Thursday, September 29, 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TRAKOMA

BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Trakoma adalah salah satu bentuk radang konjungtiva (selaput lendir mata) yang berlangsung lama dan disebabkan oleh Chl Contents No table of contents entries found. amydia Trachomatis. Infeksi ini menyebar melalui kontak langsung dengan sekret kotoran mata penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat kecantikan dan lain-lain. Penyakit ini sangat menular dan biasanya menyerang kedua mata. Bila ditangani secepatnya, trakoma dapat disembuhkan dengan sempurna. Namun bila terlambat dalam penanganannya, trakoma dapat menyebabkan kebutaan. B. Epidemiologi Trakoma banyak terdapat di beberapa negara Afrika, Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin. Secara umum, trakoma diderita oleh sekitar 84 juta orang di 55 negara yang endemis (banyak terdapat penderita trakoma), dan sekitar 1,3 juta orang diantaranya buta karena trakoma. Penyakit ini biasanya mengenai penduduk yang miskin dan mempunyai higienis yang buruk. Penyakit ini dapat menyerang semua umur tapi lebih banyak ditemukan pada orang muda dan anak-anak, dengan angka kejadian tertinggi pada usia 3-5 tahun. C. Etiologi Trakoma''disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan menyebar melalui kontak langsung dengan mata, hidung, dan sekresi tenggorokan dari individu yang terkena, atau kontak dengan fomites (benda mati), seperti handuk dan / atau lap, yang memiliki yang sama kontak dengan cairan. Lalat juga bisa menjadi rute transmisi mekanis. Tidak diobati, infeksi trakoma ulang hasil dalam bentuk entropion-menyakitkan kebutaan permanen jika kelopak mata berbalik ke dalam, menyebabkan bulu mata untuk menggaruk kornea. Anak-anak yang paling rentan terhadap infeksi karena kecenderungan mereka untuk dengan mudah menjadi kotor, tapi efek menyilaukan atau gejala yang lebih parah seringkali tidak terasa sampai dewasa. Membutakan trakoma endemik terjadi di daerah yang miskin kebersihan pribadi dan keluarga. Banyak faktor yang secara tidak langsung terkait dengan keberadaan trakoma termasuk kekurangan air, tidak adanya jamban atau toilet, kemiskinan secara umum, lalat, dekat dengan sapi, berkerumun dan sebagainya. Namun, jalur umum akhir tampaknya kehadiran wajah-wajah kotor pada anak-anak yang memfasilitasi pertukaran sering terinfeksi debit mata dari wajah seorang anak yang lain. Kebanyakan transmisi trakoma terjadi dalam keluarga. D. Tanda dan Gejala Penyakit ini mempunyai waktu inkubasi (saat terkena infeksi sampai awal timbulnya gejala) 5 sampai 12 hari. Kebutaan akibat trakoma diakibatkan karena infeksi berulang penyakit ini. Gejala awal utama dari trakoma adalah mata yang gatal dan kemerahan, mata berair, dan terkadang mata mengeluarkan sekret kotoran mata berwarna keruh. Gejala selanjutnya bisa terdapat fotofobia (takut lihat cahaya), kelopak mata bengkak, trikiasis (bulu mata yang melengkung ke dalam), pembengkakan kelenjar getah bening yang terletak tepat di depan mata, kornea (selaput bening mata) tampak keruh dan nyeri pada mata. Anak-anak sangat rentan terhadap infeksi trakoma, namun penyakit ini berkembang secara lambat, dan mungkin gejala yang lebih berat tidak terlihat sampai usia dewasa. Gambar : Trakoma E. Kalsifikasi Mac Callan : Berdasarkan pada gambaran kerusakan konjungtiva, dibagi dalam 4 stadium yaitu : 1) Stadium Insidious : folikel imatur kecil-kecil pada konj palp sup, jar parut. 2) Stadium akut (trakoma nyata) : terdapat hipertrofi papil & folikel yang masak pada palp sup. 3) Stadium sikatriks : sikatriks konj, bentuk garis-garis putih halus disertai folikel dan hipertrofi. 4) Stadium penyakitembuhan : trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan. Klasifikasi Menurut WHO 1) Trakoma Inflamasi-Folikuler (TF) 2) Trakoma Inflamasi – Intense (TI) 3) Trakoma Sikatriks (TS) 4) Trakoma Trikiasis (TT) 5) Kekeruhan kornea (CO) F. Patofisiologi Melalui kontak langsung dengan discharge yang keluar dari mata yang terkena infeksi atau dari discharges nasofaring melalui jari atau kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi, seperti handuk, pakaian dan benda-benda lain yang dicemari discharge nasofaring dari penderita. Lalat, terutama Musca sorbens di Afrika dan Timur Tengah dan spesies jenis Hippelates