Saturday, October 1, 2011

Asuahan keprawatan SGB SGB merupakan sindrom klinis yang ditunjukkan oleh onset akut dari gejala-gajala yang mengenai syaraf perifer dan cranial. Proses penyakit mencakup demielinasi dari degenerasi selaput meilin dari syaraf perifer dan cranial ( Sylvia A. proce dan Lorraine M. Wilson, 1995) Etiologinya tidak diketahui tetapi respon alergi atau respon autoimun sangat mungkin sekali. Beberapa peniliti berkenyakinan bahwa syndrome tersebut berasal dari virus. Akan tetapi tidak ada virus yang dapat diisoloasi sejauh ini. SGB paling banyak ditimbulkan oleh adanya infeksi (pernapasan dan gastrointestinal) 1 sampai 4 minggu sebelum terjadi serangan penurunan neurologis. Pada beberapa keadaan dapat terjadi setelah vaksinasi atau pembedahan. Hal ini juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus primer, reaksi imun dan beberapa proses lain. Atau sebuah kombinasi proses. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa infeksi virus menyebabkan reaksi autoimun yang menyerang saraf perifer . myelin merupakan substansi yang ada di sekitar atau menyelimuti akson- akson saraf dan berperan penting pada transmisi impuls saraf Patofisiologi Akson bermielin mengonduksi impuls saraf lebih cepat disbanding akson tidak berrmielin. Sepanjang perjalanan serabut bermirlin terjadi gangguan dalam selaput (nodus ranvier) tampak kontak langsung antara membrane sel akson dengan cairan ekstraseluler. Membrane sangat permiabel pada nodus tersebut, sehingga konduksi menjadi baik Gerakan ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat pada nodus ranvier sehingga impuls saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari nodus satu ke nodus yang lain( konduksi saltatori ) dengan cukup kuat kehilangan selaput meilin pada SGB membuat konduksi saltatori tidak mungkin terjadi dan trasmisi impuls saraf dibatalkan. Anamnase Pengkajian terhadap komplikasi SGB meliputi pemantauan terus- menerus terhadap ancaman gangguan gagal napas akut yang mengancam kehidupan. Komplikasi lain mencakup distritmia jantung, yang terlihat melalui pemantauan EKG dan mengobservasi klien terhadap tanda trombosit vena profunda dan emboli paru- paru. Yang sering mengancam klien imobilisasi dan paralisis Keluhan utama Sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan berhubungan dengan kelemahan otot baik kelelmahan fisik secara umum maupun local seperti melemahnya otot – otot pernapasan Riwayat penyakit sekarang Factor riwayat penyakit sekarang sangat penting diketahui kerana untuk menunjang keluhan utama klien. Tanyakan dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan , sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien SGB biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan proses dimielinisasi . keluhann tersebut diantaranya gejala- gejala neurologis diawali dengan parestesia ( kesemutan kebas ) dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang ke ekstermitas atas, batang tubuh dan otot wajah. Kelemahan otot dapat diikuti dengan cepat adanya paralisis yang lengkap Keluhan yang paling sering ditemukan pada klien SGB dan merupakan komplikasi yang paling berat dari SGB adalah gagal napas. Melemahnya otot pernapasan membuat klien dengan gangguan ini beresiko lebih tinggi terhadap hipoventilasi dan infeksi pernapasan berulang. Disfagia juga dapat timbul mengarah pada aspirasi. Keluhan kelemahan ekstermitas atas dan bawah hampir saama dengan keluhan klien yang terdapat pada klien stroke. Keluhan lainnya adalah kelainan dari fungsi kardiovaskular yang memungkinkan terjadinya gangguan system saraf otonom pada klien SGB yang dapat mengakibatkan distritmia jantung atau perubahan drastic yang mengancam kehidupan dalam tanda- tanda vital Riwayat penyakit dahulu Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami ISPA, infeksi gastrointestinal, dan tindakan bedah saraf Pengkajian pemakaian obat-obatan yagn sering digunakan klien seperti pemakaian obat kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotic dan reaksinya ( untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic ) dapat menmbah komprehensifnya pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwaayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya Pengkajian psikososiopiritual Pengkajian psikologis kklien SGB meliputi beberapa penilaian yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan prilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakitn yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupum masyarakat.apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan , cemas, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah ( gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasanya digunakan klien selama masa stress, meliputi : kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan prilaku akibat stress Pemeriksaan fisik Pada klien SGB biasanya didapatkan suhu tubuh normal, penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda- tanda penurunan curah jantung. Peningkatan frekuensi napas berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi pada system pernapasan serta akumulasi secret akibat insufisiensi pernapasan. Tekanan darah didapatkan ortostatik hipotensi atau tekanan darah meningkat ( hipertensi transien) berhubungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis B1 ( breathing) Inspeksi didapat kan klien batuk , peningkatan profduksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan karena infeksi saluran pernapasan dan yang peling sering di dapatkan pada klien SGB adalah penurunan frekuensi pernapasan karena melemahnya fungsi otot- otot pernapasan . palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri.auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan SGB berhubungan dengan akumulasi sekret dari infeksi saluran napas B2 (blood) Pengkajian pada sistem kardiovaskular pada klien SGB menunjukkan bradikardia akibat penurunan perfusi jaringan. Tekanan darah di dapatkan ortostatik hipotensi atau TD meningkat ( hipertensi transien) akibat penurunan reaksi saraf simpatik dan parasimpatik B3 (brain) Pengkajian B3 (brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan dengan pengkajian pada sistem lainnya • Pengkajian tingkat kesadaran Pada klien SGB biasanya kesadaran klien komposmentis. Apabila klien mengalami penurunan tingkat kesadaran maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk monitoring pemberian asuhan • Pengkajian fungsi serebral Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah dan aktivitas motorik klien. Pada klien SGB tahap lanjut disertai penurunan tingkat kesadaran biasanya status mental klien mengalami perubahan • Pengkajian saraf kranial. Pengkajian saraf kranial meliputi saraf kranial I-XII • Saraf I. Biasanya pada klien SGB tidak ada klien dan fungsi penciuman • Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal • Saraf III, IV dan VI. Penurunan kemampuan membuka dan menutup kelopak mata, paralisis okular • Saraf V. Pada klien SGB didapatkan paralisis pada otot wajah sehingga mengganggu proses mengunyah • Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris karena adanya paralisis unilateral • Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi • Saraf IX dan X. Paralisis otot orofaring, kesulitan berbicara, mengunyah dan menelan. Kemampuan menelan kurang baik sehingga mengganggu pemenuhan nutrisi via oral • Saraf XI. Tidak ada atropi otot sternokleidomastoideus dan trapezius kemampuan mobilisasi leher baik • Saraf XII . lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal Pengkajian system motorik Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada SGB tahap lanjut mengalami perubahan. Klien mengalami kelemahan motorik secara umum sehingga mengganggu mobilitas fisik Pengkajian reflex. Pemeriksaan reflex propunda , pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum derajat reflek pada respon normal • Gerakan involunter Tidak ditemukan adanya tremor kejang, tic dan distonia Pengkajian system sensorik Parestesia (kesemutan kebas) dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang ke ekstermitas atas, batang tubuh dan otot wajah. Klien mengalami penurunan kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri dan suhu B4 ( bladder) Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume pengeluaran urine , hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal B5 (bowel) Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan kelemahan otot- otot pengunyah serta gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via oral menjadi berkurang lain B6 (bone) Penurunan kekuatan otot dan penururnan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien secara umum . dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari klien lebih banyak dibantu oleh orang

No comments:

Post a Comment