Thursday, September 29, 2011
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tumor Otak (Tumor Intrakranial)
LAPORAN PENDAHULUAN
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tumor Otak (Tumor Intrakranial)
Konsep Dasar
1. Pengertian.
Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.
2. Penyebab
Tumor intracranial primer atau neoplasma berasal dari sel intrinsic jaringan otak dan berasal dari kelenjar pituitary dan kelenjar pineal. Sedangkan tumor sekunder atau metastasis juga beperngaruh pada tumor intracranial. Tumor intracranial primer dibagi atas dua yaitu tumor intraserebral primer dan tumor ekstrasebral primer.
3. Type tumor otak
Tumor intraserebral primer :
a. Glioma : astrocytoma, oligodendrogliomas, ependymomas, medulloblastoma dan glioblastoma.
Terdapat pada jaringan konektif otak, infiltrasi terutama pada jarinan hemisfer serebral, berkembang cepat.
Tumor ekstraserebral primer :
a. Meningioma.
Terdapat pada lapisan meningeal yang menutupi otak. Biasanya beningna tapi bias berubah menjadi ganas. Bisa timbul tanda dan gejala neurologis seperti anosmia, atropi optic, palsi ekstraokuler, papiledema, disfungsi serebelar.
b. Tumor pituitary.
Terdapat pada berbagai jaringan.
c. Neuroma.
Berasal dari sel Schwann pada saraf cranial ketiga. Mulanya benigna kemudia berubah menjadi maligna.
Tumor metastase
Sel kanker menyebar ke otak via system sirkulasi, pembedahannya sulit, dan prognosis jelek. Metastase dapat terjadi pada epidural, meningeal atau parenkim otak.
4. Patofisiologi
Gejala tumor intracranial dapat memberikan efek local ataupun efek general. Pada lobus frontal terjadi gangguan kepribadian, gangguan afek, disfungsi system motor, kejang, aphasia.. Pada presentral gyrus dapat ditemukan kejang Jacksonian. Pada lobus oskipital terjadi gangguan penglihatan, dan sakit kepala (headache). Lobus temporal bias terjadi halusinasi pendengaran, penglihatan atau gustatory dan kejang psikomotor, aphasia.. Pada lobus parietal dapat ditemukan ketidakmampuan membedakan kiri – kanan, deficit sensori (kontralateral). Ada juga yang menekan secara langsung pada struktur saraf menyebabkan degenerasi dan interferensi dengan sirkulasi local. Bisa timbul edem local dan jika lama maka mempengaruhi fungsi jaringan saraf.
Suatu tumor otak sesuai type dimana-mana pada rongga cranial bias menyebabkan peningkatan tekanan intracranial (TIK). Bila tumor berada di ventrikel maka dapat menyebabkan obstruksi. Bila edema meningkat maka suplay darah ke otak menurun dan karbondioksida tertahan. Pembuluh darah dilatasi untuk meningkatkan suplay oksigen darah. Hal ini malah akan memperberat edem.
Papilledem merupakan efek general dari peningkatan tekanan intracranial dan sering sebagai tanda terakhir yang timbul. Kematian akibat kompresi batang otak.
5. Komplikasi :
a. Edema serebral
b. Tekanan intracranial meningkat.
c. Herniasi otak
d. Hidrosefalus.
e. Kejang.
f. Metastase ke tempat lain.
6. Studi diagnostic dan hasil.
a. Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor.
b. Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah.
c. X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial.
d. X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase.
e. CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran ventrikel serebral.
f. Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline.
7. Manajemen medis.
Pengobatan tumor otak meliputi pembedahan, kemoterapi, radiasi atau kombinasi ketiga – tiganya.
a. Managemen umum. Terapi radiasi dan nutrisi yang adekuat.
b. Pembedahan. Kraniotomi, kraninektomi, prosedur transpheniodal, prosedur shunting, dan reservoir Ommaya.
c. Terapi obat. Kortikosteroid, antikonvulsan, analgesic/antipiretik, histamine reseptor antagonis, antacids, kemoterapi sistemik.
