TRACHEOSTOMI
A. Pengertian:
Tracheostomi adalah prosedur
pembuatan lubang permanen atau sementara melalui tindakan bedah ke dalam
trachea pada cincin trachea kedua, ketiga atau keempat dan pemasangan selang
indwelling untuk memungkinkan ventilasi dan pembuangan skresi.
(Lynda Juall Carpenito, 1999 ).
Tracheostomi
adalah tindakan pembedahan dengan membuat stoma dari trachea pada kulit untuk
jalanya udara / pernafasan.
B. Indikasi:
A Edema
karena trauma atau respon allergi.
A Obstruksi
jalan nafas mekanis, oleh karena cacat bawaan , tertekan tumor dll.
A Ketidak
mampuan untuk membersihkan skresi tracheo bronchial.
A Pencegahan
operasi pada klien tidak sadar yang memerlukan ventilasi mekanis jangka
panjang.
A Apnoe.
A Perdarahan
jalan nafas atas.
A Fraktur
laring atau trachea.
A Luka
bakar jalan nafas.
C. Tujuan pemasangan Tracheostomi adalah:
A Peningkatan
bersihan jalan nafas.
A Menghilangkan
tekanan jalan nafas misalnya pada goiter atau tumor.
A Melonggarkan
jalan nafas.
D, Komplikasi:
Tindakan tracheostomi dapat menimbulkan komplikasi sebagai beikut:
A Apnoe.
A Perdarahan,
aspirasi, obstruksi nafas, gagal nafas, gagal jantung.
A Kerusakan
Oesophagus.
A Kerusakan
tulang rawan krekoid.
A Emphysema
leher dan thorax.
A Pneumothorax
dan necrosis.
A Mal
posisi, lepas, keluarnya kanule.
A Infeksi,
stoma, broncho pneumonal.
E. Pengkajian Data dasar.
Pengkajian data dasar yang bisa
dikaji pada pasien dengan tracheostomi meliputi :
Integritas Ego ( Perasan dan emosi).
Tanda
Gejala
|
: Perasaan takut, akan kehilangan suara, sedih
akan dampak operasi, keterbatasan hubungan,
penurunan pekerjaan dan pebdapatan
: Kecemasan, sdih, marah, penolakan terhadap pengobatan
(putus obat).
|
Nutrisi dan cairan.
Gejala
|
: sulit menelan, adanya ulserasi, inflamasi, rongga mulut,
kebersihan gigi yang kurang, leukhoplaksia, eritplasia, lidah kotor dan
kasar, lua, penurunan refleks menelan, dan paralysis fasial.
|
Neuro sesnsori:
Tanda
Gejala
|
: Kabur, penglihatan gandaa, penurunan pendengaran,
perasaan tegang / kaku dan mati rasa dari bagian otot muka.
: Hemi paresis, muka sembab, penurunan konduksi,
pembengkakan persisten sulit bergerak.
|
Rasa Nyaman:
Tanda
Gejala
|
: Nyeri tenggorokan kronic yang menjalar ketelinga dan muka, nyeri biasanya tidak terlalu
hebat, nyeri dari leher kekepala dan telinga.
: Istirahat kurang, expresi nyeri pada wajah, penurunan
aktifitas (kekuatan otot).
|
Keamanan :
Tanda
|
: penurunan penglihatan dan pendengaran
|
Respirasi.
Tanda
Gejala
|
·
Riwayat merokok, atai riwayat pekerjan
berhubungan dengan abu, debu, asap toxin chemical atau loga berat.
·
Riwayat penyakit paru, batuk dengan atau tanpa sputum,
hemopthisis.
·
Riwayat
dari penggunaan suara yang berlebihan seperti penyanyi atau presenter.
·
Pemakaian nasal cathether atau intubasi.
: Apneo, dyspnoe, batuk dengan atau tanpa sputum,
hamoptoesi.
|
|
|
Interasksi sosial:
Tanda
Gejala
|
: kurangnya support keluarga / support system. Pengunduran
dari kegiatan sosial.
·
Keterbatasan omunikasi verbal. Pembicaraan
terbata-bat (suara tidak ada).
·
Enggan berbicara.
·
Kurang kemauan dan keterlibatan dalam
perawatan dan program rehabilita
|
Pengetahuan / pembelajaran.
