Tuesday, August 2, 2011

Pengukuran Tekanan Darah

BAB I
PENDAHULUAN
Mengukur tekanan darah secara benar sangatlah penting untuk mendiagnosis adanya hipertensi dan mengevaluasi respon pengobatan anti hipertensi.
Alat pengukur tekanan darah atau sfigmomanometer ada 3 jenis : yang menggunakan air raksa, jenis aneroid dan jenis digital. Pengukur yang paling ideal adalah yang menggunakan air raksa, namun penggunaannya harus benar. Bila tidak terampil menggunakan sebaiknya memakai pengukur tekanan darah jenis digital, namun sebaiknya sering dikalibrasi untuk lebih yakin alat pengukur tekanan darah digital Anda masih berfungsi dengan baik.
Denyut nadi (pulse) adalah getaran / denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat-tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan di atas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu temporalis, carotid, apical, brancialis, pemoralis, radialis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior, namun yang paling sering dilakukan yaitu:
1. Arteri radialis : terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah diraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relative mudah dan sering dipake secara rutin.
2. Arteri brancialis : terletak didalam otot bisep dari lengan atau medial dilipatan siku (fossa antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus kardiak arrest pada infant.
3. Arteri carotid : terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terletak arteri carotid berjalan diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak.
Elektrokardiogram (EK G) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti "menulis". Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
• Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung
• EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut
• EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan hipokalemia)
• EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang berkas kanan dan kiri)
• EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung
• EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis. emboli paru atau hipotermia)
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung.Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas.











BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH


Pemeriksaan tekanan darah diperoleh diperoleh dari pengukuran pada sirkulasi arteri. Aliran darah akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang, yaitu gelombang tinggi yang disebut tekanan systole dan gelombang pada titik terendah yang disebut tekanan diastole. Perbedaan antara systole dan diastole disebut pulse pressur. Satuan tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mmHg)
Menghindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infuse, terpasang shunt arterivena, graft, operasi payudara, ketiak serta pengangkatan limfe, lengan/tangan yang mengalami fistula, trauma dan tertutup gip atau balutan kertas.





1. PERSIAPAN ALAT
1. Sphygmomanometer air raksa lengkap dengan manset
2. Stetoskop
3. Antiseptic
2. PERSIAPAN PASIEN
1. Menjelaskan kepada pasien tentang perlunya pemeriksaan tekanan darah
2. Menjelaskan bahwa lengan akan dipasangi manset yang bila dipompa akan menekan, sehingga terasa tidak enak / kesemutan.
3. CARA PEMERIKSAAN
1. Pemeriksa mencuci tangan
2. Meminta pasien untuk membuka bagian lengan atas yang akan diperiksa, sehingga tidak ada penekanan pada arteri barkialis.
3. Posisi pasien bias berbaring, setengah duduk atau duduk yang nyaman dengan lengan bagian volar diatas
4. Menggunakan manset yang sesuai dengan ukuran lengan pasien
5. Memasang manset melingkar pada lengan tempat pemeriksaan setinggi jantung, dengan bagian bawah manset 2-3 cm diatas fossa kubiti dan bagian balon karet yang menekan tempat diatas arteri brakialis
6. Memastikan pipa karet tidak terlipat atau terjepit manset
7. Mengistirahatkan pasien sedikitnya 5 menit sebelum pengukuran. Dan memastikan pasien merasa santai dan nyaman.
8. Menghubungkan manset dengan sphygmomanometer air raksa,posisi tengak dan level air raksa setinggi jantung
9. Meraba denyut arteri Brakialis pada fossa kibiti dan arteri Radialis dengan dengan jari telunjuk dan jari tengah (untuk memastikan tidak ada penekanan)

10. Memastikan mata pemeriksa harus sejajar gengan permukaan air raksa (agar pembacaan hasil pengukuran tepat)
11. Menutup katup pengontrol pada pompa manset
12. Memastikan stetoskop masuk tepat kedalam telinga pemeriksa , meraba denyut arteri brakialis
13. Memompa manset sampai denyut arteri brakialis tidak terasa lagi
14. Kemudian memompa lagi sampai 20-30 mmHg (jangan lebih tinggi, sebab akan menimbulkan rasa sakit kepada pasien ,rasa sakit akan meningkatkan tensi)
15. Meletakkan kepala stetoskop ke arteri brakialis
16. Melepaskan katup pengontrol secara pelan-pelan sehingga air raksa turun dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik atau 1 skala perdetik
17. Memastikan tinggi air raksa saat terdengar detakan pertama arteri brakialis (korotkoff 1) ini adalah tekanan sistolik
18. Memastikan tinggi air raksa pada saat terjadi perubahan suara yang tiba-tiba melemah (korotkoff IV)e’ tekanan diastoloik
19. Melepaskan stretoskop dari telinga pemeriksa dan manset dari lengan pasien

