POLIP HIDUNG
Pengertian :
Polip hidung adalah massa
yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat dalam rongga hidung.
Etiologi
Polip hidung biasanya
terbentuk sebagai akibat hipersensitifitas atau reaksi alergi pada mukosa
hidung. Peranan infeksi terhadap kejadian polip hidung belum diketahui dengan
pasti tetapi tidak ada keraguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal
serinkali ditemuakan bersamaan dengan adanya polip.
Polip biasanya ditemukan
pada orang dewasa dan jarang terjadai pada anak-anak . Polip mungkin merupakan
gejala dari kistik fibrosis (mucoviscidosis)
Patofisiologi
Polip berasal dari
pembengkakan mukosa hidung yang terdiri atas cairan interseluler dan kemudian
terdorong ke dalam rongga hidung dan gaya berat.
Polip dapat timbul dari
bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan seringkali bilateral. Polip hiung
paling sering berasal dari sinus maksila (antrum) dapat keluar melalui ostium
sinus maksilla dan masuk ke ronga hidung dan membesar di koana dan nasopharing.
Polip ini disebut polip koana.
Secara makroskopik polip
tershat sebagai massa yang lunak berwarna putih atau keabu-abuan. Sedangkan
secara mikroskopik tampak submukosa hipertropi dan sembab. Sel tidak bertambah
banyak dan terutama terdiri dari sel eosinofil, limfosit dan sel plasma sedangkan
letaknya berjauhan dipisahkan oleh cairan interseluler. Pembuluh darah, syaraf
dan kelenjar sangat sedikit dalam polip dan dilapisi oleh epitel throrak
berlapis semu.
Reaksi Alergi/Hipersensitivitas
Edema mukosa nasal
(Pembengkakan mukosa hidung)
Persisten
Polip
Hidung
Ggn. Pola nafas
Gejala Klinik :
-
Sumbatan
hidung
-
Hiposmia
/ anosmia
-
Sinusitis,
nyeri kepala, rinorhea
-
Alergi;
berupa bersin-bersin dan iritasi
Pengobatan :
Polip yang masih kecl dapat
diobati dengan kortikosteroid (secara konservatif) baik lokal maupun secara
sistemik. Pada polip yang cukup besar dan persisten dilakukan tindakan operatif
berupa pengangkatan polip (polipectomy).
Dalam kejadian polip
berulang maka dilakukan etmoidectomy baik intranasal maupun ekstranasal.
Proses Keperawatan
Pengkajian
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :
|
Kelelahan, kelemahan atau
malaise umum
|
Tanda :
|
Penurunan kekuatan,
menunjukkan kelelahan
|
SIRKULASI
Gejala
|
Lelah, pucat atau tidak
ada tanda sama sekali
|
Tanda
|
Takikardia, disritmia.
Pucat (anemia),
diaforesis, keringat malam.
|
INTEGRITAS EGO
Gejala
|
Masalah finansial : biaya
rumah sakit, pengobatan .
|
Tanda
|
Berbagai perilaku,
misalnya marah, menarik diri, pasif
|
MAKANAN/CAIRAN
Gejala
|
Anoreksia/kehilangan
nafsu makan
Adanya penurunan berat
badan sebanyak 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya
dengan tanpa upaya diet.
|
Tanda
|
-
|
NYERI/KENYAMANAN
Gejala
|
Nyeri tekan/nyeri pada
daerah hidung
|
Tanda
|
Fokus pada diri sendiri,
perilaku berhati-hati.
|
PERNAPASAN
Gejala
|
Dispnea
|
Tanda
|
Dispnea, takikardia
Pernafasan mulut
Tanda distres pernapasan,
sianosis.(bila obstruksi total)
Terdapat pembesaran polip
|
1. Rencana
Keperawatan
PRIORITAS KEPERAWATAN
1.
Memberikan
dukungan fisik dan psikologi selama tes
diagnostik dan program pengobatan.
2.
Mencegah
komplikasi
3.
Menghilangkan
nyeri
4.
Memberikan
informasi tentang penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan
TUJUAN PEMULANGAN
1.
Komplikasi
dicegah/menurun
2.
Nyeri
hilang/terkontrol
3.
Proses
penyakit/prognosis, kemungkinan komplikasi dan program pengobatan di pahami.
Diagnosa Keperawatan
|
Pola Pernapasan/Bersihkan Jalan Napas, Tak Efektif Resiko
Tinggi Terhadap
|
Hasil Yang
Diharapkan/Kriteria Evaluasi Pasien Akan
|
Mempertahankan Pola
Pernapasan Normal/Efektif Bebas Dispnea, Sianosis Atau Tanda Lain Distres Pernapasan
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
|
|
Kaji/awasi prekuensi
pernapasan, kedalaman, irama. Perhatikan laporan dispnea dan/atau penggunaan otot bantu
pernapasan cuping hidung, gangguan pengembangan dada
|
Perubahan (seperti
takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesori) dapat mengindikasikan
berlanjutnya keterlibatan/ pengaruh pernapasan yang membutuhkan upaya
intervensi
|
Beri posisi dan bantu
ubah posisi secara periodik
|
Meningkatkan aerasi semua
segmen paru dan memobilisasikaan sekresi
|
Anjurkan/bantu dengan
tehnik napas dalam dan/atau pernapasan bibiratau pernapasan diagfragmatik
abdomen bila diindikasikan
|
Membantu meningkatkan
difusi gas dan ekspansi jalan napas kecil, memberikan pasien beberapa kontrol
terhadap pernapasan, membantu menurunkan ansietas
|
Awasi/evaluasi warna
kulit, perhatikan pucat, terjadinya sianosis (khususnya pada dasar kulit,
daun telinga,dan bibir)
|
Proliferasi SDP dapat
menurunkan kapasitas pembawa oksigen darah, menimbulkan hipoksemia.
|
Kaji respon pernapasan
terhadap aktivitas. Perhatikan keluhan dispnea/lapar udara meningkatkan
kelelahan. Jadwalkaan periode istirahat antara aktivitas
|
Penurunan oksigen seluler
menurunkan toleransi aktivitas. Istirahat menurunkan kebutuhan oksigen dan
mencegah kelelahandan dispnea
|
Identifikasi/dorong
tehnik penghematan energi mis : periode istirahat sebelum dan setelah makan,
gunakan mandi dengan kursi, duduk sebelum perawatan
|
Membantu menurunkan
kelelahan dan dispnea dan menyimpan energi untuk regenerasi selulerdan fungsi
pernapasan
|
Tingkatkan tirah baring
dan berikan perawatan sesuai indikasi selama eksaserbasi akut/panjang
|
Memburuknya keterlibatan
pernapasan/ hipoksia dapat mengindikasikan penghentian aktivitas untuk
mencegah pengaruh pernapasan lebih serius
|
Berikan lingkungan tenang
|
Meningkatkan relaksasi,
penyimpanan energi dan menurunkan kebutuhan oksigen
|
Observasi distensi vena
leher, sakit kepala, pusing, edema periorbital/fasial, dispnea,dan stridor
|
Pasien non-Hodgkin pada
resiko sindrom vena kava superior dan obstruksi jalan napas, menunjukkan
kedaruratan onkologis.
|
Kolaborasi
|
|
Berikan tambahan oksigen
|
Memaksimalkan
ketersediaan untuk untuk kebutuhan sirkulasi, membantu menurunkan hipoksemia
|
Awasi pemeriksaan
laboratorium, mis : GDA, oksimetri
|
Mengukur keadekuatan
fungsi pernapasan dan keefektifan terapi
|
No comments:
Post a Comment