Tanda :
|
Sulitnya mengetahui kemampuan secara lisan., akibat
tidak adanya komunikasi verbal.
|
|
|
- Petimbangan
Pentingnya bantuan perawatan
luka,latihan pemenuhan kebutuhan dasar. Kemandirian berkaitan dengan penggunaan
transportasi berbelanja dan perbaikan nutrisi.
- Pemeriksaan Diagnostik:
·
Hb, mungkin ada penurunan akibat pembedahan dan perdarahan.
·
Immunologi dapat ditemukan perubahan berhubungan
dengan terapi (Chemo dan Imunotherapy).
·
Analisa Gas Darah terdapat penurunan karena
perubahan ventilasi.
·
X ray mungkin ada gambaran penurunan status
paru.
F. Analisa dan identifikasi masalah :
Nyeri
Dispagia
Odenopagia
Anorexia
Ulcerasi
Inflamasi
Infut <<
cairan dan nutrisi
|
Tracheostomi
Kontinuitas
jaringan terputus
Stoma
Meanisme larengeal
Batuk spontan
Kontraksi otot
Retensi skresi
Bersihan jalan nafas
Mekanisme defeksi intra pulmonary
Resiko aspirasi
Infeksi
|
Bypass udara
inspirasi dan expirasi
koordinasi oropharyngeal –
Mekanisme fonasi –
Reflek ventrikulasi dan vokalis –
Suara –
Komunikasi verbal
Hubungan social
Konsep diri;
Peran.
Body image
Kemauan
Pantisipasi program
perawatan
|
G. Diagnosa keperawatan:
a. Masalah kolaboratif;
A Hypoxia.
A Hemorrargia.
A Edema
trachea.
A Emfisema
sub cutan.
A Pneumothorax.
A Fistula
trackeosofageal.
A Perubahan
posisi selang tracheostomi.
A Eksudasi
tidak disengaja.
b. Masalah / Diagnosa keperawatan.
A Resiko
tinggi terhadap inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
penumpkan skreet sekunder terhadap tracheostomi, obstruksi kanula dalam atau
perubahan posisi slang tracheostomi.
A Resio
tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan penumpukan skresi berlebihan
dan by pass pertahanan pernafasan atas.
A Kerusakan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan ketidak mampuan menghasilkan suara
scundair terhadap trakeostomi.
A Resiko
tinggi perubahan nutrisi yang berhubungan dengan status pasca tracheostomi
dispagia, odopagia, anorexia, aspirasi.
A Resiko
tinggi terhadap inefektif penatalaksanan regimen terapeutik berhubungan dengan
ketidak cukupan pengetahuan tentang perawatan traceostmi, tidak waspada tanda
dan gejala komplikasi, perawatan darurat dan perawatan lanjut.
H. Intervensi tindakan perawatan.
Masalah Kolaborasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan masalah akan teratasi dan
meminimalkan komplikasi tracheostomi.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Pantau gejala dan tanda distress pernafasan,
seperti;
A Gelisah,
agitasi, kacau mental.
A Kesulitan
bernafas, kurang o2.
A Tanda
tidak adanya pertukaran udara pada selang tracheostomi atau bidang paru.
A Retraksi
intercostals.
A Krpitasi
sekitar stoma, leher, dada.
A Ekspansi
dada tidak simetris, disertai nyeri dada, nyeri dada, distress pernafasan
atau penurunan tekanan pernafasan dan bunyi nafas.
2.
Pantau tanda dan gejala perdarahan.
A Rembesan
darah kontinyu, perdarahan sekitar atau dalam selang tracheostomi.
A Edema
tidak normal sekitar tracheostomi.
A Pulsasi
tracheostomi.
3.
Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 45o
4.
Berikan tambahan pelembabab trachea. Selama 24 – 72
jam pasca operasi.
5.
Simpan selang tracheostomi bermanset dan endotracheal
tube dekat tempat tidur pasien.
6.
Jaga pengikat tracheostomi dalam ikatan persegi pada
sisi leher yang tidak sakit, berikan ruang 1 jari diantara leher dan ikatan.
7.
Tindakan kolaboratif.
A Analisa
gas darah.
A Foto
rontgent.
A Pemberian
terapi :
a.
Pelembaban tambahan.
b.
Oksigen.
c.
Tindakan aerosolisasi.
d.
intervensi diet.
e.
