Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Pada keadaan sakit klien tidak dapat menggunakan toilet dan tidak memiliki program yang teratur, lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas.
Untuk menangani masalah eliminasi terutama pada defekasi perawat harus memahami dan mengerti proses eliminasi yang mana salah satunya dapat dilakukan dengan Enema.
Perawat memahami standar operasional pemberian enema, tujuan, manfaat, indikasi, dan kontraindikasi.
Definisi.
Enema adalah tindakan memasukkan cairan kedalam rectum dan kolon melalui lubang anus.
Tujuan.
Tindakan enema diberikan dengan tujuan untuk mengeluarkan feses dan flatus.
Manfaat.
Tindakan ini dapat digunakan sebagi:
1. Pertimbangan medis sebagai metoda pengosongan feces dengan segera dari kolon, seperti: tindakan pre operasi, konstipasi, toilet training pada akan-anak dengan encopresis.
2. Terapi alternative bidang kesehatan seperti merangsang kontraksi prenatal.
3. Rangsangan seksual.
Pada perkembangannya penggunaan enema saat ini jauh lebih spesifik dari masa awal keberadaannya.
LANDASAN TEORI
Pada bagian ini akan dijelaskan latar belakang, tujuan dan manfaat tindakan, indikasi dan kontra indikasi tindakan enema.
Latar belakang
Pada permulaannya tindakan enema dikenal dengan nama Clyster (abad ke 17 M) menggunakan clyster syringe yang terdiri dari tabung syrine, pipa anus dan batang pendorong. Clyster digunakan sejak abad ke 17 (atau sebelumnya) hingga abad ke 19, kemudian digantikan dengan syringe balon, bocks, dan kantong.
Pada awal era modern Francis Mauriceau dalam The Diseases of Women with Child mencatat para bidan memberikan enema pada wanita hamil menjelang melahirkan.
Pada abad ke 20, enema digunakan secara luas di negara tertentu seperti amerika serikat; saat itu enema merupakan ide yang sangat baik untuk cuci kolon pada kasus fever, menjelang partus dengan tujuan untuk mengurangi keluarnya feces saat partus. Beberapa kontroversi diperdebatkan penggunaan enema untuk mempercepat proses melahirkan dengan menstimulasi terjadinya kontrkasi, pada akhirnya enema dengan tujuan ini dilarang karena para obstetrik menggunakan oxytocin sebagai penggantinya selain dikarenakan para ibu hamil merasa tidak nyaman dengan tindakan enema ini.
Pada masa John Donne Elegy XVIII, pada masa itu kaum pria menyalahgunakan tindakan enema dengan melukai selaput dara pengantin wanita menggunakan clyster.
Clyster juga tercatat pada periode sado-masochistic, pada masa itu mereka menggunakan enema sebagai tindakan disipliner. Khususnya wanita dihukum menggunakan clyster berukuran besar untuk periode tertentu, sebagai contoh ditemukan dalam The Prussian Girl oleh P.N Dedeaux.
Clyster merupakan pengobatan yang banyak digemari oleh orang berada dan terhormat di dunia barat hingga abad ke 19.
William Laighton dari Portsmouth, New Hampshire merupakan orang pertama yang mendapat hak paten untuk kursi enema pada 8 agustus 1846.
Hingga kini berbagai inovasi bentuk enema dan jenis enema dibuat dengan tujuan untuk mempermudah dalam cara pemberian, faktor kenyamanan dan simpel.
Tujuan
Enema dilakukan untuk mengobati penyakit ringan seperti sakit perut, kembung; namun pada perkembangannya digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda seperti telah diuraikan dalam sejarah dilakukannya tindakan ini. Pada akhirnya setelah ilmu pengetahuan medis berkembang dengan adanya penelitian dan ditemukannya berbagai peralatan medis, penggunaan enema saat ini jauh lebih spesifik dari masa awal keberadaannya.
Manfaat
• Merangsang gerakan usus besar, berbeda dengan laxative. Perbedaan utama terletak pada cara penggunaannya, laxative biasanya diberikan per oral sedangkan enema diberikan langsung ke rectum hingga kolon. Setelah seluruh dosis enema hingga ambang batas daya tampung rongga kolon diberikan, pasien akan buang air bersamaan dengan keluarnya cairan enema ke dalam bedpan atau di toilet. , larutan garam isotonik sangat sedikit mengiritasi rektum dan kolon, mempunyai konsentrasi gradien yang netral. Larutan ini tidak menarik elektrilit dari tubuh – seperti jika menggunakan air biasa – dan larutan ini tidak masuk ke membran kolon – seperti pada penggunaan phosphat. Dengan demikian larutan ini bisa digunakan untuk enema dengan waktu retensi yang lama, seperti melembutkan feses pada kasus fecal impaction.
• Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy. Untuk kenyamanan dan mengharapkan kecepatan proses tindakan enema dapat diberikan disposibel enema dengan konsentrasi lebih kental berbahan dasar air yg berisikan sodium phospat atau sodium bikarbonat.
• Sebagai jalan alternatif pemberian obat. Hal ini dilakukan bila pemberian obat per oral tidak memungkinkan, seperti pemberian antiemetik untuk mengurangi rasa mual, beberapa anti angiogenik lebih baik diberikan tanpa melalui saluran pencernaan , pemberian obat kanker, arthritis, pada orang lanjut usia yang telah mengalami penurunan fungsi organ pencernaan, menghilangkan iritable bowel syndrome menggunakan cayenne pepper untuk squelch iritasi pada kolon dan rectum dan untuk tujuan hidrasi.
• Pemberian obat topikal seperti kortikosteroid dan mesalazine yang digunakan untuk mengobati peradangan usus besar.
• Pemeriksaan radiologi seperti pemberian barium enema. Enema berisi barium sulphat , pembilasan dengan air atau saline dilakukan setelah selesai dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi normal dari kolon tanpa komplikasi berupa konstipasi akibat pemberian barium sulphat.
INDIKASI
1. Konstipasi
Konstipasi berhubungan dengan jalur pembuangan yang kecil, kering, kotoran yang keras, atau tidak lewatnya kotoran di usus untuk beberapa waktu. Ini terjadi karena pergerakan feses melalui usus besar lambat dimana reabsorbsi cairan terjadi di usus besar. Konstipasi berhubungan dengan pengosongan kotoran yang sulit dan meningkatnya usaha atau tegangan dari otot-otot volunter pada proses defekasi.
Ada banyak penyebab konstipasi :
1. Kebiasaan buang air besar (b.a.b) yang tidak teratur
Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan b.a.b yang tidak teratur. Refleks defekasi yagn normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi hilang.
Anak pada masa bermain biasa mengabaikan refleks-refleks ini; orang dewasa mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan.
Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air besar karena malu menggunakan bedpan atau karena proses defekasi yang sangat tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan b.a.b teratur dalam kehidupan.
2. Penggunaan laxative yang berlebihan
Laxative sering digunakan untuk menghilangkan ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan laxative yang berlebihan mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan keinginan b.a.b – refleks pada proses defekasi yang alami dihambat. Kebiasaan pengguna laxative bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang dengan penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).
3. Peningkatan stres psikologis
Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan adanya periode pertukaran antara diare dan konstipasi.
4. Ketidaksesuaian diet
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses menghasilkan produks ampas sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.
5. Obat-obatan
Banyak obat-obatan dengan efek samping berupa konstipasi. Beberapa di antaranya seperti ; morfiin, codein, sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan antikolinergik, melambatkan pergerakan kolon melalui kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Penyebab lainnya seperti: zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang.
6. Latihan yang tidak cukup
Pada klien dengan masa rawat inap yang lama, otot secara umum akan melemah, termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses defekasi. Kurangnya latihan secara tidak langsung dihubungkan dengan berkurangnya nafsu makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat yang penting untuk merangsang refleks pada proses defekasi.