Asuhan Keperawatan Tumor Otak
1. Pengkajian.
a. Gangguan fokal neurologis. Pada lobus frontal terjadi gangguan kepribadian, gangguan afek, disfungsi system motor, kejang, aphasia.. Pada presentral gyrus dapat ditemukan kejang Jacksonian. Pada lobus oskipital terjadi gangguan penglihatan, dan sakit kepala (headache). Lobus temporal bias terjadi halusinasi pendengaran, penglihatan atau gustatory dan kejang psikomotor, aphasia.. Pada lobus parietal dapat ditemukan ketidakmampuan membedakan kiri – kanan, deficit sensori (kontralateral).
b. Meningkatnya TIK : letargi, HR menurun, tingkat kesadaran menurun, papilledem, muntah proyektil, kejang, perubahan pola napas, perubahan tanda vital.
c. Mentasi. Perubahan kepribadian, depresi, menurun daya ingat dan kemampuan mengambil keputusan.
d. Disfungsi pituitary. Syndroma cushing, akromegali, giantisme, hipopituitarisme.
e. Nyeri. Headache persisten.
f. Aktivitas kejang.
g. Status cairan. Mual dan muntah, urine output menurun, membrane mukosa kering, turgor kulit menurun, serum sodium menurun, BUN, Hb, Hct, hipotensi, takikardi, berat badan menurun.
h. Psikososial. Marah, takut, berkabung dan hostility.
2. Diagnosa Keperawatan.
a. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan rambut, dan perubahan struktur dan fungsi tubuh.
b. Antisipasi berkabung berhubungan dengan penerimaan kemungkinan kematian pasien.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi dan terapi radiasi.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan sakit kepala yang hebat dan efek samping pengobatan.
e. Resiko tinggi volume cairan menurun berhubungan dengan efek samping kemoterapi dan terapi radiasi.
3. Perencanaan Keperawatan.
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan rambut, dan perubahan struktur dan fungsi tubuh.
Pasien mengekspresikan gambaran diri yang positif dengan criteria pasien menerima perubahan pada body imagenya. 1. Kaji reaksi pasien terhadap perubahan tubuhnya.
2. Observasi interaksi social pasien.
3. Pertahankan hubungan terapeutik dengan pasien.
4. Anjurkan pasien untuk berkomunikasi terbuka dengan petugas kesehatan atau orang penting lainnya.
5. Bantu pasien menemukan koping yang efektif tentang body image. Menentukan reaksi pasien terhadap perubahan body imagenya
Withdrawl social bisaa terjadi karena penolakan.
Memfasilitasi suatu hubungan terapeutik yang terbuka
Ekspresi ketakutan secara terbuka dapat mengurangi kecemasan
Membantu pasien menemukan strategi koping yang dapat mengurangi kecemasan dan ketakutan
Antisipasi berkabung berhubungan dengan penerimaan kemungkinan kematian pasien.
Pasien dan keluarga mampu ekspresikan rasa berkabungnya dengan criteria perasaan pasien dan keluarga tentang rasa berkabungnya diekspresikan dengan tepat. 1. Kaji reaksi pasien dan keluarga terhadap diagnosis.
2. Anjurkan pasien untuk ekspresi perasaan secara terbuka.
3. Antisipasi perasaan pasien akan kemarahan dan ketakutannya.
4. Bantu pasien mereview pengalaman masa lalu
5. Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam ADL
6. Rujuk pasien dan keluarga kepada kelompok pendukung. Menentukan proses berkabung dan strategi koping yang digunakan.
Mengurangi kecemasan dan ketakutan.
Perasaan bimbang (tak menentu) bisa muncul setelah shock akan diagnosis
Membantu pasien menemukan koping mekanisem
Mengurangi perasaan ketidakberdayaan.
Kelompok penduduk dapat membantu dalam hal support emosional
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi dan terapi radiasi.
Integritas kulit pasien dipertahankan dengan criteria kulit tetap intak, tidak ada kemerahan atau kerusakan. 1. Kaji integritas kulit tiap 4 jam
2. Pertahankan kulit bersih dan kering, gunakan sabun dan air untuk memandikan pasien.
3. Reposisi pasien setiap 2 jam
4. Anjurkan untuk intake cairan dan nutrisi yang adekuat. Merah, kering, dan luka dapat terjadi pada daerah radiasi, kemoterapi bias menyebabkan rash, hiperpigmentasi dan kehilangan rambut.
