Sunday, October 2, 2011

Meningitis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai satu atau semua lapisan selaput yang menghubungkan jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa, disebabkan oleh bakteri spesifik / non spesifik atau virus. Selaput otak terdiri dari 3 lapisan dari luar kedalam yaitu Durameter, Aranoid, Piameter. Durameter terdiri dari lapisan yang berfungsi kecuali didalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat pada tulang dan terdapat sinus venosus. Falx serebri adalah lapisan vertikal durameter yang memisahkan kedua hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang horizontal dari Durameter yang memisahkan lobus oksipitalis dari serebelum. Araknoid merupakan membran lembut yang bersatu ditempatnya dengan parameter, diantaranya terdapat ruang subarnoid dimana terdapat arteri dan vena serebral dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar dari ruang subaranoid disebelah belakang otak belakang, memenuhi celah diantara serebelum dan medulla oblongata. Piamater merupakan membran halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang mensuplai darah keotak dalam jumlah yang banyak. Piameter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh medula spinalis. Miningitis dapat disebabkan oleh berbagai organisme yang bervariasi, tetapi ada tiga tipe utama yakni: 1. Infeksi bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza. 2. Tuberkulosis, yang disebabkan oleh basil tuberkel (Mycobacterium tuberculose). 3. Infeksi virus, yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, kita dapat rumusan masalah yaitu : 1. Apa pangertian meningitis ? 2. Apa saja yang penyebabkan meningitis? 3. Bagaimana prose perarawatan pada pasien meningitis? 1.3 Tujuan Tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami meningitis dan dapat mengaplikasikannya dalam instansi kesehatan. BAB II TINJAUAN TEORI MENINGITIS 2.1 Definisi Meningitis adalah infeksi cairan otak dan disertai proses peradangan yang mengenai piameter, araknoid dan dapat meluas ke permukaan jarinag otak dan medula spinalis yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa yang terdapat secara akut dan kronis. Meningitis dibagi menjadi dua : 1. Meningitis purulenta Yaitu infeksi selaput otak yang disebabkan oleh bakteri non spesifik yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau reaksi purulen pada cairan otak. Penyebabnya adalah pneumonia, hemofilus influensa, E. Coli. 2. Meningitis tuberkulosa Yaitu radang selaput otak dengan eksudasi yang bersifat serosa yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis, lues, virus, riketsia. Berdasarkan lapisan selaput otak yang mengalami radang meningitis dibagi menjadi : a. Pakimeningitis, yamg mengalami adalah durameter b. Leptomeningitis, yang mengalami adalah araknoid dan piameter. 2.2 Etiologi a. H. influenza ( type B ) b. Streptokokus pneumonie c. Neisseria meningitides ( meningococus) d. Hemolytic streptococcus  e. Stapilococus aureus f. Escherecia coli 2.3 Patofisiologi Kuman atau organisme dapat mencapai meningen ( selaput otak ) dan ruangan subaraknoid melalui cara sebagai berikut: 1. Implantasi langsung setelah luka terbuka di kepala 2. Perluasan langsung dari proses infeksi di telingga tengah sinus paranasalis, kulit. 3. Kepala, pada muka dan peradangan di selaput otak/ skitarnya seperti mastoiditis 4. Sinusitis, otitis media 5. Melalui aliran darah waktu terjadi septicemia 6. Perluasan dari tromboplebitis kortek 7. Perluasan dari abses ekstra dural, sudural atau otak 8. Komplikasi bedah otak 9. Penyebaran dari radang. Pada meningitis tuberkulosa dapat terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis paru primer, yaitu : a. secara hematogen, melalui kumanmencapai susunan saraf kemudian pecah dan bakteri masuk ke ruang subaraknoid melalui aliran darah. b. Cara lain yaitu dengan perluasan langsung dari mastoiditis atau spondilitis tuberkulosis 2.4 Tanda dan Gejala Pada meningitis purulenta ditemukan tanda dan gejala : a. Gejala infeksi akut atau sub akut yang ditandai dengan keadaan lesu, mudah terkena rangsang, demam, muntah penurunan nafsu makan, nyeri kepala. b. Gejala peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan muntah, nyeri kepala, penurunan kesadaran ( somnolen sampai koma ), kejang, mata juling, paresis atau paralisis. c. Gejala rangsang meningeal yang ditandai dengan rasa nyeri pada leher dan punggung, kaku kuduk, tanda brodsinky I dan II positif dan tanda kerning positif. Tanda kerning yaitu bila paha ditekuk 90°ke depan, tuungkai dapat diluruskan pada sendi lutut.nTanda brudzinky I positif adalah bila kepal di fleksi atau tunduk ke depan, maka tungkai akan bergerak fleksi di sudut sendi lutut. Tanda brodzinky II positif adalah bila satu tungkai ditekuk dari sendi lutut ruang paha, ditekankan ke perut penderita, maka tungkai lainnya bergerak fleksi dalam sendi lutut. Pada meningitis tuberkulosas didapatkan gejala dalam stadium-stadium yaitu : a. Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi perlahan-lahan yaitu demam ringan atau kadang-kadang tidak demam, nafsu makan menurun, nyeri kepala, muntah, apatis, berlangsung 1-3 minggu, bila tuberkulosis pecah langsung ke ruang subaraknoid, maka stadium prodomal berlangsung cepat dan langsung masuk ke stadium terminal. b. Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal yaitu kaku kuduk, tanda brudzinky I dan II positif, mata juling, kelumpuhan dan gangguan kesadaran. c. Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran menurun sampai koma, kelumpuhan, pernapasan tidak teratur, panas tinggi dan akhirnya meninggal. 2.5 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan cairan otak melalui pungsi lumbal, didapatkan: a. Tekanan b. Warna cairan otak: pada keadaan normal cairan otak tidakberwarna. Pada menigitis purulenta berwarna keruh sampai kekuning-kuningangan. Sedangkan pada meningitis tuberkulosis cairan otak berwarna jernih. c. Protein ( 0,2-0,4 Kg ) pada miningitis meninggi d. Glukosa dan klorida e. None pandi 2. Pemeriksaan darah 3. Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis tuberculosis 4. Pemeriksaan radiologi a. CT Scan b. Rotgen kepala c. Rotgen thorak 5. Elektroensefalografi ( EEG ), akan menunjukkan perlambatan yang menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan radang. 2.6 Komplikasi a. Ketidaksesuaian sekresi ADH b. Pengumpulan cairan subdural c. Lesi lokal intrakranial dapat mengakibatkan kelumpuhan sebagian badan d. Hidrocepalus yang berat dan retardasi mental, tuli, kebutaan karena atrofi nervus II (optikus). e. Pada meningitis dengan septikemia menyebabkan suam kulit atau luka di mulut, konjungtivitis. f. Epilepsi g. Pneumonia karena aspirasi h. Efusi subdural, emfisema subdural i. Keterlambatan bicara j. Kelumpuhan otot yang disarafi nervus III (okulomotor), nervus IV (toklearis ), nervus VI (abdusen). Ketiga saraf tersebut mengatur gerakan bola mata. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Meningitis a. Pengkajian Pasien Dengan Meningitis: 1. Keluhan utama Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan penurunan kesadaran. 2. Riwayat penyakit sekarang Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya. 4. Pengkajian psikososial Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. b. Pemeiksaan fisik 1 Aktivitas / istirahat Gejala : perasaan tidak enak (malaise ), keterbatasan yang ditimbulkan kondisinya. Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak. 2 Sirkulasi Gejala : adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit jantung Conginetal (abses otak ). Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh dari pusat vasomotor). Takikardi, distritmia ( pada fase akut ) seperti distrimia sinus (pada meningitis ). 3 Eleminasi Tanda : Adanya inkotinensia dan retensi. 4 Makanan dan Cairan Gejala : Kehilangan napsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut ). Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering. 5 Hygiene Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri ( pada periode akut ) 6 Neurosensori Gejala : sakit kepala (mungkin merupan gejala pertama dan biasanya berat). Pareslisia, Terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf cranial). Hiperalgesia / meningkatnya sensitifitas (miningitis). Tanda:  status mental / tingkat kesadaran ; letargi sampai kebingungan yang berat hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis organic ( encephalitis ).  Kehilangan memori, sulit mengambil keputusan ( dapat merupakan gejala berkembangnya hidrosephalus komunikan yang mengikuti meningitis bacterial )  Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.  Mata (ukuran / reaksi pupil) : unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya (peningkatan TIK), nistagmus (bola mata bergerak terus menerus).  Ptosis ( kelopak mata atas jatuh ) . Karakteristik fasial (wajah ) ; perubahan pada fungsi motorik dan sensorik ( saraf cranial V dan VII terkena )  Kejang umum atau lokal ( pada abses otak ) . Kejang lobus temporal . Otot mengalami hipotonia /flaksid paralisis ( pada fase akut meningitis ). Spastik (encephalitis). Hemiparese hemiplegic ( meningitis / encephalitis ).  Tanda brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi meningeal ( fase akut ).  Regiditas muka ( iritasi meningeal )  Refleks tendon dalam terganggu, brudzinski positif  Refleks abdominal menurun. 