7. Umur
Pada manula, otot-otot dan tonus spinkter semakin melemah turut berperan sebagai penyebab punurunan kemampuan defekasi.
8. Proses penyakit
Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa di antaranya obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan dengan hemorhoid, yang membuat orang menghindari defekasi; paralisis, yang menghambat kemampuan klien untuk buang air besar; terjadinya peradangan pelvik yang menghasilkan paralisis atau atoni pada usus.
Konstipasi bisa jadi beresiko pada klien, regangan ketika b.a.b dapat menyebabkan stres pada abdomen atau luka pada perineum (post operasi); Ruptur dapat terjadi jika tekanan saat defekasi cukup besar. Ditambah lagi peregangan sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini dapat menyebabkan masalah serius pada orang dengan sakit jantung, trauma otak, atau penyakit pada pernapasan. Tertahannya napas meningkatkan tekanan intra torakal dan intrakranial. Pada kondisi tertentu, tekanan ini dapat dikurangi jika seseorang mengeluarkan napas melalui mulut ketika mengejan/regangan terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan merupakan pencegahan yang terbaik.
2. Impaksi Feses (tertahannya feses)
Impaksi feses dapat didefenisikan sebagai suatu massa atau kumpulan yang mengeras, feses seperti dempul pada lipatan rektum. Impaksi terjadi pada retensi yang lama dan akumulasi dari bahan-bahan feses. Pada impaksi yang gawat feses terkumpul dan ada di dalam colon sigmoid. Impaksi feses ditandai dengan adanya diare dan kotoran yang tidak normal. Cairan merembes keluar feses sekeliling dari massa yang tertahan. Impaksi dapat juga dinilai dengan pemeriksaan digital pada rektum, selama impaksi massa yang mengeras sering juga dapat dipalpasi.
Diare yang bersama dengan konstipasi, termasuk gejala yang sering tetapi tidak ada keinginan untuk defekasi dan nyeri pada rektum. Hadirnya tanda-tanda umum dari terjadinya penyakit ; klien menjadi anoreksia, abdomen menjadi tegang dan bisa juga terjadi muntah.
Penyebab dari impaksi feses biasanya kebiasaan buang air besar yang jarang dan konstipasi. Obat-obat tertentu juga berperan serta pada impaksi. Barium digunakan pada pemeriksaan radiologi pada saluran gastrointestinal bagian atas dan bawah dapat menjadi faktor penyebab, sehingga setelah pemeriksaan ini hasil pengukuran diperoleh untuk memastikan pergerakan barium.
Pada orang yang lebih tua, faktor-faktor yang beragam dapat menyebabkan impaksi; asupan cairan yang kurang, diet yang kurang serat, rendahnya aktivitas, melemahnya tonus otot.
Pemeriksaan digital harus dilakukan dengan lembut dan hati-hati karena rangsangan pada nervus vagus di dinding rektum dapat memperlambat kerja jantung pasien.
3. Persiapan pre operasi
Biasanya pada semua tindakan operasi sebelumnya di lakukan enema. Anastesia umum (GA) dalam pembedahan bisa diberikan melalui enema dengan tujuan untuk mengurangi efek muntah selama dan setelah operasi, juga mencegah terjadinya aspirasi.
4. Untuk tindakan diagnostik misalnya pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi seperti colonoscopy, endoscopy, dll.
5. Pasien dengan melena
Kontra Indikasi
Irigasi kolon tidak boleh diberikan pada pasien dengan diverticulitis, ulcerative colitis, Crohn’s disease, post operasi, pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, keadaan patologi klinis pada rektum dan kolon seperti hemoroid bagian dalam atau hemoroid besar, tumor rektum dan kolon.
Tipe-tipe enema
Enema dapat diklasifikasikan ke dalam 4 golongan menurut cara kerjanya: cleansing (membersihkan), carminative (untuk mengobati flatulence), retensi (menahan), dan mengembalikan aliran.
Cleansing enema merangsang peristaltik dengan mengiritasi kolon dan rektum dan atau dengan meregangkan intestinal dengan memasuki volume cairan. Ada 2 cleansing enema yaitu high enema (huknah tinggi) dan low enema (huknah rendah). High enema diberikan untuk membersihkan kolon sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar 1000ml larutan untuk orang dewasa, dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbent dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun ke usus besar. Cairan diberikan pada tekanan yang tinggi daripada low enema.; oleh karena itu wadah dari larutan digantung lebih tinggi. Cleansing enema paling efektif jika diberikan dalam waktu 5-10 menit.
Low enema diberikan hanya untuk membersihkan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500ml larutan diberikan pada orang dewasa, klien dipertahankan pada posisi sims/miring ke kiri selama pemberian.
Carminative enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan ke dalam rektum untuk mengeluarkan gas dimana ia meregangkan rektum dan kolon, kemudian merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60-180ml.
Retention enema: dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektum dan kolon sigmoid, pelumas tersebut tertahan untuk waktu yang lama (1-3 jam). Ia bekerja untuk melumasi rektum dan kanal anal, yang akhirnya memudahkan jalannya feses.
Enema yang mengembalikan aliran, kadang–kadang mengarah pada pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus. Ini adalah pemasukan cairan yang berulang ke dalam rektum dan pengaliran cairan dari rektum. Pertama-tama larutan (100-200ml untuk orang dewasa) dimasukkan ke rektum dan kolon sigmoid klien, kemudian wadah larutan direndahkan sehingga cairan turun kembali keluar melalui rectal tube ke dalam wadah. Pertukaran aliran cairan ke dalam dan keluar ini berulang 5-6 kali, sampai (perut) kembung hilang dan rasa tidak nyaman berkurang atau hilang. Banyak macam larutan yang digunakan untuk enema. Larutan khusus mungkin diminta oleh dokter.
Pemberian enema merupakan prosedur yang relatif mudah untuk klien. Bahaya utamanya adalah iritasi sabun dan efek negatif dari larutan hypertonik atau hipotonik. Pada cairan tubuh dan elektrolit, larutan hipertonik seperti larutan phosphate dari beberapa enema siap pakai menyebabkan sedikit iritasi pada membran mukosa menyebabkan cairan tertarik ke dalam kolon dari jaringan sekitar. Proses ini disebut osmosis. Karena hanya sebagian kecil cairan yang diambil, rasa nyaman tertahan untuk 5-7 menit dan secara umum di luar dari manfaat ini. Bagaimanapun, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi, terutama pada anak di bawah 2 tahun larutan ini bisa menyebabkan hypokalsemia dan hyperphosphatemia.
Pemberian hipotonik yang berulang seperti enema berbentuk kran, dapat mengakibatkan absorpsi volume darah dan dapat mengakibatkan intoksikasi air. Untuk aliran ini, beberapa agency kesehatan membatasi pemberian enema berbentuk kran. Ini adalah perhatian yang istimewa ketika permintaan pemasangan enema sampai kembali bersih harus jelas, contohnya pemeriksaan pendahuluan visual usus besar. Larutan hipotonik juga dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pada klien dengan penurunan fungsi ginjal atau gagal jantung akut.
Pengkajian
Pengkajian pasien dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan data objektif melalui interview dan pemeriksaan fisik terutama yang berkaitan dengan saluran cerna, pemeriksaan laboratorium dan radiology.
Data subjektif
Pengumpulan data berkaitan dengan riwayat eliminasi feses akan membantu perawat memastikan pola b.a.b pasien yang normal.
Sebagian besar pengkajian riwayat keperawatan terdiri dari :
1. Pola defekasi
Frekuensi dan waktu klien mengalami defekasi, apakah pola b.a.b berubah baru-baru ini, apakah pola b.a.b pernah berubah. Jika iya, apakah klien mengetahui faktor-faktor penyebabnya.