20. Membersihkan earpiece dan diafragma stetoskop dengan desinfektan
21. Apabila ingin mengulang tunggu 30 detik
22. Menginformasikan pada pasien hasil pemeriksaan dan mencatat pada kartu status.
Untuk menghindari pengembungan manset yang berlebihan yang bisa berakibat pada ketidaknyamanan pasien, maka sebaiknya ditentukan tekanan denyut obliterasinya. Pompa manset hingga 80 mmHg kemudian turunkan kecepatan pemompaan menjadi 10 mmHg per 2-3 detik sambil mendengarkan dan memperhatikan hilangnya suara denyut. Begitu suara denyut hilang longgarkan kembali dengan kecepatan 2 mmHg per detik.
Lakukan pengukuran tekanan darah dengan langkah-langkah sebagai berikut. Letakkan bagian bell stetoskop diatas arteri brakialis, untuk menghindari suara berisik usahakan stetoskop tidak bersentuhan dengan pakaian pasien. Dengan cara yang sama seperti ada penentuan tekanan denyut obliterasi, pompa manset hingga 20-30 mmHg diatas tekanan denyut obliterasi kemudian kendorkan pemompaan dengan kecepatan 2 mmHg per detik sambil mendengarkan suara Korotkoff.
Sejalan dengan pengenduran manset, turbulensi aliran darah melalui arteri brakialis menimbulkan rangkaian suara. Hal ini dikelompokkan menjadi 5 (lima) fase suara. Fase 1 ditandai oleh suara yang jelas, suara menghentak dan berulang, bersamaan dengan pemunculan kembali denyut nadi yang teraba.
Pemunculan awal suara fase 1 ini sama dengan tekanan darah sistolik. Selama fase 2, suara murmur terdengar. Pada fase 3 dan 4, perubahan mulai terjadi dimana suara nadi mulai melemah (biasanya 10 mmHg diatas tekanan darah diastolik yang sebenarnya). Pada fase 5, suara mulai hilang, dan menunjukkan tekanan darah diastolik. Untuk lebih meyakinkan pengamatan sebaiknya dilanjutkan hingga 10 mmHg dibawah fase 5.
B. PEMERIKSAAN DENYUT NADI
Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak factor yang mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal :
• Normal : 60-100x /menit
• Bradikardi : <>
• Takhikardi : >100x / menit
Denyut nadi pada saat tidur yaitu:
a) Bayi baru lahir 100-180x / menit
b) Usia 1 minggu-3 bulan 100-220x /menit
c) Usia 3 bulan-2 tahun 80-150x / menit
d) Usia 10-21 tahun 60-90x / menit
e) Usia lebih dari 21 tahun 60-100x / menit
Berdasarkan kuat dan lemahnya denyut arteri diklasifikasikan:
a) Tidak teraba denyut : 0
b) Ada denyut tetapi sulit teraba : +1
c) Denyut normal teraba dengan mudah dan tidak mudah hilang : +2
d) Denyut kuat, mudah teraba seakan-akan mematul terhadap ujung jari serta tidak mudah hilang : +





1. PEMERIKSAAN FREKUENSI NADI
Pemeriksaan frekuensi nadi yang umum dilakukan sebagai berikut
a. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI RADIALIS
1. Persiapan alat
1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
2. Buku catatan nadi (kartu status)
2. Persiapan pasien
1. Menjelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Membuat pasien rilek dan nyaman
3. Cara pemerikaan
1. Mencuci tangan pemeriksa
2. Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi lengan atas
3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi menghadap ke atas
4. Melakukan palpasi ringan arteri dengan menngunakan jari telunuk dan jari tengah , melakukan palpasi sepanjang lekukan radial pada pergelangan tangan.
5. Merasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur
6. Menghitung jumlah denyut selama 1 menit
7. Menginformasikan ke pasien dan mencatat hasil pemeriksaan pada buku
b. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI BRANKIALIS
1. Persiapan alat
1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
2. Buku catatan nadi (kartu status)
3. Alat tulis
2. Persiapan pasien
1. Menjelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Membuat pasien rilek dan nyaman
3. Cara pemerikaan
1. Mencuci tangan pemeriksa
2. Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi lengan atas
3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi menghadap ke atas
4. Melakukan palpasi ringan arteri dengan menngunakan jari telunuk dan jari tengah pada fossa kubiti (lekuk antara otot bisep dan trisep di atas siku).
5. Merasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur
6. Menghitung jumlah denyut selama 1 menit
7. Menginformasikan ke pasien dan mencatat hasil pemeriksaan pada buku

c. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI KAROTIS
1. Persiapan alat
1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
2. Buku catatan nadi (kartu status)
3. Alat tulis
2. Persiapan pasien
1. Menjelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Membuat pasien rilek dan nyaman
3. Cara pemeriksaan
1. Mencuci tangan pemeriksa dengan air bersih
2. Meminta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas
3. Pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha
4. Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis
5. Meminta pasien untuk memalingkan kepala pada sisi arah yang berlawanan dengan yang akan diperiksa
6. Kemudian melakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk menghindari rangsagan sinus carotid
7. Dengan menggunakan jari temngah dan telunjuk palpasi sekitar otot sternokleidomastoideus bagian medial