Mencegah kerusakan kulit
Meningkatkan sirkulasi dan mencegah luka tekan
Dehidrasi dan malnutrisi dapat meningkatkan resiko berkembangnya luka tekan.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan sakit kepala yang hebat dan efek samping pengobatan.
Pasien bebas nyeri dengan criteria melaporkan tidak ada ketidaknyamanan, tidak meringis, menangis, tanda vital dalam batas normal, berpartisipasi dalam aktivitas dengan tepat. 1. Kaji lokasi, dan lamanya nyeri kepala dan nyeri insisi tiap 2 jam.
2. Atur pmberian analgesic/narkotik
3. Berikan kenyamanan pada pasien Perubahan yang mendadak atau nyeri hebat dapat menunjukkan TIK meningkat dan harus dilaporkan ke dokter.
Narkotik memberikan efek sedative.
Menghilangkan ketidaknyamanan dan kecemasan.
Resiko tinggi volume cairan menurun berhubungan dengan efek samping kemoterapi dan terapi radiasi.
Keseimbangan cairan yang adekuat dipertahankan dengan criteria intake dan output seimbang, turgor kulit dan membrane mukosa lembab, serum elektrolit, Hb, Hct, dan tanda vital dalam batas normal 1. Kaji turgor kulit, membrane mukosa, haus, tekanan darah, HR, monitor serum elektrolit, albumin dan CBC.
2. Monitor intake dan output
3. Anjurkan intake yang adekuat. Atur pemberian cairan per iv sesuai order
4. Atur pemberian antiemtek sesuai order. Menentukan status dehidrasi.
Muntah dapat terjaid pasien dengan kemoterapi dan tera[I radiasi
Membantu mempertahankan hidrasi yang adekuat.
Mengurangi mual dan muntah
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN NY. S.H. DENGAN MENINGIOMA SPHENOID
DI RUANG SARAF A RSDS SURABAYA
TANGGAL 26 – 28 NOPEMBER 2001
Pengkajian
I. Biodata.
A. Identitas pasien.
1. Nama : Tn. S.H. (Perempuan, 52 tahun).
2. Suku/bangsa : Madura/Indonesia.
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : Kawin
5. Pendidikan/pekerjaan : TS/petani
6. Bahasa yang digunakan : Madura
7. Alamat : Dusun Sarip Rt 04 RW 1 Bajang, Pakong-Pamekasan
8. Kiriman dari : datang sendiri
B. Penanggung jawab pasien :
Suami dan anak sebagai penanggung jawab.
II. Alasan masuk rumah sakit
A. Alasan dirawat : mata kanan tidak dapat melihat dan nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu.
B. Keluhan utama : pasien mengatakan pusing, dan tidak ada napsu makan karena stress dengan penyakitnya, dimana dijanjikan akan dilakukan pembedahan tetapi belum terlaksana.
III. Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien pernah menderita tekanan darah tinggi 3 tahun yang lalu, nyebabnya tidak diketahui, pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit, riwayat alergi seperti obat dan makanan tidak ada.
B. Riwayat kesehatan sekarang : sejak 2 tahun yang lalu pasien merasa nyeri kepala, mata kanan menonjol dan tidak bisa melihat. Berobat jalan ke RS Pamekasan tetapi tidak ada perubahan. Oleh keluarga dibawa ke RS Mata Undaan Surabaya. Dari RS Undaan dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
C. Riwayat kesehatan keluarga : orang tua, saudara kandung ayah/ibu, saudara kandung pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan.
Genogram :
IV. Informasi khusus
A. Masa balita : tidak dikaji
B. Klien wanita : tidak dikaji
V. Aktivitas hidup sehari – hari :
Aktivitas sehari-hari Pre-masuk rumah sakit Di rumah sakit
A. Makan dan minum
1. Nutrisi
2. Minum
Pola makan 3 kali/hari, tidak ada makanan pantangan.
Minum air putih 8-10 gelas sehari, kadang-kadang minum kopi.