2. Pola tingkah laku
Penggunaan laksatif, dan bahan-bahan yang sama yang mempertahankan pola b.a.b yang normal. Apa rutinitas yang dilakukan klien untuk mempertahankan pola defekasi yang biasa (contoh; segelas jus lemon panas ketika sarapan pagi atau jalan pagi sebelum sarapan).
3. Deskripsi feses
Bagaimana klien mendeskripsikan fesesnya, termasuk warna, tekstur (keras, lembut, berair), bentuk, bau.
4. Diet
Makanan apa yang dipercayai oleh klien yang dapat mempengaruhi proses defekasi, jenis makanan, porsi; Makanan yang selalu dia dihindari, pakah makanan tersebut dimakan secara teratur.
5. Cairan
Berapa jumlah dan jenis asupan cairan setiap hari (contoh: 6 gelas air, 5 cangkir kopi).
6. Latihan
Pola latihan seperti apa yang dilakukan klien setiap hari, frekuensi dan lamanya?
7. Obat-obatan
Apakah klien mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi saluran intestinal (contoh: zat besi, antibiotika)
8. Stres
Apakah klien mengalami stres dalam jangka waktu yang lama atau singkat? Tetapkan stres seperti apa yang dialami klien dan bagaimana dia menerimanya
9. Pembedahan
Apakah klien mengalami pembedahan atau penyakit yang berpengaruh terhadap saluran cerna?. Keberadaan ostomi harus diperhatikan.
Data objektif
Data objektif didapat melalui pemeriksaan fisik khususnya yang berkaitan dengan proses pembuangan yaitu intestin pada bagian perut hingga anus, pengkajian dilakukan dengan car inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Intestinal
Pengkajian pada abdomen dengan rujukan khusus pada saluran intestinal; Klien dianjurkan dalam posisi supine dan diselimuti sehingga hanya bagian abdomen yang terlihat. Perawat harus mengidentifikasi batasan-batasan yang digunakan sebagai nilai-nilai rujukan untuk mendeskripsikan hasil yang dijumpai.
Inspeksi
Perawat mengobservasi bentuk dan kesimetrisan. Normalnya perut berbentuk datar/rata tanpa adanya tonjolan. Tonjolan seperti massa akan kelihatan suatu bengkak, mengobservasi dinding abdomen untuk gelombang yang dapat dilihat yang mengidentifikasikan kerja peristaltik usus. Kecuali pada orang-orang tertentu terkadang tidak dapat diobservasi secara normal. Peristaltik yang dapat diobservasi menunjukkan adanya suatu obstruksi intestinal.
Palpasi
Baik palpasi ringan atau dalam keduanya digunakan, biasanya untuk mendeteksi dan mengetahui adanya daerah lunak dan massa. Keempat kuadran pada abdomen dipalpasi mulai dari quadran kanan atas, kiri atas, kiri bawah, kanan bawah dan daerah umbilikal, otot-otot abdomen harus rileks untuk memperoleh hasil palpasi yang diharapkan. Perawat seharusnya melakukan palpasi ringan kemudian dalam. Daerah yang sensitif ( daerah yang menjadi keluhan pasien) seharusnya dipalpasi terakhir karena kontraksi otot-otot (pelindung abdomen) yang sering terjadi ketika daerah yang nyeri tersentuh.
Suatu kelainan abdomen seharusnya dapat diukur pada daerah umbilikal dengan menempatkan suatu tip pengukur sekeliling tubuh. Pengukuran berulang akan menunjukkan apakah tekanan meningkat atau menurun.
Secara normal perut akan terasa lembut, tidak ada nyeri pada palpasi ringan dan dalam, dat tidak dijumpai adanya massa yang keras.
Perkusi
Daerah abdomen diketuk untuk mendeteksi cairan pada rongga abdomen, tekanan intestinal berhubungan dengan flatus dan pembentukan massa seperti pembesaran kantung empedu dan lever.
Daerah seluruh abdomen diperkusi, dimulai pada daerah kuadran kanan atas menurut arah jarum jam. Flatus menghasilkan resonansi (tympani), sementara cairan dan massa menghasilkan bunyi ”dull” (tumpul).
Ketika ada cairan di abdominal, ketukan menghasilkan suara tumpul diantara cairan. Ketika klien berada pada satu sisi, cairan ascites mengalir ke sisi tersebut. Ketukan memperlihatkan sebuah garis damartasi di antara dulnes dan tympani; garis ini menandai adanya tingkat cairan; sebuah garis ditarik di atas abdomen sehingga perawat dapat mengukur apakah jumlahnya meningkat atau menurum, ketika dilakukan ketukan selanjutnya.
Auskultasi
Suara usus dikaji dengan stetoskop. Suara usus mencerminkan peristaltik usus kecil, dideskripsikan menurut intensitas, keteraturan, dan frekuensi atau tingkat aktivitasnya. Intensitas menunjukkan kekuatan dari suara atau rata-rata dari peristaltik. Kuat lemahnya (dentum) dari dinding intestinal sebagai hasil dari gelombang peristaltik, pada peningkatan tekanan intestinal akan ada kemungkinan peningkatan dentuman. Tingkat aktivitas atau frekuensi dari suara usus juga dikaji. Peningkatan atau penurunan peristaltik dapat terjadi karena beberapa alasan: proses pembedahan; ketidakseimbangan elektrolit, seperti ketidaknormalan dari rendahnya tingkat potasium serum dan peritonitis. Intensitas dan frekuensi yang abnormal pada suara usus (borborygmi) terjadi pada enteritis dan pada obstruksi usus kecil.
Rektum dan anus
Pada pemeriksaan anorektal klien biasanya dianjurkan dalam posisi sims/miring ke kiri atau genupectoral. Klien wanita juga disarankan dalam posisi litotomi.
Inspeksi
Daerah perianal dikaji warnanya, tanda-tanda peradangan, scar, lesi, fisura, fistula atau hemorhoid. Juga ukuran, lokasi dan kepadatan dari lesi dicatat. Secara normal tidak ditemukan adanya peradangan ataupun fistula.
Palpasi
Selama pemeriksaan rektal sangat penting bahwa palpasi harus lembut sehingga tidak merangsang refleks dari nervus vagus, yang dapat menekan denyut jantung.
Feses
Wadah khusus harus disediakan untuk sampel feses. Sangat penting bagi perawat mengetahui mengapa spesimen diambil dan wadah yang digunakan tepat. Kadang-kadang wadah memakai zat pengawet khusus untuk menunjukkan hasil tes. Petunjuk khusus harus ditulis dan dilampirkan ketika penyediaan spesimen.
Klien dapat menyediakan spesimennya setelah diberi informasi yang adekuat. Feses tidak boleh bercampur dengan urin atau air, karenanya klien diminta b.a.b di bedpan.
Sebuah tongue spatel kayu atau plastik digunakan untuk memindahkan spesimen, dan sekitar 2,5cm ditempatkan di dalam wadah. Jika kotoran berbentuk cair, dikumpulkan 15-30ml. Wadah kemudian ditutup dengan aman dan tepat, dilengkapi label. Pada kenyataannya bahwa spesimen yang telah diperoleh harus dimasukkan sebagai rahasia klien.
Untuk tes tertentu diperlukan feses segar. Jika harus seperti itu spesimen dibawa segera ke lab. Spesimen kotoran jangan ditinggalkan pada suhu ruangan dalam waktu yang lama karena bakteri dapat mengubahnya. Wadah spesimen biasanya memiliki petunjuk penyimpanan, hal ini harus diikuti jika spesimen tidak dapat dikirim segera ke lab. Pada beberapa instansi digunakan pendingin.
Untuk mengamankan spesimen dari bayi atau anak-anak yang tidak terlatih di toilet, spesimen diambil dari feses yang baru. Ketika feses dikultur untuk memperoleh mikroorganisme, feses dipindahkan ke wadah dengan aplikator steril.
