yang berlebihan dapat menimbulkan reaksi stress. Perawat tidak boleh membingungkan klien dengan memberi informasi yang berlebihan. 3.Komunikasi nonverbal dapat digunakkan jika klien mempunyai kerusakan kognitif yang signifikan atau merasa sangat takut berkomunikasi dengan orang lain. 4.Mengidentifikasi stressor, menyediakan cara untuk mengatasinya, dan cara-cara relaksasi memungkinkan klien terbebas dari kecemasan dan situasi yang menakutkan. 5.Penggunaan teknik relaksasi memampukan klien untuk mengurangi ansietas. 2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak. Batasan karakteristik : Disorientasi waktu,tempat dan orang. Kesulitan berbicara, aphasia, bicara gagap, penurunan penglihatan. INTERVENSI: 1. Berkomunikasi dengan jelas, sering dan tentang topic atau pokok bahasan yang digulirkan satu per satu. 2. Perkenalkan klien pada metode-metode relaksasi, misalnya pernapasan, relaksasi otot progresif, dan visualisasi. RASIONAL: 1. Input yang berlebihan dapat menimbulkan reaksi stress. Perawat tidak boleh membingungkan klien dengan memberi informasi yang berlebihan. 2. Penggunaan teknik relaksasi memampukan klien untuk melancarkan peredaran darah. 3. Koping tidak efektif berhubungan dengan tingkat kontrol persepsi tak adekuat.. Batasan karakteristik: Penyalahgunaan obat. Konsentrasi buruk,nkelelahan. Pemecahan masalah tak adekuat Perubahan pola komunikasi Kurang perilaku yang bertujuan langsung/resolusi masalah, termasuk ketidakmampuan untuk merawat dan kesulitan dalam mengorganisasikan informasi. INTERVENSI: 1. Ajarkan, ulangi, berikan model peran dan kuatkan strategi yang digunakan untuk memberikan model peran dalam rangka membentuk perilaku koping yang positif. 2. Bicarakan kepada klien tentang rujukan dan konseling untuk isu-isu penggunaan dan penyalahgunaan zat. 3. Tingkatkan orientasi ke lingkungan RASIONAL: 1.Klien yang memiliki gangguan kognitif, mereka mempunyai kesulitan untuk berkonsentrasi dan memahami informasi.Oleh karena itu penguatan dan memberikan model peran merupakan strategi yang penting untuk memperoleh mekanisme koping yang positif. 2.Pengetahuan tentang zat psikoaktif yang digunakan dapat membantu mengantisipasi kebutuhan dan masalah yang mungkin muncul. 3.Dengan mendiskusikan tentang apa yang sedang terjadi di suatu tempat dan suatu waktu dapat membantu klien dalam mengidentifikasi masalah yang sedang terjadi. 4. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses berpikir. Batasan kriteria : - Mengungkapkan atau menunjukkan ketidakmampuan untuk menerima atau mengkomunikasikan rasa kepuasan, rasa memiliki, menyayangi, ketertarikan atau membagi pengalaman. - Mengungkapkan / menunjukkan ketidaknyamanan dalam situasi sosial - Menunjukkan penggunaan perilaku interaksi sosial tidak berhasil - Keluarga melaporkan perubahan gaya hidup atau pola interaksi Tujuan jangka panjang : Klien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap. INTERVENSI 1. Ciptakan lingkungan terapeutik : - Bina hubungan saling percaya ((menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur , tepat janji, empati dan menghargai). - Tunjukkan perawat yang bertanggung jawab - Tingkatkan kontak klien dengan lingkungan sosial secara bertahap 2. Perlihatkan penguatan positif pada klien. Temani klien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang sukar bagi klien. 3. Orientasikan klien pada waktu, tempat dan orang. 4. Berikan obat anti psikotik sesuai dengan program terapi. RASIONAL 1.Lingkungan fisik dan psikososial yang terapeutik akan menstimulasi kemampuan klien terhadap kenyataan. 2. Hal ini akan membuat klien merasa menjadi orang yang berguna. 3. Kesadaran diri yang meningkat dalam hubungannya dengan lingkungan waktu, tempat dan orang. 4. Obat ini dipakai untuk mengendalikan psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi 5. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kerusakan kognisi (perceptual). Batasan kriteria : Kemauan yang kurang untuk membersihkan tubuh, defekasi, berkemih dan kurang minat dalam berpakaian yang rapi. Sasaran jangka pendek : Klien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu Sasaran jangka panjang : Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari- hari secara mandiri dan mendemonstrasikan keinginan untik melakukannya. INTERVENSI 1. Dukung klien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan kien. 2. Dukung kemandirian klien, tetapi beri bantuan klien saat kurang mampu melakukan beberapa kegiatan. 3. Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuan mandiri. 4. Perlihatkan secara konkrit, bagaimana melakukan kegiatan yang menurut klien sulit untuk dilakukannya. 5. Pantau dan nilai aktivitas klien dalam mempersiapkan makanan dan aktivitas yang sesungguhnya. 6. Pantau asupan makanan dan minuman 7.Berikan dukungan adaptif, peralatan dan ruang yang sesuai untuk memanipulasi makanan dan perlengkapan makan. 8. Timbang berat badan klien setiap minggu. RASIONAL 1. Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan suatu aktivitas akan meningkatkan harga diri. 2. Kenyamanan dan keamanan klien merupakan prioritas dalam keperawatan. 3. Penguatan positif akan menignktakan harga diri dan mendukung terjadinya pengulangan perilaku yang diharapkan. 4. Karena berlaku pikiran yang konkrit, penjelasan harus diberikan sesuai tingkat pengetian yang nyata. 5. Partisipaasi dalam aktivitas perwatan diri akan meningkatkan harga diri dan mempertahankan tonus kelompok otot. 6. Tersedianya peralatan khusus meningkatkan pelaksanaan kegiatan mandi dan ke toilet. 7. Klien perlu mempertahankan perasaan diri yang positf. 8. Pakaian yang mudah digunakan memfasilitasi kemandirian dalam berpakain Evaluasi 1. Dx 1 Klien dapat menyajikan sebuah landasan untuk mengevaluasi perilaku di masa depan. Klien dapat berkomunikasi dengan jelas, sering, dan tentang topik atau pokok bahasan yang digulirkan satu per satu. Klien berkomunikasi dengan menggunakan komunikasi non verbal. Mengidentifikasi stressor dan mengembangkan cara yang lebih efektif untuk mengatasi stressor yang tidak dapat dihindari. Teknik relaksasi memampukan klien untuk mengurangi ansietas. 2. Dx 2 1. Klien dapat berkomunikasi dengan jelas, sering, dan tentang topik atau pokok bahasan yang digulirkan satu per satu. 2. Teknik relaksasi memampukan klien untuk melancarkan peredaran darah. 3. Dx 3 1. Strategi yang di gunakan dapat membentuk model sikap yang positif 2. klien mengetahui tentang obat-obatan yang diberikan kepadanya. 3. klien dapat mengingat kembali masalah yang terjadi di lingkungan. 4. Dx 4 1. Terbina hubungan saling percaya antara perawat dan klien 2. Klien merasa dihargai, hal ini ditandai dengan sikap klien yang terlihat mulai bisa berinteraksi dengan non verbal. 3. Klien mulai bisa mengingat nama, tempat, dan waktu pada saat itu. 5. Dx 5 1. klien mampu melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari dengan kemampuannya. 2. klien merasa aman dan nyaman berada di tempat perawatan. Bab III. Penutup A. Kesimpulan B. Saran Respon penderita terhadap kesulitan yang dihadapinya berbeda-beda; ada yang sangat tenang dan menarik diri, sedangkan yang lainnya menjadi hiperaktif dan mencoba melawan halusinasi maupun delusi yang dialaminya. Delirium bisa berlangsung selama berjam-jam, berhari-hari atau bahkan lebih lama lagi, tergantung kepada beratnya gejala dan lingkungan medis penderita. Delirium sering bertambah parah pada malam hari (suatu fenomena yang dikenal sebagai matahari terbenam). Pada akhirnya, penderita akan tidur gelisah dan bisa berkembang menjadi koma (tergantung kepada penyebabnya). Oleh karena itu,pengobatan delirium tergantung pada penyebabnya dan peran keluarga dan orang di sekitar sangat di butuhkan untuk membantu mengurangi gejala dan mempercepat proses penyembuhan. DAFTAR PUSTAKA  Santosa, budi.2005-2006. Panduan diagnosa Keperawatan nanda 2005-2006. Prima Medika: Jakarta  http://imidarussalam.blogspot.com/2009/03/askep-pada-pasien-delirium.htmlkter. All Rig  Powered by vBulletin® Version 3.6.8 Copyright ©2000 - 2009, Jelsoft Enterprises Ltd. SEO by vBSEO 3.2.0 Reserved  http: // www.indonesia.com/newreply.php   about:blank  http://nursecerdas.wordpress.com/2009/01/12/keperawatan-gerontik/

No comments:

Post a Comment