Sejak 3 hari yang lalu pasien tidak ada napsu makan, tidak menghabiskan porsi yang disiapkan
Minum air putih 4-6 gelas, kadang minum susu yang disiapkan.
B. Eliminasi BAB dan BAK tidak ada kelainan. Kadang keringat dingin. BAB 1-2 kali/hari, konsistensi lembek dan BAK 1000-1500 cc/hari, warna kuning.
C. Istirahat dan tidur Pasien istirahat jam 13.00-14.30 dan tidur malam 22.00-05.30 Pasien istirahat di tempat tidur saja. Tidur kalau merasa mengantuk. Kesulitan tidur karena stress belum dilakukan pembedahan
D. Aktivitas Pasien sebagai seroang petani bekerja di sawah. Pasien mengatakan ia hanya duduk
E. Kebersihan diri Mandi 2 kali sehari, menggosok gigi tidak pasti Dilakukan di kamar mandi
F. Rekreasi Pasien senang menonton televise. Tidak bisa dilakukan.
VI. Psikososial
A. Psikologis : pasien dan keluarga mengatakan tidak mau minum obat dan napsu makan menurun karena pusing memikirkan pelaksanaan operasi yang selalu ditunda dan biaya yang dikeluarkan sudah banyak. Konsep diri : tidak dirasakan sebagai suatu masalah pada konsep dirinya. Keadaan emosi : pasien marah-marah, sedih. Mekanisme koping adalah diam saja.
B. Sosial : hubungan antar anggota keluarga (suami dan anak-anaknya) harmonis dimana anak dengan setia menunggu sedangkan suami kadang-kadang menjenguk karena harus bekerja mencari nafkah.
C. Spiritual : di rumah ibadah dengan sholat 5 waktu, sedangkan di rumah sakit pasien berdoa dalam hati. Keyakinan tentang kesehatan sekarang ini adalah bahwa ia mengharapkan agar cepat dilakukan pembedahan.
VII. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum : pasien nampak sakit sedang. Kesadaran kompos mentis, GCS : 4-5-6, T 150/90 mmHg, N 120 x/menit, S 375 0C, RR 18 X/menit.
B. Head to toe :
1. Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala bersih.
2. Rambut. Rambut agak ombak, sebagian berwarna uban, dan nampak bersih.
3. Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan pada mata kanan tidak dapat melihat konjungtiva anemis, pupil kanan enoftalmus, ptosis, dan refleks cahaya mata kanan negative, tidak menggunakan alat bantu kacamata.
4. Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.
5. Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal.
6. Mulut dan gigi. Tidak ada bau mulut, perdarahan dan peradangan, ada karang gigi/karies. Lidah bersih dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring.
7. Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
8. Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
9. Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, tidak ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 12 X/menit.
10. Repoduksi
Tidak dikaji.
11. Ekstremitas
Mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot ekstremitas atas 4-4 dan ekstremitas bawah 4-4.
12. Integumen.
Kulit keriput, pucat.
VIII. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium :
B. Radiologi : 23 – 10 – 2001 : CT scan kepala : meningioma sphenoid sisi kanan dengan tanda-tanda invasi ke jaringan lunak dan kanalis opticus.
C. EKG/USG/IVP :
D. Endoskopi :
Analisa data
Data pendukung Masalah Etiologi
1. Subyektif :
Pasien mengatakan tidak ada napsu makan, menanyakan mengapa pembedahan ditunda terus, mengatakan sudah banyak biaya yang sudah dikeluarkan.
Obyektif :
Volume suara tinggi, tidak menghabiskan porsi yang disiapkan, hari perawatan 32 hari, T : 150/90, N 120 x/menit, S : 375oC, RR 1/menit
2. Subyektif :
Keluarga menanyakan bagaimana persiapan operasi, mengatakan belum pernah dijelaskan mengenai persiapan pembedahan.
Obyektif :
Pendidikan pasien tidak sekolah, belum pernah opname/masuk rumah sakit.
3. Subyektif :
Pasien mengatakan kepalanya sering nyeri (cekot-cekot), mata kanan tidak dapat melihat.