7 Nyeri / Kenyamanan Gejala : sakit kepala ( berdenyut dengan hebat, frontal ) mungkin akan diperburuk oleh Ketegangan leher /punggung kaku ,nyeri pada gerakan ocular, tenggorokan nyeri Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi /gelisah menangis / mengeluh. 8 Pernapasan Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal ), perubahan mental (letargi sampai Koma) dan gelisah. 9 Keamanan Gejala :  Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain, meliputi mastoiditis Telinga tengah sinus, abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan, Fraktur pada tengkorak / cedera kepala.  Imunisasi yang baru saja berlangsung ; terpajan pada meningitis, terpajan oleh Campak, herpes simplek, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.  Gangguan penglihatan atau pendengaran Tanda:  Suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil  Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic  Gangguan sensoris Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi terhadap (penyebaran) infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh. Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak ; mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain. Intervensi a. Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan baik pasien, pengunjung, maupun staf. Rasional ; menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi ( mis : individu yang mengalami infeksi saluran napas atas ) b. Pantau dan catat secara teratur tanda-tanda klinis dari proses infeksi. Rasional : Terapi obat akan diberikan terus menerus selama lebih 5 hari setelah suhu turun (kembali normal) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda klinis terus menerus merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang dapat bertahan sampai berminggu minggu / berbulan bulan atau penyebaran pathogen secara hematogen / sepsis. c. Ubah posisi pasien dengan teratur tiap 2 jam. Rasionalisasi ; Mobilisasi secret dan meningkatkan kelancaran secret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernapasan. d. Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau Rasionalisasi ; Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan resiko terhadap infeksi kandung kemih / ginjal / awitan sepsis. e. Kolaborasi tim medis Rasional : Obat yang dipilih tergantung pada infeksi dan sensitifitas individu. Catatan ; obat cranial mungkin diindikasikan untuk basilus gram negative, jamur, amoeba. 2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang mengubah /menghentikan aliran darah arteri / vena. Hasil yang diharapkan / kriteria pasien anak : mempertahankan tingkat kesadaran , mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil, melaporkan tak adanya / menurunkan berat sakit kepala, mendemontrasikan adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK. Intervensi a. Perubahan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah dilakukan fungsi lumbal. Rasional : perubahan tekanan CSS mungkin merupakan adanya resiko herniasis batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera. b. Pantau / catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya, seperti GCS. Rasional : pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menntukan lokasi, penyebaran / luas dan perkembangan dari kerusakan serebral. c. Pantau masukan dan keluaran . catat karakteristik urine, turgor kulit, dan keadaan membrane mukosa. Rasional : hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata dan meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun / munculnya mual menurunkan pemasukan melalui oral. d. Berikantindakan yang memberikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan yang tenang, suara yang halus dan sentuhan yang lembut. Rasional : meningkatkan istirahat dan menurunkan stimulasi sensori yang berlebihan. e. Pantau gas darah arteri. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan. Rasional : terjadinya asidosis dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel yang memperburuk / meningkatkan iskemia serebral. f. Berikan obat sesuai indikasi. 3. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum. Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : tidak mengalami kejang atau penyerta atau cedera lain. Intervensi a. Pantau adanya kejang / kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot wajah yang lain. Rasional : mencerminkan pada iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi. b. Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantuan pada penghalang tempat tidur dan pertahankan tetap terpasang dan pasang jalan napas buatan plastik atau gulungan lunak dan alat penghisap. Rasional : melindungi pasien jika kejang. Catatan ; masukan jalan napas bantuan / gulungan lunak jika hanya rahangnya relaksasi, jangan dipaksa memasukkan ketika giginya mengatup dan jaringan lunak akan rusak. c. Pertahankan tirah baring selama fase akut. Pindahkan .gerakkan dengan bantuan sesuai membaiknya keadaan. Rasional : menurunkan resiko terjatuh / trauma jika terjadi vertigo, sinkope atau ataksia. d. Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin ( dilantin ), diazepam , fenobarbital. Rasional : merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang .catatan : fenobarbital dapat menyebabkan defresi pernapasan dan sedative serta menutupi tanda / gejala dari peningkatan TIK. 4. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya proses inflamasi/infeksi. Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : melaporkan nyeri hilang/terkontrol, menunjukkan poster rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat. Intervensi a. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi. Rasional : menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat / relaksasi. b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan yang penting . Rasional : menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri. c. Berikan latihan rentang gerak aktif / pasif secara aktif dan massage otot daerah leher /bahu. Rasional : dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang menimbulkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut. d. Berikan analgetik, seperti asetaminofen dan kodein Rasional : mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat. Catatan : narkotik merupakan kontraindikasi sehingga menimbulkan ketidak akuratan dalam pemeriksaan neurologis. 5. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung (hospitalisasi). Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak : mengikuti dan mendiskusikan rasa takut, mengungkapkan kekurang pengetahuan tentang situasi, tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi. Intervensi a. Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien / keluarga. Catat adanya tanda-tanda verbal atau non verbal. Rasional : gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu. b. Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala. Rasional : meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat membantu dan menurunkan ansietas. c. Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognosa penyakit. Rasional : penting untuk menciptakan kepercayan karena diagnosa meningitis mungkin menakutkan, ketulusan dan informasi yang akurat dapat memberikan keyakinan pada pasien dan juga keluarga d. Libatkan pasien / keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari, membuat keputusan sebanyak mungkin. Rasional : meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan kemandirian. e. Lindungi privasi pasien jika terjadi kejang. Rasional : memperhatikan kebutuhan privasi pasien memberikan peningkatan akan harga diri pasien dan melindungi pasien dri rasa malu. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Meningitis merupakan infeksi cairan otak dan disertai proses peradangan yang mengenai piameter, araknoid dan dapat meluas ke permukaan jarinag otak dan medula spinalis yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa yang terdapat secara akut dan kronis. Meningitis dibagi menjadi dua yaitu: (1) Meningitis purulenta yaitu infeksi selaput otak yang disebabkan oleh bakteri non spesifik yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau reaksi purulen pada cairan otak. Penyebabnya adalah pneumonia, hemofilus influensa, E. Coli. (2) Meningitis tuberkulosa yaitu radang selaput otak dengan eksudasi yang bersifat serosa yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis, lues, virus, riketsia. Berdasarkan lapisan selaput otak yang mengalami radang meningitis dibagi menjadi : Pakimeningitis, yamg mengalami adalah durameter Leptomeningitis, yang mengalami adalah araknoid dan piameter. Penyebab penyakit meningitis ini adalah disebabkan oleh beberapa bakteri atau virus yaitu H. influenza ( type B ), Streptokokus pneumonie, Neisseria meningitides (meningococus), Hemolytic streptococcus , Stapilococus aureus, Escherecia coli. Kuman atau organisme dapat mencapai meningen ( selaput otak ) dan ruangan subaraknoid melalui cara sebagai berikut: Implantasi langsung setelah luka terbuka di kepala, Perluasan langsung dari proses infeksi di telingga tengah sinus paranasalis, kulit, Kepala, pada muka dan peradangan di selaput otak/ skitarnya seperti mastoiditis, Sinusitis, otitis media, Melalui aliran darah waktu terjadi septicemia, Perluasan dari tromboplebitis kortek, Perluasan dari abses ekstra dural, sudural atau otak, Komplikasi bedah otak, enyebaran dari radang.

No comments:

Post a Comment