C. BUNYI JANTUNG

LOKALISASI DAN ASAL BUNYI JANTUNG
Auskultasi bunyi jantung dilakukan pada tempat-tempat sebagai berikut:
• Ictus cordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup mitral.
• Sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal.
• Sela iga III kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari aorta.
• Sela IV dan V ditepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup trikuspidal.
Tempat- tempat auskultasi di atas adalah tidak sesuai dengan tempat dan letak jantung ke dinding dada.
MENENTUKAN BUNYI JANTUNG I DAN II
Pada orang sehat dapat didengar beberapa macam bunyi jantung :
• Bunyi jantung I, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup mitral dan trikuspidal. Bunyi ini adalah tanda mulainya fase systole ventrikel.
• Bunyi jantung II, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup aorta dan pulmonal dan tanda dimulainya fase diastole ventrikel.
• Bunyi jantung I didengar bertepatan dengan terabanya pulsasi nadi pada arteri carotis.
• Bunyi jantung ke 3 dengan intensitas rendah kadang-kadang terdengar pada akhir pengisian cepat ventrikel, bernada rendah, paling jelas pada daerah apeks jantung. Dalam keadaan normal ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Dalam keadaan patologis ditemukan pada kelainan jantung yang berat misalnya payah jantung dan myocarditis.
• Bunyi jantung ke 4 terjadi karena distensi ventrikel yang dipaksakan akibat kontraksi atrium, paling jelas terdengar di apeks cordis, normal pada anak-anak dan pada orang dewasa di dapatkan dalam keadaan patologis yaitu pada A-V block dan hipertensi sistemik. Irama yang terjadi oleh jantung ke 4 disebut presistolik gallop.


D. EKG (ELEKTROKARDIOGRAF)



(EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktivitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan memasang elektroda pada badan. Rekaman EKG ini digunakan oleh dokter atau ahli medis untuk menentukan kondisi jantung dari pasien, yakni untuk mengetahui hal-halsepertifrekuensi (rate) jantung, arrhytmia, infarkmiokard, pembesaran atrium, hipertrofiventrikular, dll. Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.

SISTEM KONDUKSI JANTUNG

Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pompa system sirkulasi darah. Yang paling berperan adalah bilik (ventrikel), sedangkan serambi (atria) sebenarnya berfungsi sebagai ruang penyimpanan selama bilik memompa. Ventrikel berkontraksi, ventrikel kanan memasok darah ke paru-paru, dan ventrikel kiri mendorong darah ke aorta berulang-ulang melalui system sirkulasi, fasa ini disebut systole. Sedangkan fasa pengisian atau istirahat (tidak memompa ) setelah ventrikel mengosongkan darah menuju arteri disebut diastole.
Kontraksi jantung inilah yang mendasari terjadinya serangkaian peristiwa elektrik dengan koordinasi yang baik. Aktivitas elektrik dalam keadaan normal berawal dari impuls yang dibentuk oleh pacemaker di simpul Sino Atrial (SA) kemudian melewati serabut otot atrial menuju simpul Atrio Ventrikular (AV) lalu menuju ke berkas His dan terpisah menjadi dua melewati berkas kiri dan kanan dan berakhir pada serabut Purkinye yang mengaktifkan serabut otot ventrikel

KERTAS PEREKAM EKG

Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan kecepatan 25 mm/s, meskipun kecepatan yang di atas daripada itu sering digunakan.Setiap kotak kecil kertas EKG berukuran 1 mm². Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan 0,04 s (40 ms). 5 kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms). Karena itu, ada 5 kotak besar per detik. 12 sadapan EKG berkualitas diagnostik dikalibrasikan sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1 mV. Sinyal "kalibrasi" harus dimasukkan dalam tiap rekaman.Sinyal standar 1 mV harus menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EKG.
SELEKSI SARING
Monitor EKG modern memiliki banyak penyaring untuk pemrosesan sinyal. Yang paling umum adalah mode monitor dan mode diagnostik. Dalam mode monitor, penyaring berfrekuensi rendah (juga disebut penyaring bernilai tinggi karena sinyal di atas ambang batas bisa lewat) diatur baik pada 0,5 Hz maupun 1 Hz dan penyaring berfrekuensi tinggi (juga disebut penyaring bernilai rendah karena sinyal di bawah ambang batas bisa lewat) diatur pada 40 Hz. Hal ini membatasi EKG untuk pemonitoran irama jantung rutin.
Penyaring bernilai tinggi membantu mengurangi garis dasar yang menyimpang dan penyaring bernilai rendah membantu mengurangi bising saluran listrik 50 atau 60 Hz (frekuensi jaringan saluran listrik berbeda antara 50 dan 60 Hz di sejumlah negara). Dalam mode diagnostik, penyaring bernilai tinggi dipasang pada 0,05 Hz, yang memungkinkan segmen ST yang akurat direkam. Penyaring bernilai rendah diatur pada 40, 100, atau 150 Hz. Sebagai akibatnya, tampilan EKG mode monitor banyak tersaring daripada mode diagnostik, karena bandpassnya lebih sempit
SADAPAN