di Amerika bagian selatan, ikut berperan pada penyebaran penyakit. Pada anak-anak yang menderita trachoma aktif, chlamydia dapat ditemukan dari nasofaring dan rektum. Namun didaerah endemis untuk serovarian dari trachoma tidak ditemukan reservoir genital. Masa inkubasi sukar ditentukan karena timbulnya penyakit ini adalah lambat. Penyakit ini termasuk penyakit mata yang sangat menular. Gambaran kliniknya dibagi atas 4 stadium : 1. Stadium I; disebut stadium insipien atau stadium permulaan, didapatkan terutama folikel di konjungtiva tarsal superior, pada konjungtiva tarsal inferior juga terdapat folikel, tetapi ini tidak merupakan gejala khas trakoma. Pada kornea di daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel. Kelainan kornea lebih jelas apabila diperiksa dengan melakukan tes fluoresin, dimana akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea. 2. Stadium II; disebut stadium established atau nyata, didapatkan folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior,beberapa folikel sudah matur berwarna lebih abu-abu. Pada kornea selain keratitis pungtata superficial, juga terlihat adanya neovaskularisasi, yaitu pembuluh darah baru yang berjalan dari limbus ke arah kornea bagian atas. Susunan keratitis pungtata superfisial dan neovaskularisasi tersebut dikenal sebagai pannus. 3. Stadium III; disebut stadium parut, dimulai terbentuknya sikatriks pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat sebagai garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata. Tidak jarang pada stadium ini masih terlihat trikiasis sebagai penyakit. Pada stadium ini masih dijumpai folikel pada konjungtiva tarsal superior. 4. Stadium IV; disebut stadium penyembuhan. Pada stadium ini, folikel pada konjungtiva tarsal superior tidak ada lagi, yang ada hanya sikatriks. Pada kornea bagian atas pannus tidak aktif lagi. Pada stadium ini dijumpai komplikasi-komplikasi seperti entropion sikatrisiale, yaitu pinggir kelopak mata atas melengkung ke dalam disebabkan sikatriks pada tarsus. Bersamaan dengan enteropion, bulu-bulu mata letaknya melengkung kedalam menggosok bola mata (trikiasis). Bulu mata demikian dapat berakibat kerusakan pada kornea, yang mudah terkena infeksi sekunder, sehingga mungkin terjadi ulkus kornea. Apabila penderita tidak berobat, ulkus kornea dapat menjadi dalam dan akhirnya timbul perforasi. Pathway Infeksi ringan dari kontak langsung Konjungtivitis bilateral Edema terus meningkat, mata berair, Fotofobia Pengembangan folikel pada konjungtiva Inflamasi pada kornes (atas) Terbentuknya jaringan parut pada lapisan Vaskularisasi kornea superfisial konjungtiva Oklusi saluran lakrimal Entropion Infiltrasi jaringan (infeksi bulu mata) granulosum Mata kering ulkus / laserasi kornea Jaringan parut pada kornea kebutaan Nyeri G. Penatalaksanaan - Pengobatan meliputi pemberian salep antibiotik yang berisi tetrasiklin dan erithromisin selama 4 – 6 minggu. Selain itu antibiotik tersebut juga bisa diberikan dalam bentuk tablet. § Doksisiklin o Sediaan : kapsul atau tablet 100 mg (HCl) o Dosis dewasa 100 mg per oral 2 x sehari selama 7 hari atau § Tetrasiklin o Sediaan salep mata 1% (HCl) o Dosis dewasa 2 x sehari selama 6 minggu Perbaikan klinik mencolok umumnya dicapai dengan tetracycline,1-1,5 g/ hari per os dalam empat dosis selama 3-4 minggu ; doxycycline,100 mg per os 2 kali sehari selama 3 minggu; atau erythromycin, 1 g / hari per os dibagi dalam empat dosis selama 3-4 minggu. Kadang-kadang diperlukan beberapa kali kur ( pengobatan) agar benar –benar sembuh. Tetracycline sistemik jangan diberi pada anak dibawah umur 7 tahun atau untuk wanita hamil. Karena tetracycline mengikat kalsium pada gigi yang berkembang dan tulang yang tumbuh dan dapat berakibat gigi permanen menjadi kekuningan dan kelainan kerangkan (mis, clavicula). Salep atau tetes topikal, termasuk preparat sulfonamide, tetracycline, erythromycin dan rifampin, empat kali sehari selama enam minggu, sama efektifnya. Saat mulai terapi, efek maksimum biasanya belum dicapai selama 10 – 12 minggu. Karena itu, tetap adanya folikel pada trasesus superior selama beberapa minggu setelah terapi berjalan jangan dipakai sebagai bukti kegagalan terapi. Koreksi bulu mata yang membalik kedalam melalui bedah adalah esensial untuk mencegah parut trachoma lanjut di Negara berkembang. Tindakan