Feses normal berwarna coklat, hal ini berhubungan dengan adanya bilirubin dan turunannya yaitu stercobilin dan urotilin; kegiatan dari bakteri normal yang terdapat pada intestinal. Bilirubin merupakan pigmen berwarna kuning pada empedu. Feses dapat berwarna lain, khususnya ketika ada hal-hal yang abnormal. Misalnya; feses hitam seperti tir, ini menunjukkan adanya perdarahan dari lambung atau usus halus; warna tanah liat (acholic) menunjukkan adanya penurunan fungsi empedu; hijau atau orange menunjukkan adanya infeksi pada intestinal. Makanan juga dapat mempengaruhi warna feses, misalnya: gula bit merubah feses menjadi warna merah, kadang-kadang hijau. Obat-obatan juga dapat merubah warna feses, misalnya zat besi, dapat membuat feses berwarna hitam.
Konsistensi
Secara normal feses berbentuk tetapi lembut dan mengandung air sebanyak 75% jika seseorang mendapat intake cairan yang cukup, sedangkan 25% lagi adalah bagian padat.
Feses normal bergerak lebih cepat dari normal melalui intestinal, sehingga hanya sedikit air dan ion yang direabsorpsi ke dalam tubuh.
Feses yang keras mengandung lebih sedikit air daripada normal dan pada beberapa kasus mungkin sulit atau nyeri sekali saat dikeluarkan. Beberapa orang, bayi dan anak-anak khususnya mungkin mengeluarkan feses yang berisi makanan yang tidak dicerna.
Bentuk
Feses normal berbentuk rektum
Bau
Bau feses merupakan hasil kerja bakteri pada intestinal dan bervariasi pada setiap orang. Bau feses yang sangat menyengat (tajam) dapat menunjukkan adanya gangguan saluran cerna.
Darah
Darah yang terdapat pada feses adalah abnormal. Darah dapat berwarna terang atau merah terang, hal ini berarti darah mewarnai feses pada proses eliminasi akhir. Feses berwarna hitam dan tir berarti darah memasuki chyme pada lambung atau usus halus. Beberapa obat-obatan dan makanan juga dapat membuat feses berwarna merah atau hitam. Oleh karena itu adanya darah harus dikonfirmasi melalui sebuah test. Perdarahan pada feses kadang tidak terlihat, ini dikenal occult bleeding(perdarahan tersembunyi).
Test untuk mengetahui adanya darah pada feses secara rutin dilakukan di klinik. Hemotest menggunakan tablet sebagai reagen; sementara guaiac dan hemoccult test menggunakan reagen berbentuk solusion (larutan), setiap test memerlukan spesimen feses. Guaiac test secara umum lebih sering digunakan. Feses yang sedikit diletakkan pada kertas saring atau kertas usap. Reagen selanjutnya diletakkan dan warna dicatat; warna biru menunjukkan adanya darah.
Bahan-bahan abnormal
Kadang-kadang feses mengandung bahan-bahan asing yang dicerna secara kebetulan, pencernaan benda-benda asing secara kebetulan banyak ditemukan pada anak-anak. Bahan-bahan abnormal lain termasuk pus, mukus, parasit, lemak dalam jumlah banyak dan bakteri patogen. Test untuk mengetahui keberadaan bahan-bahan asing biasanya ditunjukkan di lab.
Pemeriksaan penunjang
Test laboratorium
Feces ditampung dalam kontainer untuk diperiksa di laboratorium untuk mengetahui adanya atau tidaknya kelainan dalam feses berupa kadar darah, bakteri dll.
Pandangan langsung
Yaitu tehnik pandangan secara langsung ; anoscopy, pandangan dari saluran anus; proctoscopy, pandangan pada rektum; proctosigmoidoscopy, pandangan pada rektum dan kolon sigmoid; umumnya saat ini dilakukan tindakan colonoscopy.
Roentgenography
Roentgenoraphy dilakukan untuk mengetahui kondisi saluran cerna dari sumbatan ataupun deformitas dengan memasukkan zat kontras seperti bubur barium dilarutkan dalam 1 liter air untuk diminum, atau dengan memasukkan larutan omnipaque kedalam kolon menggunakan rektal tube melalui anus.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan berasal dari pengkajian data yang konkrit dari perawat.
Contoh – contoh diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan alternatif b.a.b :
1. Konstipasi yang berhubungan dengan barium.
2. Konstipasi yang berhubungan dengan immobilitas
3. Konstipasi yang berhubungan dengan trauma pada sumsum tulang belakang
Perencanaan
Tujuan utama klien dalam perencanaan/intervensi adalah :
1. mengerti tentang eleminasi yang normal
2. mengerti akan makanan dan cairan yang dibutuhkan secara wajar
3. memelihara integritas kulit
4. mengikuti program latihan secara teratur
5. memelihara kestabilan dalam pengeluaran BAB
6. mengerti tentang pengukuran untuk menghilangkan stress
Pedoman pemberian enema
1. Gunakan rectal tube dengan ukuran yang tepat, untuk orang dewasa biasanya no.22-30; anak-anak menggunakan tube yang kecil seperti no.12 untuk bayi; no.14-18 untuk anak todler atau anak usia sekolah.
2. Rectal tube harus licin dan fleksibel, dengan 1 atau 2 pembuka pada ujung dimana larutan mengalir. Biasanya terbuat dari karet atau plastik. Beberapa tube yang ujungnya tajam dan kasar seharusnya tidak digunakan, karena kemungkinan rusaknya membran mukosa pada rektum. Rectal tube dilumasi dengan jelly/pelumas untuk memudahkan pemasukannya dan mengurangi iritasi pada mukosa rektum.
3. Enema untuk orang dewasa biasanya diberikan pada suhu 40,5-43 0C, untuk anak-anak 37,7 0C. Beberapa retensi enema diberikan pada suhu 33 0C. Suhu yang tinggi bisa berbahaya untuk mukosa usus; suhu yang dingin tidak nyaman untuk klien dan dapat menyebabkan spasme pada otot spinkter.
4. Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, usia dan ukuran tubuh klien dan jumlah cairan yang bisa disimpan :
a. bayi, ≥ 250ml
b. toddler atau preschool, 250 – 350 ml
c. anak usia sekolah, 300 - 500ml
d. adolescent, 500 - 750ml
e. adult, 750-1000ml
5. Ketika enema diberikan, klien biasanya mengambil posisi lateral kiri, sehingga kolon sigmoid berada di bawah rektum sehingga memudahkan pemasukan cairan. Selama high enema, klien mengubah posisinya dari lateral kiri ke dorsal recumbent, kemudian lateral kanan. Pada posisi ini seluruh kolon dijangkau oleh air.
6. Insesrsi tube tergantung pada usia dan ukuran klien. Pada orang dewasa, biasanya dimasukkan 7,5 - 10cm, pada anak-anak 5-7,5cm dan pada bayi hanya 2,5-3,75 cm. Jika obstruksi dianjurkan ketika tube dimasukkan, tube harus ditarik dan obstruksi terjadi.
7. Kekuatan aliran larutan ditentukan oleh :
a. tingginya wadah larutan
b. ukuran tube
c. kekentalan cairan
d. tekanan rektum
Enema pada sebagian orang dewasa, wadah larutan tidak boleh lebih tinggi dari 30cm di atas rektum. Selama high enema, wadah larutan biasanya 30-45cm di atas rektum, karena cairan dimasukkan lebih jauh untuk membersihkan seluruh usus. Untuk bayi, wadah larutan tidak boleh lebih dari 7,5 cm di atas rektum.
8. Waktu yang diperlukan untuk memasukkan enema sebagian besar tergantung pada jumlah cairan yang dimasukkan dan toleransi klien. Volume yang banyak seperti 1000ml, mungkin membutuhkan waktu 10-15 menit. Untuk membantu klien menahan larutan, perawat dapat menekan bokongnya, agar terjadi tekanan di luar area anal.