Grafik yang menunjukkan hubungan antara elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik), dan kompleks yang ditampilkan di EKG.
Kata sadapan memiliki 2 arti pada elektrokardiografi: bisa merujuk ke kabel yang menghubungkan sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau (yang lebih umum) ke gabungan elektrode yang membentuk garis khayalan pada badan di mana sinyal listrik diukur. Lalu, istilah benda sadap longgar menggunakan arti lama, sedangkan istilah 12 sadapan EKG menggunakan arti yang baru.Nyatanya, sebuah elektrokardiograf 12 sadapan biasanya hanya menggunakan 10 kabel/elektroda.Definisi terakhir sadapan inilah yang digunakan di sini.
Sebuah elektrokardiogram diperoleh dengan menggunakan potensial listrik antara sejumlah titik tubuh menggunakan penguat instrumentasi biomedis.Sebuah sadapan mencatat sinyal listrik jantung dari gabungan khusus elektrode rekam yang itempatkan di titik-titik tertentu tubuh pasien.
• Saat bergerak ke arah elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rata vektor listrik) menciptakan defleksi positif di EKG di sadapan yang berhubungan.
• Saat bergerak dari elektrode positif, muka gelombang depolarisasi menciptakan defleksi negatif pada EKG di sadapan yang berhubungan.
• Saat bergerak tegak lurus ke elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) menciptakan kompleks equifasik (atau isoelektrik) di EKG, yang akan bernilai positif saat muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) mendekati (A), dan kemudian menjadi negatif saat melintas dekat (B).
Ada 2 jenis sadapan—unipolar dan bipolar. EKG lama memiliki elektrode tak berbeda di tengah segitiga Einthoven (yang bisa diserupakan dengan ‘netral’ stop kontak dinding) di potensial nol. Arah sadapan-sadapan ini berasal dari “tengah” jantung yang mengarah ke luar secara radial dan termasuk sadapan (dada) prekordial dan sadapan ekstremitas—VL, VR, & VF.
Sebaliknya, EKG baru memiliki kedua elektrode itu di beberapa potensial dan arah elektrode yang berhubungan berasal dari elektrode di potensial yang lebih rendah ke tinggi, mis., di sadapan ekstremitas I, arahnya dari kiri ke kanan, yang termasuk sadapan ekstremitas --I, II, dan III.
SADAPAN EKSTREMITAS


Sadapan I


Sadapan II
Sadapan I, II dan III disebut sadapan ekstremitas karena pernah pokoq elektrokardiogafi benar-benar harus menempatkan tangan dan kaki mereka di ember air asin untuk mendapatkan sinyal dari galvanometer senar Einthoven.
EKG seperti itu membentuk dasar yang kini dikenal sebagai segitiga Einthoven.[2] Akhirnya, elektrode ditemukan sehingga dapat ditempatkan secara langsung di kulit pasien. Meskipun ember air asin sebentar saja diperlukannya, elektrode-elektrode itu masih ditempatkan di lengan dan kaki pasien untuk mengira-ngirakan sinyal yang diperoleh dari ember air asin itu.Elektrode-elektrode itu masih menjadi 3 sadapan pertama EKG 12 sadapan modern.
• Sadapan I adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan elektrode positif (hitam) di lengan kiri.
• Sadapan II adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan elektrode positif (merah) di kaki kiri.
• Sadapan III adalah dipol dengan elektrode negatif (hitam) di lengan kiri dan elektrode positif (merah) di kaki kiri.

