PAIN MANAGEMENT
(Hypnosis Method)
Pernahkah Anda melihat ada seseorang ketika akan diSuntik ketakutan, sehingga terdengar
sedikit mengerang bahkan jika orang tersebut anak-anak bisa sampai menangis, atau mungkin
malah Anda sendiri merupakan salah satu orang yang takut dengan jarum suntik sehingga
merasa ketakutan sekali jika berhadapan dengan dokter atau paramedis…?
Jika Anda seorang Pasien, tentunya menginginkan ketika Anda harus berhadapan dengan jarum
suntik anda terhindar dari rasa sakit dan malah merasa nyaman, Jika Anda seorang Medis atau
Paramedis ketika melakukan tindakan injeksi (menyuntik) kepada pasien ternyata pasiennya
malah tersenyum atau tertawa apa yang Anda Rasakan…?
Begitu pun Saya merasa senang sekali sebagai seorang yang diberi kesempatan berbagi sedikit
keilmuan mengenai Pain Management (Hypnosis Method) kepada teman-teman Paramedis,
mendengar banyak sekali pengalaman yang cukup mengherankan sekaligus menyenangkan
setelah mempraktekan keilmuan yang saya sampaikan, contohnya :
Pak. S, seorang Perawat di salah satu PUSKESMAS di Cilacap :
Pada suatu hari ketika Pak S sedang berjaga di PUSKESMAS datang seorang pasien yang
mengalami kecelakaan yang mengakibatkan salah satu Arteri (Pembuluh darah yang
menyebarkan darah dari jantung ke seluruh tubuh) dipergelangan tangan pasien terputus ,
tentunya darah terus mengalir deras keluar dari tubuh pasin tersebut dan jika tindakan yang
biasa dilakukan oleh Pak S jika ada kasus-kasus tertentu yang memerlukan adanya tindakan
hacting (menjahit), minimal bius lokal selalu dilakukan untuk mengurangi dan atau
menghilangkan nyeri pada pasien, namun setelah Pak S medapatkan keilmuan Pain
Management (Hypnosis Method) Pasien tersebut tidak perlu dibius sama sekali dan apa yang
terjadi Pasien tersebut ketika diTanyai oleh Pak S ”Sakit tidak..?” pasien menjawab ”Tidak Pak,
tidak terasa apa-apa…”
Pak. T Seorang Perawat di Kebumen :
Sama seperti Pak S, suatu hari setelah mendapatkan keilmuan Pain Management (Hypnosis
Method) datang seorang pasien dalam keadaan berlumuran darah di bagian Bibir dan dagu
pasien, ternyata pasien tersebut korban kecelakan lalu lintas (KLL), ketika dilihat lebih jelas lagi
di bagian dagu dan bibir pasien banyak sekali terdapat butiran-butiran pasir dan tentunya
butiran pasir tersebut harus di bersihkan dari area luka tersebut untuk menghindari terjadinya
infeksi.
Tanpa menggunakan Bius sama sekali Pak T selanjutnya melakukan tindakan hacting pada
bagian dagu dan Bibir Pasien yang pecah. Ketika Pasien di tanyai “Bagaimana tadi terasa
sakit..?” Pasien Menjawab “Tidak Pak..” Pak. T heran dan terkagum-kagum”Masa sih yang
biasanya saya menggunakan Bius, terlebih lagi dengan kasus seperti di atas minimal
menggunakan lebih dari satu 2cc Lidocain (Obat Bius, yang biasanya digunakan untuk Bius
Lokal), masa baru satu kali pertemuan saya sudah bisa melakukan itu semua..??”
NY. S Seorang Bidan di CIlacap :
Banyak sekali Ibu-Ibu yang telah dibantu persalinannya oleh Ny. S dan banyak pengalaman yang
telah dilalaui, namun pengalaman setelah mengikuti Training Pain Management (Hypnosis
Method) merupakan pengalaman yang sangat mengherankan sekaligus menyenangkan bagi Ny.
S sebagai Bidan dan Pasien sebagai Ibu yang sedang melalui proses persalinan, mengapa
demikian betapa tidak pada kasus persalinan ini seharusnya Pasien minimal 7 jam baru
persalinan selesai namun dengan menggunakan metode hypnosis, proses persalinan hanya
berjalan 2 jam saja sampai selesai dan pasien merasa nyaman dan tenang.