9. Ketika larutan enema berada di dalam tubuh, klien mungkin merasa gembung, dan rasa tidak nyaman pada abdomen.
10. Ketika klien b.a.b, perawat bisa membantunya ke kamar kecil, tergantung pada pilihan klien dan kondisi fisik.
11. Pada pemberian enema yang dilakukan sendiri, orang dewasa dapat diatur posisi litotomi.
12. Ketika pemberian enema pada bayi, kaki bayi bisa ditahan dengan popok.
Prosedur pemberian enema
Persiapan pasien
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang
d. Prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
e. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
f. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
g. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
h. Menjaga privasi klien.
i. Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
j. Pasien disiapkan dalam posisi yang sesuai
Peralatan
1. Disposible enema set
2. 1 set enema berisi
a. wadah untuk tempat larutan
b. pipa untuk menghubungkan wadah ke rectal tube
c. klem untuk menjepit pipa, untuk mengontrol aliran larutan ke pasien
d. rectal tube dengan ukuran yang tepat
e. pelumas yang digunakan untuk rectal tube sebelum dimasukkan
f. termometer untuk mengukur suhu larutan
g. sabun / garam.
h. sejumlah larutan yang dibutuhkan dengan suhu yang tepat. Larutan ditempatkan di wadahnya, diperiksa suhunya, kemudian menambahkan sabun / garam.
3. selimut mandi untuk menutupi klien
4. perlak agar tempat tidur tidak basah
5. bedpan.
Intervensi
1. Tutup pintu/pasang sampiran (screen).
Rasional: memberikan privasi pada klien.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional: pencegahan terjadinya transmisi bakteri.
3. Kaji kondisi anal dan deformitas.
Rasional: pengkajian merupakan tahap awal setiap prosedur yang akan memberikan informasi suatu tindakan dapat dilaksanakan atau tidak.
4. Jelaskan prosedur kepada klien bahwa ia mungkin akan merasakan gembung ketika larutan dimasukkan.
Rasional: memberikan informasi dapat meningkatkan kesiapan dan kerjasama pasien selama proses tindakan enema berlangsung.
5. Bantu klien orang dewasa atau usia toddle untuk mengambil posisi lateral kiri, dengan kali kanan fleksi dan beri selimut mandi.
Rasional: posisi ini memudahkan aliran larutan sesuai dengan gravitasi ke dalam sigmoid dan kolon descenden yang berada pada sisi kiri. Kaki kanan fleksi agar anus lebih tampak.
6. Letakkan perlak di bawah bokong klien agar sprey tidak basah.
Rasional: merupakan tindakan preventif untuk menjaga kebersihan tempat tidur.
7. Beri pelumas pada rectal tube 5cm jika untuk orang dewasa. Untuk anak-anak beberapa enema yang dijual sudah mempunyai tube yang sudah dilumasi.
Rasional: pelumas memudahkan masuknya tube melalui spinkter ani dan meminimalisir trauma.
8. Buka klem lewatkan beberapa larutan melalui pipa penghubung dan rectal tube, kemudian tutup klem.
Rasional: pipa diisi dengan larutan untuk mengeluarkan udara di dalamnya. Udara yang masukke dalam rektum menyebabkan peregangan yang tidak perlu.
9. Masukkan rectal tube dengan lembut dan perlahan ke dalam rektum, tujukan ke unbilikus. Masukkan tube dengan jarak yang tepat.
Rasional: pemasukan pipa k eumbilikus memandu opipa di sepanjang rektum. Rectal tube dimasukkan melewati spinkter internal
10. Jika terjadi tahanan di spinkter internal, suruh klien untuk bernapas dalam dan lewatkan sedikit larutan melalui pipa. Jika tahanan berlangsung lama, tarik pipa dan laporkan pada perawat yang bertanggung jawab
Rasional: bernapas dalam dan memasukkan sedikit larutan bisa membuat spinkter rileks.
11. Jika tidak ada tahanan, buka klem dan angkat wadah larutan ke atas rektum pada ketinggian yang tepat ; 30-45cm untuk dewasa dan 7,5 untuk bayi
Rasional: pada ketinggian ini, larutan tidak mendesak tekanan yang cukup untuk mengganti kerusakan lapisan pada rektum
11. Masukkan cairan dengan perlahan. Jika klien mengeluh merasa gembung atau nyeri, gunakan klem untuk menghentikan aliran selama 30 detik, kaji warna kulit, keringat, dyspnoe. Jika tidak dijupai kelainan buka kembali alirannya dengan kecepatan yang rendah.
Rasional: memasukkan cairan dengan perlahan dan menghentikan aliran untuk sementara menurunkan kemungkinan spasme intestinal dan pengeluaran yang dini pada larutan.
13. Setelah semua larutan dimasukkan atau ketika klien tidak bisa menerima lagi dan ingin b.a.b, tutup klem dan keluarkan rectal tube dari anus
Rasional: keinginan untuk b.a.b biasanya mengindikasikan bahwa cairan yang masuk sudah cukup
14. Gunakan tekanan yang tetap pada anus dengan tissu atau tekan bokong untuk membantu menahan enema. Biarkan klien dalam posisi berbaring.
Rasional: beberapa enema lebih efektif jika ditahan 5-10 menit. Waktunya tergantung pada jenis enema. Klien lebih mudah menahannya pada posisi berbaring daripada ketika duduk atau berdiri, karena gravitasi membantu pengaliran peristaltik.
15. Bantu klien untuk duduk pada bedpan atau toilet. Jika spesimen feses dibutuhkan anjurkan klien menggunakan bedpan
Rasional: posisi duduk lebih dianjurkan karen amembantu proses defekasi
16. Suruh klien agar tidak menyiram toilet jika ia selesai menggunakannya.
Rasional: untuk mengevaluasi output/keberhasilan tindakan enema
17. Catat pemasukan dan pengeluaran enema; jumlah, warna, konsistensi, pengeluaran flatus dan perenggangan abdomen.
Rasional: Pencatatan merupakan aspek legal sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat.
Pemberian enema pada pasien yang tidak bisa mengontrol diri
Kadang-kadang perawat perlu memberikan enema untuk klien yang tidak bisa mengontrol otot spinkter externalnya dan lalu tidak bisa menahan larutan enema untuk beberapa menit. Pada kasus ini klien dianjurkan pada posisi supine di atas bedpan. Bagian kepala dari bedpan bisa sedikit disudut, misal 30 derajat jika perlu, dan kepala dan punggung klien ditahan dengan guling. Perawat mengenakan sarung tangan untuk memegang rectal tube, untuk mencegah kontak langsugn dengan larutan dan feses yagn dikeluarkan dengan tangan ke dalam bedpan selama pemberian enema.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Penggunaan enema yang tidak benar dapat menyebabkan tergangguanya keseimbangan elektrolit tubuh (pemberian enema berulang) atau perlukaan pada jaringan kolon atau rektum hingga terjadinya perdarahan bagian dalam. Perlukaan ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi, perdarahan dalam kolon terkadang tidak nampak secara nyata tetapi dapat diketahui melalui perubahan warna feces menjadi merah atau kehitaman. Jika terdapat tanda ini maka diperlukan tindakan medis dengan segera.
Tindakan enema juga dapat merangsang nervus vagus yang memicu terjadinya arritmia misalnya bradikardi. Tindakan enema tidak dapat diberikan selagi adanya nyeri perut yang belum diketahui penyebabnya, peristaltik usus dapat menyebabkan peradangan apendiks hingga pecahnya apendiks.