SADAPAN EKSTREMITAS TAMBAHAN
Sadapan aVR, aVL, dan aVF merupakan sadapan ekstremitas tambahan, yang diperoleh dari elektrode yang sama sebagai sadapan I, II, dan III. Namun, ketiga sadapan itu memandang jantung dari sudut (atau vektor) yang berbeda karena elektrode negatif untuk sadapan itu merupakan modifikasi terminal sentral Wilson, yang diperoleh dengan menambahkan sadapan I, II, dan III bersama dan memasangnya ke terminal negatif mesin EKG.
Hal ini membidik elektrode negatif dan memungkinkan elektrode positif untuk menjadi "elektrode penjelajah" atau sadapan unipolar. Hal ini mungkin karena Hukum Einthoven menyatakan bahwa I + (-II) + III = 0. Persamaan itu juga bisa ditulis I + III = II. Ditulis dengan cara ini (daripada I + II + III = 0) karena Einthoven membalik polaritas sadapan II di segitiga Einthoven, mungkin karena ia suka melihat kompleks QRS tegak lurus. Terminal sentral Wilson meratakan jalan untuk perkembangan sadapan ekstremitas tambahan aVR, aVL, aVF dan sadapan prekordial V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.
• Sadapan aVR atau "vektor tambahan kanan" memiliki elektrode positif (putih) di lengan kanan. Elektrode negatif merupakan gabungan elektrode lengan kiri (hitam) dan elektrode kaki kiri (merah), yang "menambah" kekuatan sinyal elektrode positif di lengan kanan.
• Sadapan aVL atau "vektor tambahan kiri" mempunyai elektrode positif (hitam) di lengan kiri. Elektrode negatif adalah gabungan elektrode lengan kanan (putih) dan elektrode kaki kiri (merah), yang "menambah" kekuatan sinyal elektrode positif di lengan kiri.
• Sadapan aVF atau "vektor tambahan kaki" mempunyai elektrode positif (merah) di kaki kiri. Elektrode negatif adalah gabungan elektrode lengan kanan (putih) dan elektrode lengan kiri (hitam), yang "menambah" sinyal elektrode positif di kaki kiri.
Sadapan ekstremitas tambahan aVR, aVL, dan aVF diperkuat dengan cara ini karena sinyal itu terlalu kecil untuk berguna karena elektrode negatifnya adalah terminal sentral Wilson. Bersama dengan sadapan I, II, dan III, sadapan ekstremitas tambahan aVR, aVL, dan aVF membentuk dasar sistem rujukan heksaksial, yang digunakan untuk menghitung sumbu kelistrikan jantung di bidang frontal.
SADAPAN PREKORDIAL


Penempatan sadapan prekordial yang benar.
Sadapan prekordial V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 ditempatkan secara langsung di dada.Karena terletak dekat jantung, 6 sadapan itu tak memerlukan augmentasi.Terminal sentral Wilson digunakan untuk elektrode negatif, dan sadapan-sadapan tersebut dianggap unipolar. Sadapan prekordial memandang aktivitas jantung di bidang horizontal.Sumbu kelistrikan jantung di bidang horizontal disebut sebagai sumbu Z.
Sadapan V1, V2, dan V3 disebut sebagai sadapan prekordial kanan sedangkan V4, V5, dan V6 disebut sebagai sadapan prekordial kiri.
Kompleks QRS negatif di sadapan V1 dan positif di sadapan V6.Kompleks QRS harus menunjukkan peralihan bertahap dari negatif ke positif antara sadapan V2 dan V4.Sadapan ekuifasik itu disebut sebagai sadapan transisi.Saat terjadi lebih awal daripada sadapan V3, peralihan ini disebut sebagai peralihan awal. Saat terjadi setelah sadapan V3, peralihan ini disebut sebagai peralihan akhir.
Harus ada pertambahan bertahap pada amplitudo gelombang R antara sadapan V1 dan V4.Ini dikenal sebagai progresi gelombang R. Progresi gelombang R yang kecil bukanlah penemuan yang spesifik, karena dapat disebabkan oleh sejumlah abnormalitas konduksi, infark otot jantung, kardiomiopati, dan keadaan patologis lainnya.
• Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.
• Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
• Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
• Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks berpindah).
• Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior.
• Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea midaxillaris.
SADAPAN DASAR
Sebuah elektrode tambahan (biasanya hijau) terdapat di EKG 4 dan 12 sadapan modern, yang disebut sebagai sadapan dasar yang menurut kesepakatan ditempatkan di kaki kiri, meski secara teoretis dapat ditempatkan di manapun pada tubuh. Dengan EKG 3 sadapan, saat 1 dipol dipandang, sisanya menjadi sadapan dasar bila tiada.
GELOMBANG DAN INTERVAL


Gambaran skematik EKG normal
Sebuah EKG yang khas melacak detak jantung normal (atau siklus jantung) terdiri atas 1 gelombang P, 1 kompleks QRS dan 1 gelombang T. Sebuah gelombang U kecil normalnya terlihat pada 50-75% di EKG.Voltase garis dasar elektrokardiogram dikenal sebagai garis isoelektrik. Khasnya, garis isoelektrik diukur sebagai porsi pelacakan menyusul gelombang T dan mendahului gelombang P berikutnya.
GELOMBANG P
Selama depolarisasi atrium normal, vektor listrik utama diarahkan dari nodus SA ke nodus AV, dan menyebar dari atrium kanan ke atrium kiri.Vektor ini berubah ke gelombang P di EKG, yang tegak pada sadapan II, III, dan aVF (karena aktivitas kelistrikan umum sedang menuju elektrode positif di sadapan-sadapan itu), dan membalik di sadapan aVR (karena vektor ini sedang berlalu dari elektrode positif untuk sadapan itu).
Sebuah gelombang P harus tegak di sadapan II dan aVF dan terbalik di sadapan aVR untuk menandakan irama jantung sebagai Irama Sinus.
• Hubungan antara gelombang P dan kompleks QRS membantu membedakan sejumlah aritmia jantung.
• Bentuk dan durasi gelombang P dapat menandakan pembesaran atrium.
INTERVAL PR
Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS, yang biasanya panjangnya 120-200 ms. Pada pencatatan EKG, ini berhubungan dengan 3-5 kotak kecil.
• Interval PR lebih dari 200 ms dapat menandakan blok jantung tingkat pertama.
• Interval PR yang pendek dapat menandakan sindrom pra-eksitasi melalui jalur tambahan yang menimbulkan pengaktifan awal ventrikel, seperti yang terlihat di Sindrom Wolff-Parkinson-White.
• Interval PR yang bervariasi dapat menandakan jenis lain blok jantung.
• Depresi segmen PR dapat menandakan lesi atrium atau perikarditis.
• Morfologi gelombang P yang bervariasi pada sadapan EKG tunggal dapat menandakan irama pacemaker ektopik seperti pacemaker yang menyimpang maupun takikardi atrium multifokus
KOMPLEKS QRS


Sejumlah kompleks QRS beserta tatanamanya.
Kompleks QRS adalah struktur EKG yang berhubungan dengan deplarisasi ventrikel. Karena ventrikel mengandung lebih banyak massa otot daripada atrium, kompleks QRS lebih besar daripada gelombang P. Di samping itu, karena sistem His/Purkinje mengkoordinasikan depolarisasi ventrikel, kompleks QRS cenderung memandang "tegak" daripada membundar karena pertambahan kecepatan konduksi. Kompleks QRS yang normal berdurasi 0,06-0.10 s (60-100 ms) yang ditunjukkan dengan 3 kotak kecil atau kurang, namun setiap ketidaknormalan konduksi bisa lebih panjang, dan menyebabkan perluasan kompleks QRS.
Tak setiap kompleks QRS memuat gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S. Menurut aturan, setiap kombinasi gelombang-gelombang itu dapat disebut sebagai kompleks QRS. Namun, penafsiran sesungguhnya pada EKG yang sulit memerlukan penamaan yang pasti pada sejumlah gelombang.
Beberapa penulis menggunakan huruf kecil dan besar, bergantung pada ukuran relatif setiap gelombang. Sebagai contoh, sebuah kompleks Rs akan menunjukkan defleksi positif, sedangkan kompleks rS akan menunjukkan defleksi negatif. Jika kedua kompleks itu dinamai RS, takkan mungkin untuk menilai perbedaan ini tanpa melihat EKG yang sesungguhnya.
• Durasi, amplitudo, dan morfologi kompleks QRS berguna untuk mendiagnosis aritmia jantung, abnormalitas konduksi, hipertrofi ventrikel, infark otot jantung, gangguan elektrolit, dan keadaan sakit lainnya.
• Gelombang Q bisa normal (fisiologis) atau patologis. Bila ada, gelombang Q yang normal menggambarkan depolarisasi septum interventriculare. Atas alasan ini, ini dapat disebut sebagai gelombang Q septum dan dapat dinilai di sadapan lateral I, aVL, V5 dan V6.
• Gelombang Q lebih besar daripada 1/3 tinggi gelombang R, berdurasi lebih besar daripada 0,04 s (40 ms), atau di sadapan prekordial kanan dianggap tidak normal, dan mungkin menggambarkan infark miokardium.

Animasi gelombang EKG yang normal.

SEGMEN ST
Segmen ST menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T serta berdurasi 0,08-0,12 s (80-120 ms). Segmen ini bermula di titik J (persimpangan antara kompleks QRS dan segmen ST) dan berakhir di awal gelombang T.
Namun, karena biasanya sulit menentukan dengan pasti di mana segmen ST berakhir dan gelombang T berawal, hubungan antara segmen ST dan gelombang T harus ditentukan bersama. Durasi segmen ST yang khas biasanya sekitar 0,08 s (80 ms), yang pada dasarnya setara dengan tingkatan segmen PR dan TP.
• Segmen ST normal sedikit cekung ke atas.
• Segmen ST yang datar, sedikit landai, atau menurun dapat menandakan iskemia koroner.
• Elevasi segmen ST bisa menandakan infark otot jantung. Elevasi lebih dari 1 mm dan lebih panjang dari 80 ms menyusul titik J. Tingkat ukuran ini bisa positif palsu sekitar 15-20% (yang sedikit lebih tinggi pada wanita daripada pria) dan negatif palsu sebesar 20-30%.
GELOMBANG T
Gelombang T menggambarkan repolarisasi (atau kembalinya) ventrikel.Interval dari awal kompleks QRS ke puncak gelombang T disebut sebagai periode refraksi absolut. Separuh terakhir gelombang T disebut sebagai periode refraksi relatif (atau peride vulnerabel).
Pada sebagian besar sadapan, gelombang T positif.Namun, gelombang T negatif normal di sadapan aVR.Sadapan V1 bisa memiliki gelombang T yang positif, negatif, atau bifase.Di samping itu, tidak umum untuk mendapatkan gelombang T negatif terisolasi di sadapan III, aVL, atau aVF.
• Gelombang T terbalik (atau negatif) bisa menjadi iskemia koroner, sindrom Wellens, hipertrofi ventrikel kiri, atau gangguan SSP.
• Gelombang T yang tinggi atau "bertenda" bisa menandakan hiperkalemia. Gelombang T yang datar dapat menandakan iskemia koroner atau hipokalemia.
• Penemuan elektrokardiografi awal atas infark otot jantung akut terkadang gelombang T hiperakut, yang dapat dibedakan dari hiperkalemia oleh dasar yang luas dan sedikit asimetri.
• Saat terjadi abnormalitas konduksi (mis., blok cabang berkas, irama bolak-balik), gelombang T harus didefleksikan berlawanan dengan defleksi terminal kompleks QRS,
INTERVAL QT
Interval QT diukur dari awal kompleks QRS ke akhir gelombang T. Interval QT yang normal biasanya sekitar 0,40 s. Interval QT di samping yang terkoreksi penting dalam diagnosis sindrom QT panjang dan sindrom QT pendek. Interval QT beragam berdasarkan pada denyut jantung, dan sejumlah faktor koreksi telah dikembangkan untuk mengoreksi interval QT untuk denyut jantung.
Cara yang paling umum digunakan untuk mengoreksi interval QT untuk denyut pernah dirumuskan oleh Bazett dan diterbitkan pada tahun 1920.[15]Rumus Bazett adalah , di mana QTc merupakan interval QT yang dikoreksi untuk denyut, dan RR adalah interval dari bermulanya satu kompleks QRS ke bermulanya kompleks QRS berikutnya, diukur dalam detik. Namun, rumus ini cenderung tidak akurat, dan terjadi kelebihan koreksi di denyut jantung tinggi dan kurang dari koreksi di denyut jantung rendah.
GELOMBANG U
Gelombang U tak selalu terlihat.Gelombang ini khasnya kecil, dan menurut definisi, mengikuti gelombang T. Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi otot papillaris atau serabut Purkinje. Gelombang U yang menonjol sering terlihat di hipokalemia, namun bisa ada di hiperkalsemia, tirotoksikosis, atau pemajanan terhadap digitalis, epinefrin, dan antiaritmia Kelas 1A dan 3, begitupun di sindrom QT panjang bawaan dan di keadaan pendarahan intrakranial. Sebuah gelombang U yang terbalik dapat menggambarkan iskemia otot jantung atau kelebihan muatan volume di ventrikel kiri.

KUMPULAN SADAPAN KLINIS


Diagram yang menunjukkan sadapan-sadapan yang berdampingan dengan warna yang sama
Jumlah sadapan EKG ada 12, masing-masing merekam aktivitas kelistrikan jantung dari sudut yang berbeda, yang juga berkaitan dengan area-area anatomis yang berbeda dengan tujuan mengidentifikasi iskemia korner akut atau lesi. 2 sadapan yang melihat ke area anatomis yang sama di jantung dikatakan bersebelahan (lihat tabel berkode warna).
• Sadapan inferior (sadapan II, III dan aVF) memandang aktivitas listrik dari tempat yang menguntungkan di dinding inferior (atau diafragmatik) ventrikel kiri.
• Sadapan lateral (I, aVL, V5 dan V6) melihat aktivitas kelistrikan dari titik yang menguntungkan di dinding lateralventrikel kiri. Karena elektrode positif untuk sadapan I dan aVL terletak di bahu kiri, sadapan I dan aVL terkadang disebut sebagai sadapan lateral atas. Karena ada di dada pasien, elektode positif untuk sadapan V5 dan V6 disebut sebagai sadapan lateral bawah.
• Sadapan septum, V1 and V2 memandang aktivitas kelistrikan dari titik yang menguntungkan di dinding septumanatomi kiri, yang sering dikelmpkkan bersama dengan sadapan anterior.
• Sadapan anterior, V3 dan V4 melihat aktivitas kelistrikan dari tempat yang menguntungkan di anteriorventrikel kiri.
• Di samping itu, setiap 2 sadapan prekordial yang berdampingan satu sama lain dianggap bersebelahan. Sebagai contoh, meski V4 itu sadapan anterior dan V5 lateral, 2 sadapan itu bersebelahan karena berdekatan satu sama lain.
• Sadapan aVR tak menampakkan pandangan khusus atas ventrikel kiri. Sebagai gantinya, sadapan ini melihat bagian dalam dinding endokardium dari sudut pandangnya di bahu kanan.
SUMBU


Diagram yang menunjukkan bagaimana polaritas kompleks QRS di sadapan I, II, dan III dapat digunakan untuk memperkirakan sumbu listrik jantung dalam bidang frontal.
Sumbu kelistrikan jantung merujuk ke arah umum muka gelombang depolarisasi jantung (atau rerata vektor listrik) di bidang frontal.
Biasanya berorientasi di arah bahu kanan ke kaki kiri, yang berhubungan dengan kuadran inferior kiri sistem rujukan heksaksial, meski -30o hingga +90o dianggap normal.
• Deviasi sumbu kiri (-30o hingga -90o) dapat menandakan blok fasciculus anterior kiri atau gelombang Q dari infark otot jantung inferior.
• Deviasi sumbu kanan (+90o hingga +180o) dapat menandakan blok fasciculus posterior kiri, gelombang Q dari infark otot jantung lateral atas, atau pola nada ventrikel kanan.
• Dalam keadaan blok cabang berkas kanan, deviasi kanan atau kiri dapat menandakan blok bifasciculus.



CARA MEREKAM EKG
Persiapan alat
• Mesin EKG yang dilengkapi 2 kabel
Satu kabel untuk listrik (power)
Satu kaSbel untuk ground
Satu kabel untuk pasien
• Plat electrode yaitu
Elektroda ekstremitas diikatkan pada ban pengikat khusus
Elektroda dada dengan balon penghisap
1. Jelly electrode/air
2. Kertas EKG
3. Kertas tissue
Cara menempatkan electrode:
• Elektroda ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangaan kanan dan searah dengan telapak tangan
• Electrode ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam
Pemasangan pada pergelangan tidak mutlak, bisa diperlukan untuk dapat dipasang sampai paha kiri atau kanan





Kabel yang dihubungkan:
• Merah untuk lengan kanan (RA)
• Kuning untuk lengan kiri (LA)
• Hijau untuk tungkai kiri (LL)
• Hitam untuk tungkai kanan (RL): ground
Electrode dada (prekordial) terpasang
V1 : spatium interkostal (SIC) ke IV pinggir kanan sternum
V2 : SIC ke IV sebelah pinggir kiri sternum
V3 : ditengah diantara V2 dan V4
V4 : SIC ke V garis mid klavikula kiri
V5 : sejajar V4 garis aksilaris kiri
V6 : sejajar V6 garis mid aksilaris
V7 : sejajar V6 pada garis post aksilaris (jarang dipakai)
V8 : sejajar V7 garis ventrikel ujung scapula (jarang dipakai)
V9 : sejajar V8 pada kiri ventrikel (jarang dipakai)







Menghidupkan mesin EKG
Periksa kembali standarisasi EKG dengan:
• Kalibrasi milivolt akan memberikan gelombang setinggi 10 mm
• Kecepatan 25 mm per detik
Lakukan kalibrasi dengan menekan tombol start/run. Setelah kertas EkG bergerak, tekan tombol kalibrasi untuk memeriksa apakah gelombang EKG sesuai 10 mm/1 MV, dengan memindahkan lead selector buat perekaman EKG berturut-turut:
Lead ekstremitas : I,II,III, aVR, aVL, aVF
Lead prekordial: V1-V6
Standar lead ekstremitas:
Lead I: perbedaan potensial antara LA dan RA
Lead II : perbedaan potensial antara RA dan LL
Lead III: perbedaan potensial aantara LA dan LL
aVR : potensial dari lengan kanan terhadap
aVL : potensial dari lengan kiri terhadap
aVF potensial daari tungkai kiri terhadap
Cek List pemasangan EKG
1. Cek alat EKG dan kelengkapannya
2. Cuci tangan
3. Mengucapkan salam
4. Menjelaskan tujuan pemeriksaan
5. Menjelaskan langkah dan prosedur
6. Menanyakan kesiapan pasien
7. Menyalakan mesin EKG
8. Baringkan pasien dengan tenang di bed, tang dan kaki tidak bersentuhan
9. Astikan tidak ada alat elektronik dan logam lain yang bersentuhan dengan badan
10. Bersihkan dada, kedua pergelangan tangan dan kaki dengan kapas alcohol
11. Beri elekrtode ekstremitas dengan jelly
12. Pasang 4 elektrode ekstremitas dengan benar
13. Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi elektode V1-V6
14. Pasang electrode prekordial dengan benar
15. Rekam setiap lead setiap 3-4 beat (setelan otomatis)
16. Lepas electrode
17. Bersihkan tubuh pasien
18. Beritahu pasien perekaman sudah selesai
19. Matikan mesin EKG
20. Catat nama pasie, umur, jam dan tanggal pemeriksaan
21. Berskan alat











BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
• Mengukur tekanan darah secara benar sangatlah penting untuk mendiagnosis adanya hipertensi dan mengevaluasi respon pengobatan anti hipertensi.
• Denyut nadi (pulse) adalah getaran / denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung.
• Bunyi jantung I, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup mitral dan trikuspidal.
• Bunyi jantung II, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup aorta dan pulmonal.
• Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.













DAFTAR PUSTAKA
• http://solusiherbal.blogspot.com
• ^http://solusiherbal.blogspot.com/
• www.medikaholistik.com

No comments:

Post a Comment