bedah ini kadang –kadang dilakukan oleh dokter bukan ahli mata atau orang yang dilatih kusus. H. Komplikasi Parut di konjungtiva dalah komplikasi yang sring terjadi pada trachoma dan dapat merusak duktuli kelenjar lakmal tambahan dan menutupi muara kelejar lakrimal.hal ini secara drastis mengurangi komponen air dalam film air mata pre- kornea, dan komponen mukus film mungkin berkurang karena hilangnya sebagian sel goblet.luka parut itu juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata kedalam (trikiasis) atau seluruh tepian palpebra (entropian), sehingga bulu mata terus –menerus menggesek kornea.ini berakibat ulserasi pada kornea,infeksi bacterial kornea, dan parut pada kornea. Ptosis , obstrusi doktus nasolakrimalis, dan dakriosistitis adalah komplikasi umum lainnya pada trachoma. BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1.Pengkajian a.Pengkajian ketajaman mata b.Pengkajian rasa nyeri c.Kesimetrisan kelopak mata d.Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata e.Warna mata f.Kemampuan membuka dan menutup mata g.Pengkajian lapang pandang h.Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui adanya pembengkakan 4 inflamasi ( Brunner dan Suddarth, 2001) 2.Analisa Data a.Data subjektif 1)Gatal-gatal 2)Nyeri (ringan sampai berat) 3)Lakrimasi (mata selalu berair) 4)Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak mata) b.Data objektif 1)Klien mengeluh gatal – gatal pada bagian mata 2)Klien mengeluh nyeri pada bagian konjungtiva 3)klien mengeluh mata berair 4)Klien mengatakan mengalami reaksi sensitif terhadap cahaya 3. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Inkulasi klamida dapat ditemukan pada kerokan konjungtiva yang di pulas dengan Giemsa, namun tidak selalu ada. Inklusi ini pada sediaan dipulas Giemsa tampak sebagai massa sitoplasma biru atau ungu gelap yang sangat halus , yang menutupi inti dari sel epitel (Gambar 5-6). Pulasan antibody fluorescein dan tes immuno – assay enzim tersedia dipasaran dan banyak dipakai dilabotarium klinik. Tes baru ini telah menggantikan pulasan Giemsa untuk sediaan hapus konjungtiva dan isolasi agen klamidial dalam biakan sel. 4. Diagnosa Keperawatan • Nyeri pada mata berhubungan dengan pembengkakan kelenjar getah bening, fotofobia dan inflamasi • Gangguan penglihatan berhubungan dengan kerusakan kornea • Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan • Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan 4. Rencana Keperawatan Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional Tujuan /Kriteria Hasil a.Nyeri pada mata berhubungan dengan pembengkakan kelenjar getah bening, fotofobia dan inflamasi 1)Beri kompres basah hangat 2)Kompres basah dengan NaCL dingin 3)Beri irigasi 4)Dorong penggunaaan kaca mata hitam pada cahaya kuat 5)Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep Mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan membersihkan mata mencegah dan mengurangi edema dan gatal-gatal yang berat untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan zat-zat kimia dari mata (Barbara C .Long, 1996) cahaya yang kuat meyebabkan rasa tak nyaman pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Keadaan nyeri pasien berkurang Gangguan penglihatan berhubungan dengan kerusakan kornea Tentukan ketajaman, catat apakah satu atau kedua mata terlibat Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperatif kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progesif, bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda tetapi, biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam terdapat Peningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu. Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya Lakukan tehnik steril Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan penyakit mencegah komplikasi mencegah infeksi silang pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri (Tarwoto dan Warunnah, 2003) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan Infeksi tidak menyebar ke mata sebelahnya Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan 1)Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang dekat, sehubungan dengan terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi, dan emosi yang terpendam 2)Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannya itu tidak dengan penolakan, syok, marah,dan tertekan 3)Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itu dan dorong membagi perasaan dengan orang lain. 4)Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa menyebabkan individu melakukan penolakan, syok, marah, dan tertekan Supaya pasien dapat menerima kekurangannya dengan lebih ikhlas Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa percaya diri individu dan dapat membagi perasaan kepada orang lain. Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu dengan kekurangan yang dimiliki (Lynda Jual Carpenito, 1998) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan klien Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang penilaian diri BAB III PENUTUP Trakoma disebabkan oleh C. Trkomatis. Dulu trakoma disebut oftalmia mesir & bersifat endemis di Timur Tengah sejak masa prasejarah. Kemudian tersebar luas di Eropa oleh tentara Prancis saat perang Napoleon. Seka-rang penyakit ini bersifat endemis di banyak negara, terutama di Eropa Timur dan Tengah, Timur Tengah, Asia Te-ngah dan Timur, Indonesia, pulau-pulau di Passifik, Afrika Tengah dan Utara dan sebagian besar Amerika Selatan. Penyakit ini berkembang diantara penduduk dengan lingkungan yang buruk, populasi yang padat, dan kebersihan yang kurang. Di daerah endemik, anak-anak kecil sering sudah tertular pada umur beberapa tahun pertama. Pada stadium akut penyakit ini sangat menular. Penularan lewat sekret konjungtiva, jari, handuk dan lalat. Trakoma biasanya mulai secara subakut, tetapi apabila infeksi masif (berat) dapat bersifat akut. Perjalanan penyakitnya terganting apakah trakoma tadi ditumpangi oleh infeksi mata lain atau tidak. Trakoma murni (tidak ditumpangi infeksi lain) bersifat ringan, kadang-kadang begitu ringan dan tanpa gejala sehingga luput dari diagnosis. Ini akhirnya akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut (sikatriks) pada umur tua. Pada kasus-kasus tadi sering ditemukan sisa-sisa folikel atau sikatriks di konjungtiva tarsialis superior. Di lain pihak, di negara-negara yang trakomanya bersifat endemis, terutama di Afrika Utara dan Timur Tengah, adanya infeksi sekunder (H. Aegiptius, gonokokus, atau mikro-organisme lain) akan menyebabkan penyakit akut dan berat yang sering kambuh (eksaserbasi) dan akhirnya menyebabkan gejala sisa (sekuela) berupa sikatriks konjungtiva superior. Pelpebra akan menggulung kedalam (entropin) sehingga bulu mata mengarah ke kornea dan menusuk-nusuk atau menggores kornea (trikhiasis) sehingga kornea menjadi keruh dan dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi primernya di epitel konjungtiva dan kornea. Gejala khas di konjungtiva adalah timbulnya inflamasi (peradangan) difus yang khas karena kongesti, pembesaran papil-papil, dan terbentuknya folikel-folikel. Yang paling sering terkena adalah konjungtiva tersalis, sehingga berwarna merah seperti beludru, dan sepintas tampak penebalan uniform seperti agar-agar. Lesi utama pada trakoma adalah pembentukan folikel. Apabila folikel ini lebih besar, kadang-kadang dapat bergaris tengah 5 mm. Folikel-folikel tadi dapat berada di : Fornix inferior dan superior Tepi atas tersus berderet Karunkula dan plika semilunaris Pada konjungtiva palpebrae Jarang di konjungtiva bulbi, tetapi apabila ada, ini khas untuk trakoma Dapat menginvasi (masuk) ke dalam subepitel konjungtiva tersalis daan bahkan tarsus. Gambaran diagnotis yang penting adalah timbulnya sikatriks dari folikel yang pecah yang terjadi relatif di stadium awal. Sikatriks ini kecil-kecil, berbentuk bintang yg tampak dibawah biomikroskop (slitlamp / lempu celah). Trakoma juga mengenai kornea yang manifestas awalnya sebagai keratitis superfisialis yang kadang-kadang begitu ringan sehingga hanya dapat dilihat di bawah biomikroskop dengan pewarna fluoresin, terutama di bagian atas kornea. Di tempat ini banyak terjadi erosi yang kemudian akan terjadi infiltrasi ke substansia propria. DAFTAR PUSTAKA • Brunner and suddarth. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa : dr. H.Y. Kuncara dkk.Jakarta : EGC • Sidharta Ilyas. ( 2001 ).Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit FKUI • Ignativicus, Donna D. ( 1991 ). Medical Surgical Nursing. First edition. Philadelphia • Vera, H.D dan Margaret R.T.( 2000 ). Perawatan Mata. Yogyakarta : penerbit ANDI Yogyakarta

No comments:

Post a Comment