Terapi bicara.
8.
Catat perkembangan pasien.
|
A Distres
pernafasan dapat disebabkan oleh oklusi atau sumabatan jalan nafas.
A Tahanan
yang tidak dirasakan menunjukan oklusi partial kanula.
A Udara
sub cutan dapat menunjukan kanula yang tidak tepat.
A Perdarahan
diakibatkan pemajanan arteri arteri karotis selama pembedahan atau radiasi.
A Pulsasi
menandakan perdarahan sekunder akibat selang tracheostomi.
A Memudahkan
drainage, menurunkan oedema stoma dan ekspansi dada.
A Pelembabab
membantu pengenceran skresi, mencegah sumbatan dan pengeringan.
A Perubahan
posisi selang tracheostomi memerlukan intubasi darurat terutama 72 jam pertama.
A Ikatan
kendor mengakibatkan ektubasi tidak sengaj, perubahan posisi menyebabkan
perdarahan atau fistularisasi.
A Deteksi
dini komplikasi.
A Percepatam
kesembuhan luka dan mencegah hypoksia secara dini.
A Tindakan
rehabilitasi dini berkaitan dengan fungsi social.
|
Intervensi masalah Perawatan.
Resiko tinggi terhadap inefektif bersihan jalan nafas yang
berhubungan dengan penumpkan skreet sekunder terhadap tracheostomi, obstruksi
kanula dalam atau perubahan posisi slang tracheostomi.
Tujuan :
A Mempertahan
posisi tracheostomi secara patent.
A Batuk
efektif untuk bersihan jalan nafas.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Tinggikan tempat tidur bagian kepala 30 - 40
o.
2.
Anjurkan pasien untuk nafas dalam dan secara teratur.
3.
Berikan pelembabab adekwat uadara respirasi.
4.
Pengisian normal salin (5 ml), sesuai kebutuhan.
5.
Suction 5 – 10 “ sesuai kebutuhan dengan
memperhatikan tehnik sterilitas, indikasi, dengan auskultasi paru.
6.
Pertahankan hidrasi maksimal.
|
A Memudahkan
pernafasan optimal dan meningkatkan drainase sekresi.
A Nafas
dalam ,mengurangi retensi skreet, batuk meningkatkan keluaran.
A Memberikan
pelembabab bypass normal, mengurangi
pengeringan, mencegah gangguan proses transportasi mukosiliar.
A Mencuci
mukosa tracheal dan bronchial dan merangsang membersihkan skresi.
A Sekresi
kering dapat menyumbat jalan nafas dan sebagai sumber infeksi.
A Mencegah
dehydrasi dan resiko sumbatan karena skresi kental.
|
Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan
penumpukan skresi berlebihan dan by pass pertahanan pernafasan atas.
Tujuan :
Klien akan bebas infeksi pada lokasi tracheostomi.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Latih pasien untuk batuk dam nafas dalam, suction
selang tracheostomi tiap jam (sesuai kebutuhan) pertahankan tehnik steril dan
gunakan kateter yang telah diberi pelumas dan sesuai ukuran, frekwensi
suction sejalan dengan penurunan skresi.
2.
Kaji batas stoma terhadap edema yang tidak biasanya,
tanda kerusakan kulit, drainase, perdarahan, bau, eritema, krepitasi udara.
3.
Ganti balutan tracheostomi sesuai dengan kebutuhan /
setiap shif.
4.
Hindarkan iritasi jaringan sekitarnya dengan
mengendurkan ruang 1 jari diantara pengikat leher.
5.
Bersihkan sekitar stoma setiap 4 jam (sesuai
kebutuhan) gunakan hydrogen dan normal salin, usap dengan salin, oleskan
salep antibakteri sesuai order.
6.
Bila selang tracheostomi dijahit bersihkan sekitar stoma dengan bola kapas.
7.
Catat semua perubahan yang terjadi pada pasien
|
A Pengisapan
teratur mengurangi penumpukan dan mengurangi media mikroorganisme.
A Tehnik
steril memberikan perlindungan akan infeksi.
A Cateter
terlalu besar dapat menyumbat jalan nafas dan kateter tidak dilumasi dapat
mengeruk selang tracheostomi.
A Drainase
abnormal menunjukan infeksi, purulen, bau, atau kebocoran ductus torakal.
