BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Sefalgia
atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit
kepala pada kenyataanya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan
penyakit organik (Neurologik atau penyakit lain), Resron stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot
rangka (sakit kepala tegang), atau kombinasi respon tersebut.
B. Klasifikasi
1. Vaskuler
(Migren, sakit kepala “Cluster”)
2. Kontraksi
otot (disebut sakit kepala ketegangan atau psikogenik)
3. Sakit
kepala traksi peradangan (biasanya merupakan akibat sekunder suatu proses
penyakit organik)
C. Pathway Nursing
Radang lokal
D. Patofisiologi
Tanda
dan gejala adanya migren pada serebra merupakan hasil dari derajat iskemia
kortikal yang berfariasi. Serangan yang khas dimulai dengan vasokontriksi arteri
kulit kepala dan pembuluh-pembuluh darah retina dan serebra.Pembuluh-pembuluh
darah ekstrakranial dan iintrakranial mengalami dilatasi yang menyebabkan nyeri
dan ketidaknyamanan.
Keadaan
ini betujuan untuk mengaktifkan zat-zat yang ada pada pembuluh darah (histamin,
serotin dan plasmokinin) yang berpartisipasi memberikan reaksi inflamasi.
Makanan yang mengandung tiramin, monosodium glutamat, nitrit atau produk susu
dapat mencetuskan sakit kepala. Makanan-makanan kategori ini berupa keju coklat
dan beberapa bentuk makanan . Kontarsepsi oral sering meningkatkan sakit kepala
dan menyebabkan serangan yang hebat pada wanita.
E. Manifestasi Klinis
Sakit
kepala sering muncul pada saat bangun tetapi hal ini dapat terjadi
sewaktu-waktu. Serangan migran klasik dapat dibagi dalam tiga fase :
1.
Fase Aura
Bila migren dihubungkan dengan aura,
aura dapat lebih 30 menit dan dapat memberikan waktu yang cukup bagi pasien
untuk menentukan obat yang akan digunakan untuk mencegah serangan yang dalam.
Gejala-gejala lain dapat diikuti dengan adanya kesemutan perasaan gatal pada
wajah atau tangan sedikit pada ekstremitas dan pusing
2.
Fase Sakit
Kepala
Pada saat gejala awal mulai
berkurang, gejala ini diikuti oleh sakit kepala dan berdenyut. Sakit kepala ini
berat dan menjadikan tidak mampu dan sering dihubungakan dengan fotofobia, mual muntah. Durasi keadaan ini
bervariasi dengan jarak beberapa jam dalam satu hari atau sepanjang hari.
3.
Fase Pemulihan
Fase pemulihan adalah periode
kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan
ketegangan lokal.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Rontgen
kepala : mendeteksi fraktur dan penyimpangan struktur.
2. Rontgen
sinnus : mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan
mengidentifikasikan masalah-masalah struktur, malfermasi rahang.
3. CT
Scan :
a. Otak
: mendeteksi masa intrakranial, perpindahan ventrikuler atau hemoragik
intrakranial.
b. Sinus
: mendeteksi adanya infeksi pada daerah spenoidal dan etmoidal.
c. MRI
: mendeteksi lesi/abnormalitas jaringan.
d. Elektrolit
: tidak seimbang, hiperkalsemia dapat menstimulasi migren.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan serangan akut
Preparat ergotamin (sublingual, sub
kutan, IM, rektal atau melalui inhalasi) efeknya dalam menghilangkan sakit
kepala jika digunakan pada awal proses migren. Ergotamin tartrat bekerja pada
otot polos yang menyebabkan kontriksi yang lama pada pembuluh darah kranial
2. Pencegahan
Penatalaksanaan medis terhadap
migren dilakukan setiap hari memakai satu atau lebih zat-zat yang mendukung berhentinya sefalgia, terapi
obat dalam interval 3-6 bulan biasanya digunakan obat propranolo (inderan) dan
martisergit (sensert)
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
1. Aktifitas istirahat
Gejala : letih, lelah, malaise, keterbatasan akibat keadaan,
ketegangan mata, kesulitan membaca, lemah, insomnia, bangun pada pagi hari
disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh,
aktifitas atau karena perubahan cuaca
2.
Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi
Tanda : hipertensi, denyut vaskuler, misalnya daerah temporal,
pucat, wajah tampak kemerahan.
3.
Integritas ego
Gejala : faktor stress emosional atau lingkungan
tertentu perasaan ketidakmampuan, keputusan, ketidakberdayaan , depresi
Tanda : kekhawatiran (takut sesuatu yang akan tejadi
), ansietas, peka rangsang terhadap sakit kepala mekanisme represif/defensif
(sakit kepala kronis)
4.
Makanan dan cairan
Gejala : makan makanan yang tinggi kandungan
fasoaktifnya misalnya kafein, coklat, alkohol, anggur,makanan berlemak.
Tanda : mual muntah, anoreksia, penurunan berat
badan.
5.
Neurosensori
Gejala : pening, disorientasi (selama sakit kepala)
tidak mampu berkonsentrasi. Riwayat kejang cidera kepala yang baru tejadi,
trauma, stroke, infeksi intrakranial, kraniatomi.