Obyektif :
Mata kanan enoftalmus, ptosis, CT scan meningioma sphenoid kanan dengan tanda invasi ke jaringan lunak dan kanalis opticus Depresi
Kurang pengetahuan tentang persiapan pembedahan
Tekanan intrakranial Ketidakpastian pembedahan
Keterbatasan kognitif
Metastase tumor
Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas)
1. Depresi berhubungan dengan ketidakpastian pengobatan : pembedahan
2. Kurang pengetahuan tentang persiapan pre operasi berhubungan dengan keterbatasan koginitf.
3. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan metastase tumor ke jaringan lunak.
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Depresi berhubungan dengan ketidakpastian pengobatan : pembedahan
Setelah tindakan keperawatan tidak terjadi depresi dengan criteria tidak marah, menerima keadaan dan penjelasan yang diberikan, tanda vital dalam batas normal, melakukan ADL seperti biasa. 1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.
2. Anjurkan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaannya.
3. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga kemungkinan alasan ketidakpastian pembedahan.
4. Kolaborasi dengan dokter acara pembedahan.
5. Anjurkan pasien dan keluarga menggunakan mekanisme koping yang konstruktif. Pasien akan mengungkapkan perasaan pada orang yang sudah dipercayainya.
Mengungkapkan perasaan merupakan salah satu upaya mengurangi depresi.
Mningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga sehingga depresi berkurang.
Memberikan kepastian pengobatan yang akan dipeorleh pasien.
Mencegah kerusakan diri sendiri dan orang lain
Kurang pengetahuan tentang persiapan pre operasi berhubungan dengan keterbatasan koginitf.
Setelah 3 kali pertemuan pasien dan keluarga mampu mengenal dan mengerti persiapan pre oeprasi secara umum dengan criteria menyebutkan persiapan fisik, psikologis, administrasi 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2. Berikan penjelasan tentang persiapan pre operasi secara umum : informed consent, persiapan GI, kulit, dan psikologis.
3. Evaluasi pemahaman keluarga tentang penjelasan yang telah diberikan. Ketepatan dalam memberikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat pengetahuan dan pemahaman klien
Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga dan meningkatkan kooperatif bila sudah ada acara pmbedahan
Meyakinkan kembali pemahaman pasien dan keluarga tentang penjelasan yang diberikan.
Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan metastase tumor ke jaringan lunak. Tidak terjadi peningkatan tekanan intracranial selama perawatan dengan criteria tidak muntah, mual, nyeri kepala, takikardi dan tanda vital dalam batas normal. 1. Monitor tanda vital tiap 4 jam.
2. Monitor tanda-tanda dan gejala peningkatan tekanan intracranial.
3. Anjurkan pasien untuk mencegah valsava maneuver.
4. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan aktivitas yang berat.
5. Anjurkan pasien dan keluarga segera melaporkan kepada dokter atau perawat bila menemukan tanda dan gejala peningkatan TIK.
6. Berikan obat : Tramadol, Neurosanbe dan Genvibrofit sesuai order. Melihat perubahan status sistemik pasien.
Penemuan dini mencegah komplikasi lebih lanjut
Valsava maneuver meningkatkan tekanan pembuluh darah dan selanjutnya meningkatkan TIK
Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan dan mencegah peningkatan TIK
Bantuan dan dukungan dari pasien dan keluarga sangat membantu perawat/dokter dalam memberikan tindakan yang tepat dan segera
Membantu proses penyembuhan
Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa kep. Hari/tanggal
(jam) Tindakan keperawatan Evaluasi keperawatan
1. Senin, 26 – 11- 2001
10.00
12.00
Membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga dengan memperkenalkan diri dan menyapa pasien dan keluarga.
Menganjurkan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaannya.
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga kemungkinan ketidakpastian pengobatan : pmbedahan
Memberikan dukungan emosional pada pasien dan keluarga
Jam 13.30
S : mengatakan mau makan, mengatakan jika tidak dioperasi dalam waktu dekat maka akan pulang paksa.
O: nampak pasrah, T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12 X/menit, tenang, tidak marah.
A : pasien menerima keadaan dan ketidakpastian pmbedahan.
P: tindakan keperawatan dipertahankan
2.