A Mempertahankan
batas stoma tetap kering dan bebas
mucus.
A Ikatan
mencegah gerakan turun naik, selang tracheostomi dalam trachea tetapi tidak terlalu kencang karena dapat
menekan vena jugolaris eksterna.
A Pembersihan
teratur menghilangkan kontaminasi potensial.
A Deteksi
dini adanya komplikasi.
|
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan
ketidak mampuan menghasilkan suara scundair terhadap trakeostomi.
Tujuan:
Klien akan mengkomunikasikan kebutuhan dasar dengan
menggunakan komunikasi pengganti.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Berdasarkan hasil pengkajian, lakukan konsultasi yang
tepat (patologis, wicara, optalmologis)
2.
Sebelum operasi jelaskan tentang efek yang
diperkirakan dari tracheostomi terhadap wicara dan bagaimana tracheostomi
menganggu mekanisme bicara.
3.
Bila pasien telah menetapkan tehnik komunikasi
pengganti, instruksikan pasien untuk mencobanya, libatkan staf dan keluarga /
orang terdekat pada kegiatan itu.
4.
Berikan bel / alat tulis pada sisi tempat tidur /
meja pasien.
5.
Kurangi penghambat eksternal yang dapat mempengaruhi
komunikasi.
A Lingkungan
tenang.
A Kurangi rangsangan
eksternal ( radio, TV, pembicaraan yang banyak).
A Menghadap
pasien saat berkomunikasi
A Hindari
menyela.
A Gunakan
klarifikasi.
A Menjadi
pendengar aktif.
A Beri
dukungan emosional,ketenangan, dorongan.
6.
Upayakan agar pasien menggunakan tehnik komunikasi yang
dipilih secara maksimal.
|
A Klien
mungkin butuh intervensi intensif, khusus untuk memastikan komunikasi yang
efektif.
A Pengertian
pasien tentang tracheostomi normal tidak mengganggu anatomi bicara dan
kerusakan bunyi sementara dapat membantu pasien mengatasi kerusakan bicara
dan mendorong pasien menggunakan tehnik pengganti.
A Penggunaan
tehnik komunikasi pengganti dapat membantu menurunkan kecemasan dan perasaan
terisolasi, meningkatkan kontrol situasi dan kemauan pasien.
A Memudahkan
pasien menghubungi staf / orang terdekat.
A Tehnik
komunikasi yang efektif oleh pendengar meningkatkan pemahaman.
A Mampu
bicara akan menurunkan perasaan terisolasi dari lingkungan.
|
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan dengan status puasa pasca
tracheostomi dispagia, dispagia, anorexia, aspirasi.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan :
A Mempertahankan
BB, atau penurunan BB tidak lebih 2 kg dalam periode pasca operasi.
A Mengkonsumsi
julah nutrisi dan cairan adekwat, cukup u. kebutuhan metabolisme basal pada
periode pasca operasi .
A Masukan
cairan dan nutrisi adekwat tanpa aspirasi sampai pasien pulang.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Jelaskan pentingnya dan peran nutrisi pada pemulihan
jaringan pasca operasi.
2.
pantau Berat Badab pasien
3.
Kaji kemampuan pasien menelan tanpa batuk / aspirasi.
4.
Evaluasi konsistensi makanan yang dapat ditoleransi
px. Tanpa aspirasi.
5.
Pertahankan posisi kepala, posisi fowler atau pasien
duduk saat makan.
6.
Inspeksi area periostoma dan skresi tracheal terhadap
makanan bila diberikan peroral.
7.
Pertahankan status puasa bila tracheostomi dilakukan
dengan prosedur bedah mencakup jahitan mukosa.
8.
Berikan makanan melalui NGT dan ajari prinsip-prinsip
pemberian makanan melalui NGT.
9.
Pertahankan oral hygiene sebelum / sesudag makan
terutama bila makanan diberikan peroral.
10. Kolaborasi
dengan tim gizi untuk pemberian nutrisi lebih lanjut, terutama jika pasien
mengalami defisit akibat tindakan preoperasi.
|
A Penjelasan
optimal membantu meminimalkan mispersepsi dan meningkatkan kepatuhan.
A Kecenderungan
penurunan BB dapat mengindikasikan suplemen diet atau tehnik pemberian utrisi
yang lebih adekwat.