IMPLEMENTASI
1. Mengkaji pola defekasi klien
2. Mengkaji pola makanan dan cairan klien
3. Mengkaji kondisi anal dan deformitas klien
4. Menjelaskan prosedur dan tahapan – tahapan pada pemberian enema pada klien
5. Menjelaskan tujuan dan manfaat pemberian enema pada klien
6. Memberikan tindakan enema.
EVALUASI
Klien akan :
• Menetapkan waktu yang teratur untuk defekasi
• Berpartisipasi dalam program latihan yang teratur
• Memakan makanan sesuai dengan diet yang ditentukan
• B.A.B dengan nyaman dan lancar
• Minum + 2000 ml cairan / hari
• Tidak terjadi defekasi pada saat dilakukan tindakan operasi
• Sukses pada pemeriksaan diagnostic radiologi
DAFTAR PUSTAKA
Carol Taylor Et All, 1997, Fundamental Of Nursing, Lippincott Raven Washington.
Chen TS, Chen PS (1989). “Intestinal autointoxication: a medical leitmotif”. Journal of Clinical Gastroenterology.
De Boer AG, Moolenaar F, de Leede LG, Breimer DD (1982). “Rectal drug administration: clinical pharmacokinetic considerations”. Clin Pharmacokinet 7 (4): 285–311.
Deeb, Benjamin, Enemas for Everyone: A Case Study of Alexander Moaveni, University of Nebraska Press, 2000
E.M.D. Ernst (June 1997), Journal of Clinical Gastroenterology: 196-198.
FDA, Code of Federal Regulations, Title 21 Food and Drugs, Subchapter H — Medical Devices, Part 876 — Gatroenterology-Urology Devices.
Kaiser (1985). “The Case Against Colonic Irrigation”. California Morbidity (38).
Locke GR, Pemberton JH, Phillips SF (2000). “AGA technical review on constipation”. Gastroenterology.
Patricia A. Potter Et All. Fundamental Of Nursing, Concepts Process & Practice, Third Edition, 1992, Mosby Year Book Washington.
Priscilla Lemone, Medical Surgical Nursing, Critical Thinking In Client Care, 1996. Addisson Wesley Nursing
Sandra M. Nettina, Manual Of Nursing Practice, 6 Th Edition, 1996 , Lippinciott Raven Publishers.
Webber, Edith. Basic In-Home Colon Cleansing: An Illustrated Guide. Health Management Research Institute 2003, USA.
Whorton J (2000). “Civilisation and the colon: constipation as the “disease of diseases”.
Monday, April 18, 2011
Pengumuman » Penerimaan Anggota Polri / PNS
Pengumuman » Penerimaan Anggota Polri / PNS
Terdapat 44 data Penerimaan Anggota Polri / PNS :
• SELEKSI PENERIMAAN BRIGADIR POLISI T.A. 2011 PABANRIM POLRES SERUYAN (Kamis, 17 Maret 2011)
SELEKSI PENERIMAAN BRIGADIR POLISI T.A. 2011 PABANRIM POLRES SERUYAN
LAP LENGKAP PABANRIM 2011.doc.xls ( 557 download)
• PENERIMAAN TARUNA AKPOL T.A 2011 (Senin, 21 Maret 2011)
Direncanakan tanggal 2 s.d. 31 Mei 2011 akan dibuka pendaftaran penerimaan Calon Taruna/Taruni Akademi Kepolisian (Akpol) Tahun Anggaran 2011 Panda Polda Jabar. Pendaftaran dilaksanakan secara online di masing-masing Polres, Polresta dan Polrestabes jajaran Polda Jabar. Untuk keterangan lebih lanjut hubungi Polres terdekat atau ke Biro SDM Polda Jabar Jalan Soekarno-Hatta 748 Bandung.
Pendaftaran Akpol 2011 akan dibuka dan secara resmi pendaftaran Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) melalui Polda seluruh Indonesia. Bagi Anda yang mempunyai ijazah SMA/SMU/MA jurusan IPA dan IPS bisa langsung mendaftarkan diri untuk bergabung.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi bagi calon Taruna Akademi Kepolisian 2011 adalah:
I. Persyaratan Umum
a. Warga Negara Indonesia (Pria atau Wanita)
b. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia kepada Negara Kesatuan Nesatuan Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;
d. sehat jasmani dan rohani (surat keterangan dari institusi kesehatan);
e. tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan;
f. berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela;
g. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia dan bersedia ditugaskan pada semua bidang tugas kepolisian.
II. Persyaratan Khusus
a. berijazah SMA/SMU/MA jurusan IPA/IPS dengan nilai rata-rata HUAN min 6,5 untuk jurusan IPA dan 7 untuk jurasan IPS;
b. bagi calon yang mempunyai visus mata maks -1 (min 1) dan dapat dikoreksi menjadi normal, menggunakan HUAN rata-rata min 6,7 untuk jurusan IPA dan 7,25 untuk jurusan IPS;
c. bagi lulusan tahun 2010 (masih kelas 3) menggunakan nilai rata-rata rapor kelas 3 smester 1 min 7 jurusan IPA dan 7,25 jurusan IPS, yang disahkan oleh Kepala Sekolah dan selanjutnya menggunakan surat tanda kelulusan dengan kriteria “lulus”;
d. bagi Brigadir Polri yang telah mempunyai masa dina 2(dua) tahun terhitung masa magang dan harus berijazah SMA/SMU/MA JURUSAN IPA/IPS dengan krateria nilai sesuai butir a diatas;
e. pada saat pembukaan pendidikan usia min 16 (enam belas) tahun dan maksimal bagi yang berijazah;
1) SMA/SMU/MA : 21 (dua puluh satu) tahun;
2) Brigadir Polisi : 21 (dua puluh satu) tahun;
3) Sarjana : 22 (dua puluh dua) tahun.
tinggi badan minimal (dengan berat badan seimbang menurut ketentuan yang berlaku):
1) pria : 163 (seratus enam puluh tiga) cm
2) wanita : 160 (seratus enam puluh) cm
f. belum pernah nikah dan sanggup tidak nikah selama dalam pendidikan pembentukan;
g. berseda menjalani IDP (Ikatan Dinas Pertama) selama 10 (sepuluh) tahun terhitung mulai saat diangkat menjadi Inspektur Polisi;
h. memperoleh persetujuan dari orang tua/wal bagi yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun;
i. tidak terikat perjanjian ikatan dinas dengan instalasi lain;
j. telah berdomisili di wilaah Polda pendaftaran minimal 1 (satu) tahun yang dibuktikan dengan KTP setempat dan KK, bagi yang sedang menempuh pendidikan dan lulus belum 1 (tahun) dibuktikan dengan raport/ijazah dari sekolah yang berada di wilayah Polda pendaftaran.
k. bagi yang sudah bekerja secara tetap sebagai pegawai/karyawan/anggota Polri;
1) mendapat persetujuan/rekomendasi dari Kepala Jawatan/instalasi/satker yang bersangkutan.
2) bersedia diberhentikan dari status pegawai/karyawan/anggota Polri, bila diterima dan mengikuti pendidikan pembentukan Taruna Akpol;
3)khusus anggota polri
a) pada saat mendaftar telah memiliki masa dina 2 (dua) tahun (bagi Brigpol dihitung setelah magang);
b)penilaian kinerja/daftar penilaian (Dapen) dengan ilai min 75 (tujuh puluh lima)
c) Surat Keterangan Hasil Penilaian (SKHP) dari yang berwenang.
i. harus mengikuti dan lulus Rik/Uji yang meliputi:
1) tingkat panda:
a) pemeriksaan administrasi awal;
b) pemeriksaan kesehatan I
c) pemeriksaan psikologi;
d) pemeriksaan akademik;
e) pemeriksaan kesehatan II;
f) pemeriksaan dan pengujian jasmani;
g) pemeriksaan administrasi akhir;
h) pengumuman kelulusan sementara.
2) tingkat pusat:
a) pemeriksaan administrasi;
b) pemeriksaan kesehatan;
c) pemeriksaan psikologi;
d) pemeriksaan akademik;
e) pemeriksaan dan pengujian jasmani;
f) sidang penetapan kelulusan.