Aura
: visual, olfaktorius, tinitus.
Perubahan visual. Sensitif terhadap cahaya/ suara
yang keras, epistaksis, parestesia,kelemahan progresif/paralisis satu sisi
temporal
Tanda : perubahan dalam pola bicara/proses pikir mudah
terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam papiledema.
6.
Interaksi social
Gejala : perubahan dalam tanggung jawab
peran/interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.
7.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala
: riwayat hipertensi, migren, stroke, penyakit mental pada keluarga.
Penggunaan alkohol/obat lain termasuk kavein
kontrasepsi oral , hormon menopause.
8.
Nyeri/keamanan
Gejala : migren mungkin menyeluruh atau unilateral
kedutan kuat, mungkin dimulai sekeliling mata atau penyebaran kedua mata
Tanda : nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah,
fokus menyempit, fokus pada diri sendiri respon emosional atau perilaku tak
terarah, seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher menegang, riginitas nugal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
berhubungan dengan vasokontriksi arteri
2. Koping
tidak efektif berhubungan dengan relaksasi tidak adekuat
3. Kurang
pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhungan dengan pejanan
informasi yang tidak adekuat
C. Intervensi & Rasional
NO
|
TUJUAN
|
KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
DX.1
|
Menunjukkan nyeri berkurang &
terkontrol.
|
Pasien
melaporkan nyeri berkurang & terkontrol.
|
a. Teliti
keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10).karasteristiknya (mis;
berat, berdenyut, konstan). Lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau
meredakan.
b.Observasi
adanya tanda-tanda nyeri nonverbal seperti ekspresi wajah posisi tubuh
gelisah, menangis/meringis, menarik diri, disforesis, perubahan frekuensi
jantung/pernafasan, tekanan darah.
c. Berikan
obat sesuai dengan indikasi analgetik seperti asetaminofen, ponstan, dan
sebagainya
|
a) Teliti
terhadap keluhan pasien mrpkn suatu hal yang amat penting untuk memilih
intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan
.
b) merupakan
indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami sakit kepala mungkin
bersifat akut atau kronis, jadi manifestasi fisiologi biasa muncul/tidak.
c) penanganan
pertama dari sakit kepala secara umum hanya kadang-kadang bermanfaat pada
sakit kepala karena gangguan vaskuler.
|
NO
|
TUJUAN
|
KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
DX.2
|
Mengidentifikasi perilaku koping
yang tak efektif dan akibatnya.
|
Pasien
mampu mengidentifikasi perilaku koping yang efektif.
|
a. Kaji
kapasitas fisiologi yang bersifat umum.
b.Diskusikan
mengenai metode koping seperti pemakaian alkohol kebiasaan merokok pola
makan, strategi relaksasi mental/fisik.
c. Dekati
pasien dengan ramah dan penuh pertian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang
dapat diajarkan.
|
a) sakit
kepala (proses akut/kronis) mengurangi kemampuan koping.
b) tingkah
laku mal aditif mungkin digunakan untuk mengantasi nyeri yang menetap atau
mungkin berperan dalam berlanjutnya nyeri tersebut.
c) menemukan
kebutuhan psikologi yang akan meningkatkan harga diri dan kesempampatan untuk
belajar cara-cara baru dalam mengatasi keadaan
|
NO
|
TUJUAN
|
KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
DX.3
|
Mengungkapkan pemahaman tentang
kondisi dan pengobatan.
|
Pasien
paham tentang kondisinya serta pengobatanya.
|
a. Diskusikan
etiologi indifidual dari sakit kepala bila diketahui
b.Bantu
pasien dalam mengidentifikasi kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress
emosi, suhu yang berlebihan alergi terhadap makanan atau lingkungan tertentu
|
a) mempengaruhi
pemulihan terhadap penanganan dan berkembang kearah paroses penyembuhan .
b) menghindari/membatasi
faktor-faktor ini sering dapat mencegah berulangnya/kambuhnya serangan.
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sefalgia
atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit
kepala pada kenyataanya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan
penyakit organik (Neurologik atau penyakit lain), Resron stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot
rangka (sakit kepala tegang), atau kombinasi respon tersebut.
Klasifikasi the International
Headache Society (IHC) pada tahun 1998 membagi nyeri kepala menjadi dua
kategori utama: primer dan sekunder. Nyeri kepala primer mencakup migrain,
nyeri kepala karena tegang, nyeri kepala cluster. Nyeri kepala sekunder terjadi
karena gangguan organik lain seperti infeksi, trombosis, penyakit metabolisme,
tumor atau penyakit sistemik lainnya.
B. Saran
Guna
sempurnanya Makalah ini,kelompok kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang membangun rekan-rekan pembaca,selain itu kami juga sangat mengharapkan
masukan dan tambahan dari Dosen pembimbing Mata Kuliah Neurobehaviour.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
3. EGC : Jakarta.
Profil Kesehatan Kalimantan Tengah
2006.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari
Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Somantri,
Irman. 2008. Keperawatan Medical Bedah; Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Neurobehaviour. Salemba Medika : Jakarta