A Edema
stoma dapat menimbulkan dispagia, odenopagia, aspirasi tersembunyi 30 – 50
% pasien dispagia.
A Tracheostomi
dapat menghambat laring selama menelan dan menimbulkan aspirasi.
A Semi
padat atau makanan halus lebih mungkin ditoleransi, karena awal menelan dan
gerakan makanan dari konsistensi ini dikontrol lebih baik dari pada makanan
cair.
A Memudahkan
,menelan dan mencegah aspirasi.
A Deteksi dini
tanda aspirasi karena pemberian makanan harus dihentikan dan dokter
diberitahu.
A Sature
baru memerlukan waktu untuk penyembuhan dan mencegah gangguan atau
kontaminasi mukosa.
A Mempertahan
BB mempercepat penyembuhan luka dan mencegah infeksi.
A Menjaga
sature tetap bersih dan meningkatkan nafsu makan.
A Informasi
dari ahli gizi penting untuk menetapkan kebutuhan tepat guna proses
penyembuhan.
|
Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanan regimen
terapeutik berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang perawatan
traceostmi, tidak waspada tanda dan gejala komplikasi, perawatan darurat dan
perawatan lanjut.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Ajarkan tindakan perawatan luka tracheostomi.
A Perawatan
kulit.
A Suction.
A Perawatan
selang.
A Disnifeksi
dan pengisian normal salin steril 5 ml.
A Gunakan
penutup atau krag stoma.
A Pastikan
peralatan untuk perawatan cukup tersedia (larutan salin, balutan dll).
2.
Pertegas tentang pentingnya pelembaban, batuk teratur
dan latihan nafas dalam.
3.
Jelaskan pentingnya oral hygiene.
4.
Ajarkan pasien untuk melindungi stoma saat mandi,
mencukur dan mencuci rambut.
5.
Instruksikan untuk menghindari hal berikut ini:
A Lingkungan
terlalu panas atau dingin.
A Pemaparan
terhadap gelembung udara, debu, dan sempprotan aerosol.
6.
Ajarkan tentang adanya tanda infeksi:
A Perubahan
sputum, hijau / kuning.
A Peningkatn
suhu.
A Bau dan
konsistensi.
7.
Ajarkan tindakan kedaruratan terhadap perubahan
posisi selang.
8.
Jelaskan mengapa pasien mengalami perubahan penghidu,
pengecap dan pastikan pasien tetap memasukan makanan meskipun perubahan
dirasakan.
9.
Identifikasi kelompok dan sumber komunikasi swa-bantu
yang sesuai dan dorong pasien untuk menghubungi.
10. Lakukan
rujukan pada pelayanan kesehatan di rumah.
|
A Perawatan
luka dengan prinsip benaar mencegah infeksi dan komplikasi lain.
A Kulit
harus dilindungi dari skresi erosive
A Mungkin
perlu untuk menjaga potensi jalan nafas.
A Menghilangkan
sumber infeksi dan potensi obstruksi.
A Berfungsi
sebagai lavase dan irigasi tracheo bronchial, merangsang batuk dan membatasi
suction.
A Melindungi
stoma, menyaring partikel debu, dan menghangatkan udara inspirasi dan
mengencerkan sekresi.
A Perolehan
bahan dengan mudah menurunkan kecemasan pasien.
A Pelembaban
menurunkan pengeringan mucus dan memudahkan pengeluaran skreet.
A Dispagia
dapat meningkatkan penumpukan skreet.
A Pasien
tracheostomi beresiko terhadap aspirasi air dari stoma.
A Faktor
bersangkutan adalah substansi pengiritasi membran mukosa dan meningkatkan
komplikasi.
A Deteksi
dini komplikasi dan kemungkinan tindakan segera.
A Pemahaman
penatalaksanaan yang tepat dan mencegah respon panik pasien bila terjadi
kejadian tersebut.
A Akibat
tracheostomi udara membypass ujung olfaktori mengakibatkan penurunan fungsi
penghidu dan pengecap.
A Pasien
akan mendapat manfaat dengan membagi pengalaman dan kekhawatiran pada situasi
serupa atau memperoleh bantuan pada aspek penatalaksanaan.
A Kunjungan
rumah diindikasikan untuk evaluasi kemampuan melakukan perawatan diri.
|
No comments:
Post a Comment