Pendaftaran Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) tidak dipungut biaya, dan untuk informasi selenkapnya dapat diperoleh di Biro Personil Polda/Polwil/Polres setempat, atau anda juga bisa mengunjungi situs Polri di http://www.polri.go.id atau lihat syarat-syarat pendaftaran Akpol 2011 dengan disini: http://www.polri.go.id
• Rekrutmen Personil Polri Brigadir thn 2010 (Kamis, 10 Maret 2011)
Rekrutmen Personil Polri Brigadir thn 2010
REKRUTMEN PERS 2010.doc ( 508 download)
• Seleksi Penerimaan Sekolah Staff dan Pimpinan Pertama (SESPIMA) TA 2011 Polda Kalteng (Selasa, 22 Februari 2011)
Polri merupakan organisasi yang dinamis dan senantiasa berkembang, dikarenakan dimanika tugas Polri yang semakin tinggi dan kompleks. Dinamika tersebut mengakibatkan polri harus senantiasa menyiapkan personelnya agar dapat menghadapi tuntutan tugas dengan segala perubahannya, dikarenakan tugas polri mengikuti dinamika yang berkembang di masyarakat.
Dalam rangka tersebut, maka polri mengadakan Sekolah Staff dan Pimpinan Pertama (SESPIMA) bagi para personelnya yang telahmemenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku untuk mengikuti pendidikan pengembangan ini. Pendidikan ini ditujukan kepada para inspektur polisi agar dapat mempersiapkan dirinya dalam menghadapi tantangan tugas di level jenjang karir berikutnya yaitu memasuki jenjang Perwira Menengah, dimana ia tidak lagi berperan sebagai first line supervisor, tetapi sudah sebagai second line supervisor, dimana ia sudah harus sanggup memberikan arahan dan nasihat kepada first line supervisor dalam menunjang pelaksaan tugas pokok, dan selain itu ia harus sudah mempersiapkan dirinya untuk berpikir secara konsep dan struktural, dimana ia akan berperan sebagai planning dan Decision maker.
Sebagaimana halnya pendidikan polri, maka hanya yang memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku lah yang berhak mengikuti pendidikan tersebut, untuk itu diadakanlah rangkain tes untuk menemukan calon terbaik tersebut antara lain : Seleksi administasi, Kesehatan I dan II, Psikologi dan Akademik serta kejiwaan dan tidak lupa tes Kesamaptaan Jasmani untuk menunjang tugas pokok dan fungsi yang diembannya.
SESPIMA, yang dulunya disebut SELAPA, merupakan salah satu pendidikan pengembangan yang ada di Polri selain SIP (Sekolah Inspektur Polisi), PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian), dan lain - lainnya. Adapun tes kesehatan telah dilaksanakan tanggal 17 Januari 2011.
• Pembukaan pendidikan Sekolah Inspektur Polisi (SIP) TA 2011 Polda Kalteng (Selasa, 22 Februari 2011)
Polri merupakan organisasi yang senantiasa berkembang dan dinamis dalam perkembangannya. Untuk itu senantiasa dibutuhkan personel polri yang sehat jasmani dan Rohani, dan Siaga, serta berakhlak dan berinteligensi, agar dapat menghadapi danmenyelesaikan tantangan tugas yang dibebankan kepada setiap anggota polri sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tujuan tugasnya.
Dalam rangka menghadapi tantangan tugas tersebut, polri kembali membuka pendaftaran Pendidikan Inspektur Polisi, melalui jenjang SIP (Sekolah Inspektur Polisi). SIP merupakan salah satu pendidikan pengembangan polri, dalam rangka mencetak inspektur polisi yang merupakan first line supervisor, dalam pelaksanaan tugas Polri.
SIP yang merupakan pendidikan pengembangan polri merupakan sarana bagi personel polri yang sebelumnya berada di level brigadir agar dapat menjadi seorang perwira, dalam memenuhi tuntutan tugas yang diembankan kepadanya, yang tentunya harus sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan undang - undang yang berlaku. Sebagaimana halnya pendidikan, para calon siswa SIP, juga harus menjalani serangkaian ujian dan tes, untuk menemukan calon - calon inspektur yang terbaik sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang berlaku sebagaimana yang diperintahkan Mabes Polri.Seleksi siswa SIP meliputi : Tes Administrasi dan berkas, Tes Kesehatan I dan II, Tes Potensi Akademik, Tes Psikologi dan Kejiwaan, serta Tes Kesamaptaan Jasmani.
Adapun tes kesehatan bagi peserta seleksi SESPIMA telah diadakan pada tanggal 17 Januari 2011.
• Penerimaan Calon Brigadir Polisi Polda Kalteng TA 2011 (Selasa, 22 Februari 2011)
Dalam rangka penyegaran organisasi dan penambahan kekuatan personel polri, maka telah diadakan penerimaan calon brigadir polisi Polda Klateng yang dilaksanakan mulai tanggal 17 Januari 2011 , penerimaan ini bertujuan untuk menjaga kesinambungan tugas organisasi polri, dimana senantiasa dibutuhkan personel polri yang memadai , baik dalam kualitas maupun kuantitas. Dalam rangka kesinambungan tersebut , organisasi polri harus terus berjalan walaupun personelnya senantiasa berganti baik karena mutasi dalam rangka tour of duty maupun tour of area, maka senantiasa dibutuhkan kesiapan personel polri. Dengan penerimaan calon brigadir polisi ini, diharapkan roda regenerasi terus berjalan, dan penyegaran organisasi polri dapat senantiasa berjalan, karena polri senantiasa dihadapkan dengan tantangan tugas yang semakin tinggi dan kompleks setiap harinya.
Karena tuntutan tugas dan tantangan tugas tersebut , maka dibutuhkan personel polri yang sehat jasmani dan rohani, berintelektual, beriman, dan berakhlak baik, untuk itu diselenggarakanlah rangkaian tes penerimaan brigadir polisi untuk mencari dan menemukan bibit - bibit terbaik dari masyarakat yang layak dan pantas untuk mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara melalui jalur organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Rangkaian tes yang diadakan beraneka ragam, dimulai dari tes pemeriksaan administrasi, pemeriksaan kesehatan I, Pemeriksaan kesehatan II, tes psikologi, Kejiwaan, Tes Potensi Akademik, dan Pengetahuan Kepolisian, serta Tes Kesamaptaan Jasmani. Semua proses tersebut tidak lain bertujuan menemukan kualitas terbaik calon anggota polri.
Adapun tes kesehatan pertama telah dilaksanakan pada tanggal 17 - 28 Januari 2011, dan tes kesehatan kedua pada tanggal 4 - 7 Februari 2011 dan akan diumumkan tanggal 16-18 Februari 2011 (Pantokhir Pusat). Untuk TA 2011 POlda Kalteng menyediakan 63 kursi penerimaan brigadir polisi, yang nantinya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi terakhir.
• PENGUMUMAN PENGAMBILAN SURAT PENGHADAPAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) POLRI SUMBER PELAMAR UMUM T.A. 2010 (Jumat, 11 Februari 2011)
PENGUMUMAN PENGAMBILAN SURAT PENGHADAPAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) POLRI SUMBER PELAMAR UMUM T.A. 2010.
Nomor: Peng/ 1 /II/2011/Panpus
PENGUMUMAN AMBIL SRT PENGHADAPAN 2010.pdf ( 2658 download)
• Polda Kalbar : Seleksi Dik Sekolah Inspektur Polisi (Jumat, 04 Februari 2011)
Surat Telegram Kapolda Kalbar Nomor : ST / 81 / I / 2011 tanggal 31 Januari 2011. (terlampir)
kalbar.jpg tes capa.pdf ( 767 download)
• PENGUMUMAN HASIL TES PSIKOLOGI CASIS BRIG POL TA. 2011 POLDA KALBAR (Senin, 31 Januari 2011)
Senin, 31 Januari 2011 Panitia Penerimaan Brigadir Polisi TA. 2011 Polda Kalbar telah resmi mengumumkan hasil seleksi tes Psikologi.