Mungkin Anda mulai bertanya-tanya “Bagaimana itu bisa terjadi, gimana sih caranya..?” atau
menebak-nebak setelah membaca tulisan diatas”Oh…Paling menggunakan tehknik,…..”apakah
betul saya menggunakan tehknik yang Anda fikirkan atau bagaimanakah Saya akan menjelaskan
secara rinci bagaimana itu Bisa terjadi..?
MANAJEMENT NYERI
1. Pain (Nyeri).
Menurut IASP 1979 (International Association for the Study of Pain) nyeri adalah“ suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan”,dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri bersifat subyektif dimana individu mempelajari apa itu nyeri, melalui pengalaman yang langsung berhubungan dengan luka (injuri), yang dimulai dari awal masa kehidupannya.
2. Tipe nyeri.
Pada tahun 1986, the National Institutes of Health Consensus Conference on Pain mengkategorisasikan nyeri menjadi tiga tipe yaitu :
a. Nyeri akut merupakan hasil dari injuri akut, penyakit atau pembedahan.
b. Nyeri kronik non keganasan dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang dalam masa penyembuhan atau tidak progresif.
c. Nyeri kronik keganasan adalah nyeri yang dihubungkan dengan kanker atau proses penyakit lain yang progresif.
3. Respon terhadap nyeri.
Respon terhadap nyeri meliputi respon fisiologis dan respon perilaku:
a. Untuk nyeri akut repon fisiologisnya adalah adanya peningkatan tekanan darah (awal),peningkatan denyut nadi, peningkatan pernapasan, dilatasi pupil, dan keringat dingin,respon perilakunya adalah gelisah, ketidakmampuan berkonsentrasi, ketakutan dan disstress.
b. Sedangkan pada nyeri kronis respon fisiologisnya adalah tekanan darah normal, denyut nadi normal, respirasi normal, pupil normal, kulit kering, dan respon perilakunya berupa imobilisasi atau ketidak aktifan fisik, menarik diri, dan putus asa, karena tidak ditemukan gejala dan tanda yang mencolok dari nyeri kronis ini maka tugas tim kesehatan.
4. Management (Manajemen).
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Pain Management (Manajemen Nyeri ).
Seni Mengatur suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan, pada orang lain ataupun diri sendiri.Pastinya sebagai praktisi Medis atau Paramedis sudah sangat akrab sekali dengan istilah manajemen nyeri ini, bukan ? namun sayang sekali mengapa masih jarang menemukan di lapangan para praktisi medis atau paramedis mempraktekannya.
Menurut Blumenfield (2003), secara garis besar ada 2 hambatan dalam manajemen
nyeri yaitu :
a. Ketakutan akan timbulnya Addiction (ketagihan).
b. Pengetahuan yang tidak adekuat (memadai) dalam manajemen nyeri .
Salah Satu Tehknik Mengukur Tingkat Nyeri..
Percent Relief Scale serta 0 – 10 Numeric Pain Distress Scale , diantara kelima metode
tersebut diatas 0 – 10 Numeric Pain Distress Scale yang paling sering digunakan, dimana
pasien diminta untuk “merating” rasa nyeri tersebut berdasarkan skala penilaian
numerik mulai angka 0 yang berarti tidak da nyeri sampai angka 10 yang berarti puncak
dari rasa nyeri, sedangkan 5 adalah nyeri yang dirasakan sudah bertaraf sedang.
PENANGANAN NYERI
Tindakan Farmakologis : Analgesik Narkotik, Analgesik Lokal, Analgesik yang dikontrol
klien, Obat – obat nonsteroid.
Tindakan Non Farmakologis :
Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk menanggulangi nyeri ada pula
tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa tindakan penaganan
berdasarkan :
Penanganan fisik/stimulasi fisik meliputi :
1. Stimulasi kulit
2. Stimulasi electric (TENS)
3. Akupuntur
4. Plasebo
Intervensi perilaku kognitif meliputi :
1. Relaksasi
2. Hypnosis
3. Umpan balik biologis
4. Distraksi
5. Guided Imagery (Imajinasi terbimbing)
Dan khusus pada kesempatan ini Saya hanya membahas manajemen nyeri dengan Tindakan
Non Farmakologis, Intervensi perilaku kognitif yaitu dengan metode hypnosis, hypnosis yang
berasal dari bahasa yunani diambil dari salah satu nama Dewa yunani yaitu “hypnos” yang berarti “tidur” . Namun sebenarnya fenomena hypnosis bukanlah Tidur yang sesungguhnya
melainkan kondisi seperti tidur.