10.30
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan pre operasi
Menjelaskan tentang persiapan pre oeprasi secara umum : informed consent, GI, kulit, dan psikologis.
Jam 13.30
S : mengatakan belum mengerti tentang persiapan GI, kulit dan psikologis.
O: mampu menyebutkan persiapan informed consent
A : hanya memahami persiapan informed consent
P: tindakan keperawatan dipertahankan
3
10.00
Mengukur tanda vital : T 120/80, N 100 x/menit, RR 10 x/menit
Memonitor tanda dan gejala penignkatan TIK
Menganjurkan pasien untuk menghindari mengedan, batuk yang terlalu kuat, berjalan ke kamar mandi.
Menganjurkan untuk segera melaporkan dokter atau perawat bila menemukan tanda dan gejala TIK meningkat seperti nyeri kepala, muntah, mual, bradikardi atau takikardi, peningkatan suhu dan tanda vital lainnya serta perubahan kesadaran. Jam 13.30
S : mengatakan mata kanan tidak bias melihat, nyeri kepala tetapi kadang-kadang.
O: tidak muntah, GCS 4-5-6, T 100/70, N 80, RR 12 x/menit, suhu 37oC.
A : masalah tidak terjadi.
P: tindakan keperawatan dipertahankan
1. Selasa, 27 – 11- 2001 08.00
Menganjurkan pasien dan keluarga mengungkapan perasaan terutama yang dikeluhkan sekarang ini.
Memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga
Jam 13.00
S : mengatakan mau makan, dan menghabiskan porsi yang disiapkan dan mengharapkan cepat operasi
O: tidak marah, menerima alasan atau penjelasan perawat
A : depresi berkurang
P: tindakan keperawatan dipertahankan
2.
09.00
Menjelaskan pada pasien dan keluaraga tentang persiapan preoperasi yaitu GI, psikologis, kulit. Jam 12.00
S : mengatakan mengerti penjelasan perawat.
O: mampu menjawab pertanyaan
A : masalah teratasi.
P: tindakan keperawatan dipertahankan
3.
08.00
10.45
Mengukur tanda vital
Menyiapkan obat Tramadol, Neurosanbe dan Genvibrofit 1 tablet
Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK
Menganjurkan pasien dan keluarga perawat untuk segera melapor perawat atau dokter bila terjadi peningkatan TIK
Menganjurkan pasien untuk menghindari valsava maneuver Jam 13.30
S : mengatakan kadang nyeri kepala seperti diturusk-tusuk, mata kanan tidak bias melihat.
O: tidak muntah, T 100/80, N 80 x/menit, RR 12 x/menit, GCS 4-5-6, tidak pusing.
A : tidak terjadi peningkatan TIK
P: tindakan keperawatan dipertahankan
1. Rabu, 28 – 11- 2001
15.00
Menganjurkan pasien mengungkapkan perasaan dan memberikan dukungan emosional dengan mengatakab bahwa tim kesehatan akan memberikan yang terbaik bagi pasiennya dan menginginkan agar pasien cepat sembuh seperti haraapan pasien dan keluarga. Jam 20.00
S : mengatakan napsu makan meningkat, mengatakan bias menerima penjelasan
O: tenang, rileks, tidak marah
A : depresi hilang dan pasien siap menunggu jadwal pembedahan.
P: tindakan keperawatan dihentikan
2.
18.30
Megingatkan kembali pasien dan keluarga tentang persiapan pre operasi dengan menanyakan kembali pnjelasan yang sudah diberikan. Jam 20.30
S : mengatakan mengerti semua penjelasan perawat
O: menjawab semua pertanyaan perawat.
A : masalah teratasi
P: tindakan keperawatan dihentikan
3.
15.00
Mengukur tanda vital
Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK
Menganjurkan pasien untuk menghindari valsava maneuver. Jam 20.30
S : mengatakan nyeri kepala hilang, mata kanan tidak bisa melihat.
O: tidak muntah, T 110/70, N 90 x/menit, RR 10 x/menit, GCS 4-5-6, tidak pusing.
A : tidak terjadi peningkatan TIK
P: tindakan keperawatan dipertahankan sampai pasien dilakukan pembedahan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment