Sunday, April 29, 2012

ASUHAN KEPERAWATAN VARISES


VENA VARIKOSA

1.      Pengertian
Varises adalah pemanjangan, berkelok-kelok dan pembesaran suatu vena. Vena varikosa ekstremitas bawah adalah kelainan yang sangat lazim, yang mengenai 15-20 % populasi dewasa (Sabiston 1994). Varises vena adalah distensi, dan  bentuk berlekuk-lekuk dari vena-vena superficial (safena) dari kaki (Engram B., 1999). Varises tungkai bawah adalah pemanjangan, berkelok-kelok, pembesaran suatu vena superficial, profunda dan kommmunikan pada titik Dodd (pertengahan paha), Byod (sebelah medial lutut) dan gastronemicus (tempat keluarnya vana saphena parva)

2.      Insiden
  1. Riwayat keluarga bisa didapatkan dalam sekitar 15% klien.
  2. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita (rasio wanita terhadap pria 5:1), dengan banyak wanita menentukan bahwa saat mulainya varices terlihat dan simtomatik pada waktu kehamilan.
  3. Umur > 37 tahun pada wanita
  4. Obesitas > 115% dari BBR (Berat Badan Relatif)
  5. Orthostatik (berdiri lama)

3.      Klasifikasi
Vena varikosa diklasifikasikan (Sabiston 1994):
  1. Vena varikosa primer, merupakan kelainan tersendiri vena superficial ekstremitas bawah
  2. Vena varikosa sekunder, merupakan manifestasi insufisiensi vena profunda dan disertai dengan beberapa stigmata insufisiensi vena kronis, mencakp edema, perubahan kulit, dermatitis stasis dan ulserasi.
Manifestasi klilnis (Puruhito, 1995) :
  1. varises truncal (stem varicosis)
  2. Varises retikularis
  3. Varises kapilaris
Gradasi keluhan klinis (Puruhito, 1995) :
a. stadium I                       : tak menentu
b. stadium II         : phleboectasia
c. Stadium III       : varises sesungguhnya, reversal blood-flow
d. Stadium IV       : ulcus varicosum, kelainan tropic, Kronik vanous Insufisiensi (CVI)

4.      Patofisiologi


 

vena ekstremitas bawah











kehilangan kompetensi katup.

Distensi terus-menerus dan lama

pembesaran dimensi tranversa dan longitudinal
(bertambah volumenya, venoli-venolimakin besar sampai ke vena cava)

berkelok-keloknya vena subkutis yang khas
pembendungan (vena superfisialis, vena profunda, system komunikan)









gambaran kosmetik dan simtomatik



Vena varikosa gramde I/II

Terapi konservatif :
1.  Obat venoruton
2.  Skleroterapi
3.  Lokal : antiphlogistikum/Zinc Zalf)
Vena varioksa grade III/Ulkus (IV)


Operasi Stripping/ekstraksi babcock


Preoperasi : (kecemasan, ketakutan)
Inoperasi   : Perubahan perfusi jaringan, risiko infeksi, hemorargi,
tromboplebitis
Postoperasi : risiko aspirasi, nyeri, risiko cedera, risiko hipotermia

Keterangan :
Distensi vena ekstremitas bawah yang berdinding relative tipis secara berlebihan , terus-menerus dan lama, menimbulkan pembesaran dimensi tranversa dan longitudinal. Pembesaran longitudinal mengakibatkan berkelok-keloknya vena subkutis yang khas, distensi transversa mengakibatkan pembendungan yang terlihat dan dapat dipalpasi yang bertanggung jawab untuk gambaran kosmetik dan simtomatik. Patofisiologi vena varikosa adalah kehilangan kompetensi katup.

5.      Pemeriksaan klinis (diagnostic)
Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan :
  1. Test trendelenberg
  2. Test myer
  3. Test perthes
  4. Test Doppler
  5. Radiologi (Phlebografi, morfometri, phlethysmografi)

6.      Terapi Dan Tindakan
6.1 Konservatif, simtomatik dan nonoperatif :
  1. Menghindari berdiri dalam waktu yang lama
  2. penurunan berat badan dan aktivitas otot seperti berjalan
  3. Penggunaan kaos penyokong ringan yang nyaman, Pemasangan stocking elastis yang pas karena  obliterasi vena superficial (vena safena mmana)
  4. KOnservatif :
a.       Obat Venoruton (Gol hydroxyl Rutoside) 600 mg/hari minimal 2 minggu
b.      Skleroterapi (tak dipakai lagi)
c.       Lokal antiphlogistikum (Zinc Zalf (Pasta LAssar)

6.2 Operatif :
Terapi bedah :
  1. Stripping vena saphena (V. shapena magna, v. saphena psotrior, dan v, saphena parva) dengan menggunakan alat stripper (vena dikeluarkan)
  2. Ligasi VV kommunikans yaitu tempat-tempat di mana diperiksa ada kebocoran, diikat dan dipotong.
  3. Ekstraksi (Babcock) dengan sayatan kecil-kecil vena-vena yang berkelok dicabut keluar.Ligasi, Stripping dan Ekstraski Babcock.

6.3 KOmbinasi

7.      Komplikasi
Komplikasi mencakup :
            Trauma pada nervus safenus dan suralis dengan diserta hiperestesia kulit
            Pembentukan hematoma subkutis dan kadang-kadang stripiing arteri tak sengaja

8.      Perawatan paska bedah
Ekstremitas harus ditinggikan selama 4-6 jam
Balutan penekan dipasang di kamar operasi seharisnya tetap dipakai selama 4-6 hari, dengan menggunakan balutan elastis (Balutan ACE)
24-48 jam paska bedah program ambulasi progresif seharusnya dimulai
KLien diijinkan berjalan beberpa menitper jam, meningkat bertahap tiap hari dan tetap terlentang dengan ekstremitas ditinggikan, bila sedang berjalan. Berdiri (tanpa jalan) dan duduk harus dihindari serta
stocking (stocking antiembolism) yang sesuai dengan kebiasaan harus dipakai delama beberapa bulan


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM VASKULER (VENA VARIKOSA)

II. Pengkajian Preoperasi
Pengkajian focus preoperative meliputi :
a.   Identitas
Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita (rasio wanita terhadap pria 5:1), dengan banyak wanita menentukan bahwa saat mulainya varices terlihat dan simtomatik pada waktu kehamilan.

b.  Alasan masuk rumah sakit
Kosmetik, gejala simtomatik lainnya seperti : kelelahan dan sensasi berat, kram, nyeri , odema, Perdarahan spontan/akibat trauma dan Hiperpigmentasi

c.   Riwayat penyakit
Profokatif, pemanjangan, berkelok-kelok dan pembesaran suatu vena
KUlaitatif, kuantitatif, semakin berat
Regio ekstremitas bawah (kedua kaki)
Severity, sakitnya mengganggu kosmetik dan aktivitas sehari-hari (kelelahan dan sensasi berat, kram, nyeri , odema)
Time, semakin hari semakin berat dan bertambah besar

d.  Riwayat atau factor-faktor resiko :
1.  kelemahan congenital/tidak adanya katup
2.  Pekerjaan yang nmengharuskan berdiri/duduk dalam waktu lama tanpa kontrasi otot intermettentrauma langsung ke katup vena perforantes
3.  kehamilan atau kelainan hormonal
4.  riwayat keluarga dengan varises vena

e.   pemenuhan pola kebutuhan sehari-hari :
1.  Persepsi
Perawat bertanggung jawab untuk menentukan pemahaman klien tentang infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi), yang kemudian diberitahukan kepada ahli bedah apaakah diperlukan informasi lebih banyak (Informed consent). Pengalaman pembedahan masa lalu dapat meningkatkan kenyamanan fisik dan psikis serta mencegah komplikasi.

2.  Status nutrisi
Secara langsung mempengaruhi respon pada trauma pembedahan dan anestesi. Sebelumnya  perlu masukan karbohidrat dan protein untuk  keseimbangan nitrogen negative. Puasa perlu dipersiapkan 8 jam sebelum operasi.

3.  Status cairan dan elektrolit
Klien dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit cendrung mengalami komplikasi syok, hipotensi, hipoksia dan distritmia baik intraoperasi dan paska operasi.

4.  Status emosi
Respon klien, keluarga dan orang terdekat pada tindakan pembedahan tergantung pengalaman masa lalu, strategi koping, system pendukung dan tingkat pembedahan. Kebanyakan klien yang mengantisipasi mengalami pembedahan dengan anssietas dan ketakutan.Ketidakpastian prosedur pembedahan menimbulkan ansietas, nyeri, insisi dan imobilisasi.

f.   Pemeriksaan fisik
Status lokalis :
1.          Dilatasi, lekuk-lekuk vena superfisialis pada kaki
2.          Keluhan sakit dangkal, kelelahan, kram, dan kaki berat, khsusnya setelah berdiri lama
3.          pigmentasi kecoklatan pada kulit
4.          bengkak, yang secara umum berkurang dengan peninggian tungkai

g.  Pemeriksaan diagnostik
1.  Venogram menunjukkan lokasi pasti dari varises kedua vena superficial dan dalam.
2.  Test  perfthes (klien berdiri sampai vena varikosa tampak dan digambar)

h.  Diagnosa keperawatan
1.  Praoperasi :
- Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),
2.  Inoperasi :
-  Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek sekunder dari ligasi dan pemotongan vena
-  Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena
3.  Paskaoperasi :
-  Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan skeresi sekunder intubasi
-  NYeri berhubungan dengan sekunder terhadap erauma pada jaringan dan saraf

II. perencanaan
1.  Praoperasi :
- Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalaman tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria :
-      KLien dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya
-      Klien tenang dan tidak gelisah

INTERVENSI
RASIONAL
1.  Ciptakan saling percaya
2.  Dorong pengungkapan masalah atau rasa cemas


3.  jawab pertanyaan yang berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan medis
4.  Selesaikan persiapan pasien sebelum masuk ke kamar operasi
5.  meminimalkan keributan di lingkungan
6.  Orientasikan pada ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan penyerapan)
7.  Pemantauan psikologis klien

8.  Tunjukkan perhatian dan sikap mendukung

9.  Beri penjelasan singkat tentang prosedur operasi


10.              Beri reinforcement terhadap pernyataan yang positif dan mendukung

1.   Dasar untuk menemukan dan pemcehan masalah.
2.   Perasaan cemas yang diungkapakan pada orang yang dipercaya akan memberikan dampak lega dan merasa aman.
3.   Pertanyaan yang dijawab dan dimengerti akan mengurangi rasa cemasnya.
4.   Persiapan yang matang dapat menengkan suasana lingkungan sebelum operasi.
5.   Lingkungan rebut memuat stress.
6.   Lingkungan yang dimengerti akan mendorong kenyamanan dan keamanan klien.
7.   Tingkat kecemasan intoleran akan mengganggu pelaksanaan operasi dan anestesi.
8.   Support system meningkatkan mekanisme koping klien dalam menghadapi masalah.
9.   Penjelasan tentang informaasi seputar bedah memberikan informasi yang positif dan pengalaman persiapan diri dalam pembedahan.
10.              Reinforcement meberikan dorongan system social untuk meningkatan koping mekanisme.
    1.  

4.  Intraoperasi :
-  Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek sekunder dari ligasi dan pemotongan vena
Tujuan : Perfusi jaringan normal/baik
Kriteria :
-      Penurunan edema
-      Ekstremitas hangat
-      Nadi pedalis dapat diraba



INTERVENSI
RASIONAL
1.  Pantau status neurovaskuler setiap 15 menit


2.  Observasi tanda-tanda vital


3.  Balance cairan


4.  pantau saturasi oksigen pada jaringan perifer

1.   Pencatatan perdarahan selama operasi < 250 cc, pulsasi nadi pedalis merupakan data pendukung tentang perfusi jaringan masih baik.
2.   Salah satu tanda penurunan pefusi jairngan menurun adalah tensi menurun, suhu akral dingin dan nadi meningkat.
3.   CAiran masuk dan perdarahan serta output lainnya perlu diperhiutngkan untuk memenuhi kebutuhan balance cairan
4.   Saturasi oksiegen > 95% menunjukkan perfusi jaringan perifer masih baik.


-  Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena
Tujuan : infeksi tidak terjadi
-          perdarahan dirawat
-          lapangan operasi bersih
INTERVENSI
RASIONAL
1.   Persiapan operasi secara seaseptik dan antiseptic


2.   DAsar doek operasi dilandasi dengan perlak, plastic atau bahan lain yang kedap air

3.   Perwatan darah (kasa steril/penyedot cairan atau darah)

4.   Tambahkan doek diatas doek yang penuh dengan perdarahan
1.  Aseptik merupakan cara untuk membuat ruang antikontminasi. Dan alat-alat bersih dan tak terkontaminasi, sehingga pajangan infeksi minimal.
2.  Darah dan rembsean darah merupakan media yang paling baik dalam perkembangan kuman atau bakteri
3.  Darah bekas insisi, lligasi dibersihkan untuk mencegah perdarahan yang tercecer, tromboplebitis.
4.  Penambahan doek untuk mencegah infeksi atau kontaminasi.

5.  Paskaoperasi :
-  Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan skeresi sekunder intubasi
Tujuan : tidak terjadi aspirasi
Kriteria :
-      Jalan nafas lancar
-      Tidak ada tanda-tanda syok
-      Sekresi tidak ada
-      Tanda-tanda vital normal (tensi 130/80, nadi 88 kali/menit, RR 16-20 kali/menit)

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Atur posisi klien tanpa bantal, ekstensi dan miring kanan/kiri


2.      Kaji ekstubasi jalan nafas dan aspirasi (muntahan atau lidakh tertekuk)
3.      Observasi Tanda-tanda vital

4.      Bersihkan jalan nafas dengan slem suction


5.      Oritentasi klien dengan menggunakan observasi aldert.

  1. Poisis ini untuk meluruskan jalan nafas sehingga pemenuhan akan oksigen terpenuhi dan jalan nafas bersih dan lancer
  2. Lidah tertekuk dan muntahan dapat menghambat/membuntui jalan nafas.
  3. Hipotensi, dyspneu dan apneu merupakan tanda terjadinya syok.
  4. Jalan nafas yang penuh dengan secret peru dihilangkan untuk jalan nafas spontan paska ekstubasi.
  5. Tingkat perkembangan paska anestesi dapat dilihat dari aktivitas, kesadaran, warna,


-  Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan saraf bekas operasi stripping
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria :
-          Klien tenang dan tidak menyeringai
-          Klien mengerti factor penyebabnya seperti yang telah dijelaskan pada preoperasi

INTERVENSI
RASIONAL
  1. Kaji jtingkat nyeri

  1. Atur posisi yang baik dan mengenakkan



  1. Anjurkan klien nafas panjang dan dalam


  1. Observasi luka paskaoperasi


  1. Terapi analgetik
  1. NYeri dapat diantisipasi klien secara individualisme dan penanganan yan berbeda
  2. Posisi kaki lebih tinggi dari badan 30o dapat mengurangi peningkatan penekanan pada jaringan yang rusak sehingga mengurangi nyeri.
  3. Nafas panjang dan dalam merelaksasi otot yang dioperasi dan terimobilisasi sehingga nyeri berkurang
  4. Perhatikan stuwing yang meningkat menghambat suplai oksigen sehingga nyeri bertambah.
  5. Analgetik merupakan obat anti nyeri yang bekerja secara sentral atau perifer/local.


III. Implementasi
Tindakan yang diberikan pada klien preoperasi, intraoperasi dan paska operasi berbeda-beda sesuai tingkat pengalaman pembedahan masa lalu, umur, jenis operasi serta koping mekanismenya, sehingga dalam penanganannya dari segi perawatan perlu dimodifikasi sesuai dengan masalah dan sumber pendukung dan pemecahan masalah.

IV. Evaluasi
Evaluasi ini dalam jangka waktu pendek yang dalam penanganannya dapat berupa masalah :
  1. dapat diatasi
  2. Dapat diatasi sebagian
  3. Tidak dapat diatasi/tidak berhasil



ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN Ny. B DENGAN GANGGUAN SISTEM VASKULER
(VARISES TRONCAL GRADE III SINESTRA DAN VARISES RETIKULARIS DEKSTRA)
KAMAR OPERASI LANTAI VI GBPT RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA

I.       PENGKAJIAN
A.    Identitas
Nama               : Ny. B
Umur               : 30 tahun
Jenis kelamin   : Perempuan
Agama             : Islam
Pekerjaan         : Karyawan PAbrik
Alamat            : Jl. Kunti RT ½ Ponorogo

B.     Keluhan utama
Varises pada kaki sejak 10 tahun yang lalu

C.     Riwayat keperawatan :
1.      Riwayat penyakit sebelumnya
Belum pernah menderita penyakit serius sehingga perlu opname hanya batuk, pilek dan panas biasa. Riwayat kehamilan sebelumnya pernah timbul varises tetapi masih kecil.
2.      Riwayat penyakit sekarang
Paliatif, Varises pada kaki kanan dan kiri
Kualitatif dan kuantitatif, kemeng-kemeng dan bertambah besar
Region, pada kaki kanan dan kiri
Severity, apabila berdiri varisesnya bertambah besar, kemeng, odema (-)
Time, keluhan ini mulai sejak 10 tahun yang lalu
3.      Riwayat keluarga
- Ibu dari keluarga klien pernah menderita varises kaki setelah melahirkan anak pertamanya.
- Klien sudah melahirkan anak pertama, selama hamil timbul varises tetapi masih kecil.

D. Psikososial
1. Body image
Perubahan gambaran tubuh terutama pada kaki kanan dan kiri dengan timbulnya varises yang kelihatannya kurang indah.
2. Harapan
Klien berharap agar kaki setelah dioperasi indah (kosmetik) dan keluhan sperti kemeng-kemeng hilang.
3. Spiritual
Agama islam, taat beribadah

E. Observasi dan pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Status gizi baik, kesadaran komposmentis, GCS 456, Penampilan terlentang,
2. Review of system
a. Sistem pernafasan,
Pernafasan spontan, Vesikuler, SImetris, Retraksi -/-, Rh -/-, Wh -/-, RR 20 kali/menit, reguler
b. system vaskuler
Tensi 120/70 mmHg, Nadi 88 kali/menit, suhu akral hangat, S1S2 tunggal normal
c. system persyarafan
Kesadaran komposmentis, orientasi baik.
d. system perkemihan
BAK Lancar.
e. system pencernaan
BU (+) Normal, Puasa (+)
f. system muskoloskletal dan integument
Status lokalis :
Distensi/Dilatasi, lekuk-lekuk vena superfisialis pada kaki kanan dan kiri, pigmentasi kecoklatan pada kulit
g. system reproduksi
Usia 30 tahun, anak 1.
F. Pemeriksaan penunjang
1. laboratorium
Hb                 : 12, 5 gr%
HCT              : 35
Leukosit        : 4.500
Erytrosit        : 4.120.000
Diff count     : -/-/-/-/55/45/-
LED              : 30
Tromb.           : 17,1
PPT               : 11,7
APTT                        : 30,6
BUN             : 5
Serum kreatinin: 0,85
SGOT                        : 28
SGPT                        : 23
2.  Radiologi
Thorax PA dbN
3.  Test  Perthes
Hasil test perthes positif.


G.    Analisa data
TGL
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
14-01-02
Preoperasi :
DATA SUBYEKTIF
-       KLien mengatakan bahwa ini yang pengalaman pertama saya unutk menjalani operasi
-       Klien mengatakan ini adalah upaya akhir yang harus ditempuh dari berbagai usaha sebelumnya dengan perawatan jalan walaupun timbul perasaan cemas tentang operasi dan kemungkinannya
-       Klien pernah diberi penjelasan tentang operasinya di Poli dan ruangan
DATA OBYEKTIF
-       Klien agak tegang dan sedikit gelisah saat dilakukan pengkajian di groun (transverum)
-       Klien banyak bertanya
-       Tensi 120/80, nadi 88 kali/menit
-       Rencana operasi stripping dan ekstraksi Babcock pada ronde pertama

Intra operasi
DATA SUBYEKTIF
-
DATA OBYEKTIF
-           operasi dilakukan mulai jam 08.00 WIB
-           perdarahan samapa dengan jam 10.00 WIB kurang lebih 100 cc
-           Insisi di 5 tempat pada kaki kiri dan 5 pada kaki kanan



DATA SUBYEKTIF
-
DATA OBYEKTIF
-           operasi dilakukan mulai jam 08.00 WIB
-           perdarahan samapa dengan jam 10.00 WIB kurang lebih 100 cc
-           Insisi di 5 tempat pada kaki kiri dan 5 pada kaki kanan
-           Perdarahan banyak berada diatas doek tempat operasi yang belum dialasi dengan perlak, plastic/bahan kedap air







Paska operasi :
DATA SUBYEKTIF
-
DATA OBYEKTIF
-      Kesadaran samnolen
-      Paska anestesi (opersi selesai jam 10.20 WIB dengan general anestes)
-      Paska ekstubasi
-      Pernafasan dibantu dengan maskes 6 liter permenit
-      Posisi terlentanmg dengan sedikit ekstensi

DATA SUBYEKTIF
-      KLien merintik kesakitan setelah sadar

DATA OBYEKTIF
-      Paska operasi stripping, ligasi dan ekstraksi Babcock
-      Operasi mulai jam 08.00-10.20 WIB
-      Bekas isnsi sebanyak 1o tempat
-      Perdarahan minimal ngrembes

Situasi kritis pre operatif dan lingkungan yang baru


 

Kurang pengetahuan dan informasi tentang operasi , orientasi lingkungan


Mekanisme koping kurang adekuat

Perasaan cemas dan takut








Operasi stripping, ekstraksi Babcock, insisi


 


Perdarahan


Suplai oksigen dan nutrisi  kurang adekuat

Perfusi jaringan menurun

Operasi stripping, ekstraksi Babcock, insisi


 


Perdarahan


darah terpapar di doek


transfer infeksi lewat darah/biakan baik utnuk kuman/bakteri


infeksi


Paska operasi dengan general anestesi


 


Kesadaran menurun


aspirasi




Paska operasi


 


Efek pembiusan masa kerjanya habis


Respon saraf meningkat

nyeri

Ansietas ringan

















Perfusi jaringan










infeksi

















aspirasi











nyeri














H.Diagnosa keperawatan
1.      Praoperasi :
-          Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),
2.      Intraoperasi :
-          Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek sekunder dari ligasi dan pemotongan vena
-          Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena
3.      Paskaoperasi :
-          Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan skeresi sekunder intubasi
-          NYeri berhubungan dengan sekunder terhadap erauma pada jaringan dan saraf

II.    PERENCANAAN
1.      Praoperasi :
- Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria :
-      KLien dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya
-      Klien tenang dan tidak gelisah
-      Tanda-tanda vital dalam batas normal

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Ciptakan saling percaya

2.      Dorong pengungkapan masalah atau rasa cemas


3.      jawab pertanyaan yang berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan medis
4.      Selesaikan persiapan pasien sebelum masuk ke kamar operasi

5.      meminimalkan keributan di lingkungan
6.      Orientasikan pada ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan penyerapan) :
-          orietnasi ruangan
-          orientasi personil operasi
-          oritentasi prosedur operasi
7.      Pemantauan psikologis klien


8.      Tunjukkan perhatian dan sikap mendukung


9.      Beri penjelasan singkat tentang prosedur operasi


10.  Beri reinforcement terhadap pernyataan yang positif dan mendukung

  1. Dasar untuk menemukan dan pemcehan masalah.
  2. Perasaan cemas yang diungkapakan pada orang yang dipercaya akan memberikan dampak lega dan merasa aman.
  3. Pertanyaan yang dijawab dan dimengerti akan mengurangi rasa cemasnya.

  1. Persiapan yang matang dapat menengkan suasana lingkungan sebelum operasi.
  2. Lingkungan rebut memuat stress.
  3. Lingkungan yang dimengerti akan mendorong kenyamanan dan keamanan klien.


  1. Tingkat kecemasan intoleran akan mengganggu pelaksanaan operasi dan anestesi.
  2. Support system meningkatkan mekanisme koping klien dalam menghadapi masalah.
  3. Penjelasan tentang informaasi seputar bedah memberikan informasi yang positif dan pengalaman persiapan diri dalam pembedahan.
  4. Reinforcement meberikan dorongan system social untuk meningkatan koping mekanisme.


2.      Intraoperasi :
a.       Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek sekunder dari ligasi dan pemotongan vena
Tujuan : Perfusi jaringan normal/baik
Kriteria :
-          Penurunan edema
-          Ekstremitas hangat
-          Nadi pedalis dapat diraba

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Pantau status neurovaskuler setiap 15 menit



2.      Observasi tanda-tanda vital tiap 15 menit


3.      Balance cairan


5.       pantau saturasi oksigen pada jaringan perifer


1.  Pencatatan perdarahan selama operasi < 250 cc, pulsasi nadi pedalis merupakan data pendukung tentang perfusi jaringan masih baik.
2.  Salah satu tanda penurunan pefusi jairngan menurun adalah tensi menurun, suhu akral dingin dan nadi meningkat.
3.   CAiran masuk dan perdarahan serta output lainnya perlu diperhiutngkan untuk memenuhi kebutuhan balance cairan
4.   Saturasi oksiegen > 95% menunjukkan perfusi jaringan perifer masih baik.


b.      Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria :
-          perdarahan dirawat
-          Lapangan operasi bersih
-          Infeksi nosokomial atau kontaminasi tidak terjadi
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Persiapan operasi secara seaseptik dan antiseptic


2.      DAsar doek operasi dilandasi dengan perlak, plastic atau bahan lain yang kedap air

3.   Perwatan darah (kasa steril/penyedot cairan atau darah)

4.   Tambahkan doek diatas doek yang penuh dengan perdarahan
1.      Aseptik merupakan cara untuk membuat ruang antikontminasi. Dan alat-alat bersih dan tak terkontaminasi, sehingga pajangan infeksi minimal.
2.      Darah dan rembsean darah merupakan media yang paling baik dalam perkembangan kuman atau bakteri
3.  Darah bekas insisi, lligasi dibersihkan untuk mencegah perdarahan yang tercecer, tromboplebitis.
4.  Penambahan doek untuk mencegah infeksi atau kontaminasi.

4.      Paskaoperasi :
a.       Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan skeresi sekunder intubasi
Tujuan : tidak terjadi aspirasi
Kriteria :
-          Jalan nafas lancer
-          Tidak ada tanda-tanda syok
-          Sekresi tidak ada
-          Tanda-tanda vital normal (tensi 130/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, RR 16-20 kali/menit)

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Atur posisi klien tanpa bantal, ekstensi dan miring kanan/kiri


2.      Kaji ekstubasi jalan nafas dan aspirasi (muntahan atau lidakh tertekuk)
3.      Observasi Tanda-tanda vital

4.      Bersihkan jalan nafas dengan slem suction


5.      Oritentasi klien dengan menggunakan observasi aldert.

1. Poisis ini untuk meluruskan jalan nafas sehingga pemenuhan akan oksigen terpenuhi dan jalan nafas bersih dan lancer
2. Lidah tertekuk dan muntahan dapat menghambat/membuntui jalan nafas.
3.      Hipotensi, dyspneu dan apneu merupakan tanda terjadinya syok.
4.      Jalan nafas yang penuh dengan secret peru dihilangkan untuk jalan nafas spontan paska ekstubasi.
5.      Tingkat perkembangan paska anestesi dapat dilihat dari aktivitas, kesadaran, warna,





b.      Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan saraf bekas operasi stripping
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria :
-          Klien tenang dan tidak menyeringai
-          Klien mengerti factor penyebabnya seperti yang telah dijelaskan pada preoperasi

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji jtingkat nyeri

2.      Atur posisi yang baik dan mengenakkan



3.      Anjurkan klien nafas panjang dan dalam


4.      Observasi luka paskaoperasi


5.      Terapi analgetik
1.       Nyeri dapat diantisipasi klien secara individualisme dan penanganan yan berbeda
2.       Posisi kaki lebih tinggi dari badan 30o dapat mengurangi peningkatan penekanan pada jaringan yang rusak sehingga mengurangi nyeri.
3.       Nafas panjang dan dalam merelaksasi otot yang dioperasi dan terimobilisasi sehingga nyeri berkurang
4.      Perhatikan stuwing yang meningkat menghambat suplai oksigen sehingga nyeri bertambah.
5.      Analgetik merupakan obat anti nyeri yang bekerja secara sentral atau perifer/local.

III.     IMPLEMENTASI
TGL/
JAM
DX
IMPLEMENTASI
TTD
14-01-
2002
1


































2
















3


Preoperasi :
1.       Menciptakan komunikasi terapeutik antara perawat-klien dan hubungan  saling percaya, menguatkan kontrak dalam membantu klien selama sebelum, selama dan setelah operasi
2.      Memberi kesempatan dan mendorong kien untuk mengungkapkan masalah atau rasa cemas sehuungan dengan akan dilakukannya operasi
3.      Memberi jawaban atas  pertanyaan yang berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan medis dalam persiapan preoperasi dan tindakannya (seperti pemasangan infuse NS 20 tetes/menit, premedikasi (suntikan sebelum masuk kamar operasi): - Dormicum 5 mg, atropine sulfat dan morfin sesuai dengan anjuran/instruksi dokter anestesi)
4.      Menyelesaikan persiapan pasien sebelum masuk ke kamar operasi di ground  :
-          Informent concent dan tanda tangan persetujuan
-          Mengganti baju dengan baju OK GBPT beserta selimutnya
-          Memindahkan klien dari berangkart ruangan ke berangkart OK
-          Membawa klien ke lantai VI untuk persiapan lebih lanjut
5.      Meminimalkan keributan di lingkungan dengan membatasi keluarga yang mengantarkan
6.      Melakukan orientasikan klien pada ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan penyerapan) :
-          orientasi ruangan
-          orientasi personil operasi (Operator, pembantu operator, dokter anestesi (pembiusan) pemegang alat, perlengkapan yang merupakan satu tim)
-          oritentasi prosedur operasi (sebelum masuk perlu disuntikkan suntikan praoperasi, masuk kamar dibius dan dilakukan operasi seprti yang telah dijelaskan diawal)
-          Pemantauan psikologis klien (memantapkan kesiapna klien)
6.       Menunjukkan perhatian dan sikap mendukung dalam pelaksanaan operasi sampai berakhir
7.       Memberi penjelasan singkat tentang prosedur operasi dan memberi reward terhadap pernyataan positif dan kesanggupan dan ketabahan dalam menghadapi operasi nantinya.



Intraoperasi :
a.       Perfusi jaringan
1.      Memantau status neurovaskuler setiap 15 menit dengan melihat hasil sandapan monitor tensi 110/70 mmHg, nadi 76 kali/menit, saturasi oksigen 100 %
2.      Memonitor balance cairan dengan mengobservasi pemberian infuse NS 2 flesh dengan perdarahan yang terjadi selama operasi.


b. Risiko infeksi
1.      Mempersiapkan kamar operasi secara aseptic  dan instrument secara antiseptic (steril) sesuai dengan tempat dan keperluannya.
2.      Melakukan perawatan luka dengan kasa steril/depress dan penyedot darah (kasa steril/penyedot cairan atau darah)
3.      Menambahkan doek diatas doek yang penuh dengan perdarahan



Paska operasi
a.       Risiko aspirasi
1.       Mengkaji tingkat kesiapan klien paska ekstubasi dan mengobservasi lidah jatuh atau muntahan
2.       Mengobservasi tanda-tanda vital RR 16 kali/menit
3.       Mengatur posisi klien dengan posisi terlentang dengan ekstensi (Chint lif)/jaw trust
4.       Mengkaji jalan nafas dan bebaskan jalan nafas dari secret dengan slem suction
5.       Mengantarkan klien ke RR lantai 3
6.       Mengatur  posisi klien tanpa bantal, ekstensi dan miring kanan/kiri
7.       Mengobservasi skor pemulihan paska anestesi (Aldrete : warna , pernafasan, sirkulasi, kesadaran, dan aktivitas)

b.      Nyeri.
1.      Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
2.      Mengatur posisi klien dengan kaki lebih tinggi dari badan sebesar 30 o
3.      Menganjurkan klien untuk latihan nafas dalam dan panjang
4.      Mengobservasi kondisi sekitar luka operasi observasi tanda pulsasi, parese
5.      Melakukan kolaborasi dalam pemeberian analgetik (toradol 10 mg Iv)




IV EVALUASI

TANGGAL/
JAM
DX
EVALUASI
14-O1-02
jam 07.20









Jam 10.20

1










2a







2b






3a










3b





S
Klien mengatakan saya harus pasrah karena ini jalan satu-satunya untuk memnuhi harapan saya agar kaki saya cantik kembali
Klien sudah berdoa dan mendapatkan support dari suami dan keluarganya
Klien mengatakan apa yang akan dilakukan selama operasi saya pasrah dan percaya akan kerja dari tim operasinya
O
Klien dengan tenang mengatakan pernyataan tersebut
A
Masalah sudah teratasi

S
O
SUhu akral masih hangat,  tensi 109/76 mmHg, nadi 76 x/mnt, RR 16 kali/menit
Perdarahan minimal 150 cc sampai operasi selesai jam 10.20 WIB
A.
Masalah tak terjadi


S
O
Perdarahan di rawat
Doek yang berlumur darah ditambah yang bersih
A.
Masalah tak terjadi

S
Klien menjawab respon dari perawat walaupun dengan kata yang belum jelas
O
Kesdaran menurun
Samnolen
Paska anestesi 20 menit paska operasi
Penilaian pemulihan (Aldrtete) warna 2, pernafasan 2, sirkulasi 2, kesadaran 1, aktivitas 1= 8
Tidak muntah, pernafasan spontan, jalan nafas bersih
AMasalah tak terjadi

S
Klien mengeluh nyeri tetapi tidak terlalu sakit
O
Masa pembiusan sudah mulai berkurang
A
Masalah belum tertasi sebagian
P
Lanjutkan
I
Mengatur posisi kaki lebih tinggi dari badan 30o
Injeksi toradol 10 mg/IV


LAPARATOMI


LAPARATOMI

Pengertian
Pembedahan perut sampai membuka selaput perut.
Ada 4 cara, yaitu;
1.      Midline incision
2.      Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
3.      Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas,misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4.      Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendictomy.

Indikasi
1.      Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
2.      Peritonitis
3.      Perdarahan saluran pencernaan.
4.      Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5.      Masa pada abdomen


Komplikasi
1.      Ventilasi paru tidak adekuat
2.      Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung.
3.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4.      Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

Latihan-latihan fisik
Latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi.


POST  LAPARATOMI
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.

Tujuan perawatan post laparatomi;
1.      Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
2.      Mempercepat penyembuhan.
3.      Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
4.      Mempertahankan konsep diri pasien.
5.      Mempersiapkan pasien pulang.

Komplikasi post laparatomi;
1.      Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien sebelum mencoba ambulatif.

2.      Buruknya intergriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan.
Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.

3.      Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka.
Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi.
Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.


Proses penyembuhan luka
·         Fase pertama
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak / rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.

·         Fase kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.

·         Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.

·         Fase keempat
Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.



Intervensi untuk meningkatkan penyembuhan
1.      Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin c.
2.      Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.
3.      Pencegahan infeksi.

Pengembalian Fungsi fisik.
Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektf, latihan mobilisasi dini.

Mempertahankan konsep diri.
Gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post laparatomy karena adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan. Intervensi perawatan terutama ditujukan pada pemberian support psikologis, ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi.

Pengkajian
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah;
1.      Respiratory
·         Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.

2.      Sirkulasi
·         Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
3.      Persarafan : Tingkat kesadaran.
4.      Balutan
·         Apakah ada tube, drainage ?
·         Apakah ada tanda-tanda infeksi?
·         Bagaimana penyembuhan luka ?

5.      Peralatan
·         Monitor yang terpasang.
·         Cairan infus atau transfusi.
6.      Rasa nyaman
·         Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.
7.      Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi.

Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di abdomen.
2.      Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.
3.      Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.

Kriteria Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah perawatan pasien post operasi, meliputi;
1.      Tidak timbul nyeri luka selama penyembuhan.
2.      Luka insisi normal tanpa infeksi.
3.      Tidak timbul komplikasi.
4.      Pola eliminasi lancar.
5.      Pasien tetap dalam tingkat optimal tanpa cacat.
6.      Kehilangan berat badan minimal atau tetap normal.
7.      Sebelum pulang, pasien mengetahui tentang :
·         Pengobatan lanjutan.
·         Jenis obat yang diberikan.
·         Diet.
·         Batas kegiatan dan rencana kegiatan di rumah.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI

Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company. Philadelphia. 1984.

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.

PENATALAKSANAAN PERAWATAN
Assesment
Pengkajian ini meliputi obyektif dan subyektif.
1.      Data subyektif meliputi;
·         Nyeri yang sangat pada daerah perut.

2.      Data obyektif meliputi :
·         Napas dangkal
·         Tensi turun
·         Nadi lebih cepat
·         Abdomen tegang
·         Defense muskuler positif
·         Berkeringat
·         Bunyi usus hilang
·         Pekak hati hilang

Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di abdomen.
2.      Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.
3.      Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.

Hasil yang diharapkan
1.      Pasien akan tetap merasa nyaman.
2.      Pasien akan tetap mempertahankan kesterilan luka operasinya.
3.      Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Tindakan keperawatan (intevensi keperawatan) pre operatif :
1.      Pertahankan pasien untuk bedrest sampai diagnosa benar-benar sudah ditegakkan.
2.      Tidak memberikan apapun melaui mulut dan beritahukan pasien untuk tidak makan dan minum.
3.      Monitoring cairan intra vena bila diberikan.
4.      Mencatat intake dan output.
5.      Posisi pasien seenak mungkin.
6.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan.
7.      Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi selesai.
8.      Monitoring tanda-tanda vital.

Tindakan keperawatan post operasi:
1.      Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output
2.      Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.
3.      Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai drain tercabut.
4.      Perawatan luka operasi secara steril.

Evaluasi
1.      Tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :
·         Suhu tubuh normal
·         Nada normal
·         Perut tidak kembung
·         Peristaltik usus normal
·         Flatus positif
·         Bowel movement positif
2.      Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.
3.      Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi.
4.      Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.
5.      Luka operasi baik.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI

Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company. Philadelphia. 1984.

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.

KISTA COLEDOCAL


KISTA COLEDOCAL

Patofisiologi
Ada berbagai penjelasan dan klasifikasi kista coledocal berdasarkan pada lokasi dan anatomi. Klasifikasi yang paling membantu dibuat oleh Todani yang dimodifikasi dari klasifikasi yang disusun oleh Alonsolej. Jenis pertama ditandai oleh adanya penggabungan (fusiformis) dilatasi duktus bilier tempat duktus kista masuk (paling lazim). Kista coledocal dianggap merupakan gambaran awal dari kelainan sistem bilier pankretikus. Beberapa keadaan yang sering berkaitan dengan kista coledocal  adalah keadaan jungta anomali duktus pankreatikus dan duktus bilier besar, stenosis duktus bilier bagian distal, dilatasi duktus intra hepatik. Ketidaknormalan histologi duktus bilier besar dan ketidaknormalan histologi hepar dari normal sampai sirosis hepatis. Gambaran-gambaran ini terjadi dalam beberapa tahapan dan kombinasi perubahan anatomi dan malformasi.

Etiologi
Penyebab kista coledocal masih diperdebatkan. Salah satu penjelasan yang dapat diterima dan dijelaskan oleh Babbit. Ia menyatakan adanya pertautan antara duktus bilier pakreatikus secara tidak normal dengan pembentukan suatu “saluran” kemana sekresi enzim pankreas dikeluarkan akibat dinding duktus bilier menjadi rapuh oleh adanya pengerusakan enzim secara bertahap yang menyebabkan dilatasi, peradangan dan akhirnya terbentuklah kista. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua kasus kista coledocal menunjukkan terbentuknya “saluran”.
Kista coledocal lebih lazim terjadi pada wanita dari pada pria (4 : 1). Gejala yang lazim disebut classic symptom compleks diuraikan pada manifestasi klinik.

Manifestasi Klinik
Perawat penting mengetahui manifestasi klinik dari kista coledocal, dimana informasi diperoleh saat melakukan pengkajian.
Tanda-tanda yang umum kista coledocal yang disebut clssic sympton copleks meliputi nyeri, adanya massa, kuning yang dialami kurang dari setengah penderita. Tanda yang lebih sering nampak adalah nyeri abdomen yang sering kambuh setelah beberapa bulan atau tahun. Biasanya hanya sedikit yang menunjukan penyakit kuning. Apabila kondisi tetap berlangsung , dapat terjadi colangitis, serosis dan hipertensi portal.

Test diagnostik
Kista coledocal pada bayi atau janin dapat dideteksi dengan ultrasonik maternal antenatal. Pada orang dewasa dilakukan ultrasonografi dan computerized axial tomografi. Endoscopic retrogrde echolangiospancreatography (ERCP) dilakukan pada pasien bila hasil prosedur noninfasiv kurang jelas.

Diagnosa Keperawatan
Menurut Spark (1991), diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan kista coledocal adalah :
1.      Nyeri
2.      Gangguan kosep diri
3.      Perubahan nutrisi
4.      Gangguan pertukaran gas  

Intervensi
1.      Intervensi Medis
Tindakan pembedahan meliputi drainage internal melalui systerectomy dan eksisi. Angka morbiditas dari tindakan ini cukup tinggi. Dinding kista terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi selaput lendir. Kejadian yang tidak diharapkan adalah terjadinya obstruksi jaringan parut. Selanjutnya kista jaringan ikat tidak dapat kontraksi setelah drainase.
Morbiditas dapat pula disebabka oleh stasis bilier. Resiko lain adalah berkembangnya maligna akibat retensi kista. Untuk ini maka dianjurkan dilakukan reseksi kista.

Reseksi yang sukses memerlukan tindakan diseksi melingkar dengan memasukan plane antara kista dan vena porta sehingga memudahkan pengangkatan. Pada prosedur ini dapat terjadi cedera pada duktus pankreas. Prosedur alternatif lain dapat dilakukan bila secara anatomis porta terdesak oleh peradangan.

2.      Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan mengatasi masalah yang dijelaskan pada diagnosa kperawatan serta diarahkan untuk mencegah cedera. Secara umum tindakan keperawatan antara lain :
·         Mengurangi rasa nyeri
·         Membantu pasien untuk memulihkan konsep dirinya, menghadapi dan menerima realita serta mengembangkan pola pemecahan masalah.
·         Mencukupi kebutuhan nutrisi.
·         Mencukupi kebutuhan pertukaran gas.

DAFTAR PUSTAKA

Schwartz, Shires, Spenes, Principles of Surgery, Fith Ed. Mc. Graw Hill Book Co. 1988.
Sheila M. Sparks, Nursing Diagnosis Reference Man