Secara singkat Sejarah hypnosis pada awalnya diterapkan sebagai metode untuk mengurangi
dan atau menghilangkan nyeri awalnya dipraktekan oleh :
John Elliotson (1791 -1868)
Jhon Elliotson adalah profesor dari University Hospital di London, Inggris. Dia mengenal
hypnosis dari Richard Chenevix, seorang murid dari Faria, dan mendalami hypnosis dari Baron
de Potet. Elliotson memulai eksperimen hypnosisnya di tahun 1837. Dia menemukan bahwa
pasiennya bisa menjalani pembedahan tanpa merasa nyeri. Dia melakukan hypnosis kepada
pasiennya kapanpun itu memungkinkan.
James Esdaile (1808 - 1859)
Dia adalah dokter asal Skotlandia yang bertugas di sebuah rumah sakit di Calcutta, India. Esdaile
mencatat rekor penggunaan Mesmerisme (Pada masa sebelum James Braid hypnosis
dikenal dengan nama mesmerisme, sesuai dengan nama penemunya yaitu Franz
Anton Mesmer) dalam pembedahan. Dilaporkan bahwa dia berhasil melakukan ribuan
operasi kecil dan 300 operasi besar tanpa rasa sakit. Adanya Mesmerisme yang bisa
menghilangkan rasa sakit ini sangat penting karena pada waktu itu belum ditemukan obat bius.
Semua dokter waktu itu, apabila tidak menggunakan Mesmerisme, maka harus melakukan
pembedahan dengan mengandalkan kecepatan tangan sambil mendengarkan jeritan sakit dari
pasien.
Bagaimana nyeri bisa berkurang atau hilang sama sekali pada kondisi hypnosis…?
Pada saat klien dibawa ke kondisi hypnosis maka Critical Area Klien terbuka dan tentunya
sugesti yang disampaikan oleh hypnotist akan langsung masuk kedalam pikiran bawah sadar
klien selain itu gelombang otak pasien akan menurun juga dari gelombang Beta ke Alfa dan
theta. Dalam kondisi ini, otak memproduksi hormon serotonin dan endorfin yang menyebabkan
seseorang merasakan rasa nyaman, tenang, bahagia. Hormon ini membuat imunitas tubuh
meningkat, pembuluh darah terbuka lebar, detak jantung menjadi stabil, dan kapasitas indra
kita meningkat.
Dan berdasarkan pengalaman pribadi saya mempraktekan manajemen nyeri dengan
menggunakan metode hypnosis, Baik dengan pasien secara langsung ataupun kepada peserta
training berikut tehknik yang saya gunakan :
1. Membawa klien kedalam kondisi deep trance terlebih dahulu lalu dimasukan sugesti-sugesti,
tahapan singkatnya adalah sebagai berikut :
• Pre Induction
Hypnotist (seseorang yang menggunakan keilmuan hypnosis) melakukan pendekatan
kepada klien, agar terjalin hubungan yang baik dan nyaman diantara hypnotist dan
Klien.
• Induction
Membawa Klien dari kondisi pikiran sadar masuk ke kondisi pikiran bawah sadar,
dengan merilekskan pikiran dan tubuh klien
• Deepening
Memperdalam kondisi rileksn klien.
• Induction Sugestion
Memasukan sugesti-sugesti untuk menghilangkan rasa nyeri dibagian tubuh tertentu
lalu dilakukan tindakan.
• Termination
Mengembalikan Klien ke kondisi normal dengan memberikan sugesti positif
sebelumnya.
Aplikasi : Bedah minor (khitan), Hacting (jahit luka), dll.
2. Mengajak Klien untuk berbicang-bicang lalu dilakukan tindakan pada saat klien terdistraksi.
Aplikasi : Injeksi (suntik)
By : Fadli Nur Haq
Instruktur :
IBH (The Indonesian Board Of Hypnotherapy)
SMB M (Soul Mind Body Management)
PHPI (Persatuan Hipnoterapis Paramedis Indonesia)
By Ardyan pradana
No comments:
Post a Comment