- Jumlah = 506 Casis
- Pria = 480 Casis
MS = 307 Casis
TMS = 173 Casis
- Wanita = 26 Casis
MS = 15 Casis
TMS = 11 Casis
Bagi yang Memenuhi Syarat (lulus) selanjutnya akan melaksanakan tes Akademik pada tanggal 1 Januari 2011 di GOR Pangsuma Pontianak. Pada tes akademik ini ada 3 (tiga) mata pelajaran yang akan diujikan yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Pengetahuan umum.
psikologi.jpg
• KOREKSI BERSAMA HASIL TES PSIKOLOGI RIM BRIG POL TA. 2011 POLDA KALBAR (Senin, 31 Januari 2011)
Minggu, 30 Januari 2011 Panitia Penerimaan Brigadir Polisi TA. 2011 Polda Kalbar melaksanakan Koreksi bersama hasil tes Psikologi yang disaksikan langsung oleh para Calon Siswa (Casis), pengawas Intern dan Ekstern guna mewujudkan Rekruitmen Polri yang Transparan, Akuntabel dan Humanis.
rim brig polo.jpg
Terdapat 44 data Penerimaan Anggota Polri / PNS :
• SELEKSI PENERIMAAN BRIGADIR POLISI T.A. 2011 PABANRIM POLRES SERUYAN (Kamis, 17 Maret 2011)
SELEKSI PENERIMAAN BRIGADIR POLISI T.A. 2011 PABANRIM POLRES SERUYAN
LAP LENGKAP PABANRIM 2011.doc.xls ( 557 download)
• PENERIMAAN TARUNA AKPOL T.A 2011 (Senin, 21 Maret 2011)
Direncanakan tanggal 2 s.d. 31 Mei 2011 akan dibuka pendaftaran penerimaan Calon Taruna/Taruni Akademi Kepolisian (Akpol) Tahun Anggaran 2011 Panda Polda Jabar. Pendaftaran dilaksanakan secara online di masing-masing Polres, Polresta dan Polrestabes jajaran Polda Jabar. Untuk keterangan lebih lanjut hubungi Polres terdekat atau ke Biro SDM Polda Jabar Jalan Soekarno-Hatta 748 Bandung.
Pendaftaran Akpol 2011 akan dibuka dan secara resmi pendaftaran Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) melalui Polda seluruh Indonesia. Bagi Anda yang mempunyai ijazah SMA/SMU/MA jurusan IPA dan IPS bisa langsung mendaftarkan diri untuk bergabung.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi bagi calon Taruna Akademi Kepolisian 2011 adalah:
I. Persyaratan Umum
a. Warga Negara Indonesia (Pria atau Wanita)
b. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia kepada Negara Kesatuan Nesatuan Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;
d. sehat jasmani dan rohani (surat keterangan dari institusi kesehatan);
e. tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan;
f. berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela;
g. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia dan bersedia ditugaskan pada semua bidang tugas kepolisian.
II. Persyaratan Khusus
a. berijazah SMA/SMU/MA jurusan IPA/IPS dengan nilai rata-rata HUAN min 6,5 untuk jurusan IPA dan 7 untuk jurasan IPS;
b. bagi calon yang mempunyai visus mata maks -1 (min 1) dan dapat dikoreksi menjadi normal, menggunakan HUAN rata-rata min 6,7 untuk jurusan IPA dan 7,25 untuk jurusan IPS;
c. bagi lulusan tahun 2010 (masih kelas 3) menggunakan nilai rata-rata rapor kelas 3 smester 1 min 7 jurusan IPA dan 7,25 jurusan IPS, yang disahkan oleh Kepala Sekolah dan selanjutnya menggunakan surat tanda kelulusan dengan kriteria “lulus”;
d. bagi Brigadir Polri yang telah mempunyai masa dina 2(dua) tahun terhitung masa magang dan harus berijazah SMA/SMU/MA JURUSAN IPA/IPS dengan krateria nilai sesuai butir a diatas;
e. pada saat pembukaan pendidikan usia min 16 (enam belas) tahun dan maksimal bagi yang berijazah;
1) SMA/SMU/MA : 21 (dua puluh satu) tahun;
2) Brigadir Polisi : 21 (dua puluh satu) tahun;
3) Sarjana : 22 (dua puluh dua) tahun.
tinggi badan minimal (dengan berat badan seimbang menurut ketentuan yang berlaku):
1) pria : 163 (seratus enam puluh tiga) cm
2) wanita : 160 (seratus enam puluh) cm
f. belum pernah nikah dan sanggup tidak nikah selama dalam pendidikan pembentukan;
g. berseda menjalani IDP (Ikatan Dinas Pertama) selama 10 (sepuluh) tahun terhitung mulai saat diangkat menjadi Inspektur Polisi;
h. memperoleh persetujuan dari orang tua/wal bagi yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun;
i. tidak terikat perjanjian ikatan dinas dengan instalasi lain;
j. telah berdomisili di wilaah Polda pendaftaran minimal 1 (satu) tahun yang dibuktikan dengan KTP setempat dan KK, bagi yang sedang menempuh pendidikan dan lulus belum 1 (tahun) dibuktikan dengan raport/ijazah dari sekolah yang berada di wilayah Polda pendaftaran.
k. bagi yang sudah bekerja secara tetap sebagai pegawai/karyawan/anggota Polri;
1) mendapat persetujuan/rekomendasi dari Kepala Jawatan/instalasi/satker yang bersangkutan.
2) bersedia diberhentikan dari status pegawai/karyawan/anggota Polri, bila diterima dan mengikuti pendidikan pembentukan Taruna Akpol;
3)khusus anggota polri
a) pada saat mendaftar telah memiliki masa dina 2 (dua) tahun (bagi Brigpol dihitung setelah magang);
b)penilaian kinerja/daftar penilaian (Dapen) dengan ilai min 75 (tujuh puluh lima)
c) Surat Keterangan Hasil Penilaian (SKHP) dari yang berwenang.
i. harus mengikuti dan lulus Rik/Uji yang meliputi:
1) tingkat panda:
a) pemeriksaan administrasi awal;
b) pemeriksaan kesehatan I
c) pemeriksaan psikologi;
d) pemeriksaan akademik;
e) pemeriksaan kesehatan II;
f) pemeriksaan dan pengujian jasmani;
g) pemeriksaan administrasi akhir;
h) pengumuman kelulusan sementara.
2) tingkat pusat:
a) pemeriksaan administrasi;
b) pemeriksaan kesehatan;
c) pemeriksaan psikologi;
d) pemeriksaan akademik;
e) pemeriksaan dan pengujian jasmani;
f) sidang penetapan kelulusan.
Pendaftaran Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) tidak dipungut biaya, dan untuk informasi selenkapnya dapat diperoleh di Biro Personil Polda/Polwil/Polres setempat, atau anda juga bisa mengunjungi situs Polri di http://www.polri.go.id atau lihat syarat-syarat pendaftaran Akpol 2011 dengan disini: http://www.polri.go.id
• Rekrutmen Personil Polri Brigadir thn 2010 (Kamis, 10 Maret 2011)
Rekrutmen Personil Polri Brigadir thn 2010
REKRUTMEN PERS 2010.doc ( 508 download)
• Seleksi Penerimaan Sekolah Staff dan Pimpinan Pertama (SESPIMA) TA 2011 Polda Kalteng (Selasa, 22 Februari 2011)
Polri merupakan organisasi yang dinamis dan senantiasa berkembang, dikarenakan dimanika tugas Polri yang semakin tinggi dan kompleks. Dinamika tersebut mengakibatkan polri harus senantiasa menyiapkan personelnya agar dapat menghadapi tuntutan tugas dengan segala perubahannya, dikarenakan tugas polri mengikuti dinamika yang berkembang di masyarakat.
Dalam rangka tersebut, maka polri mengadakan Sekolah Staff dan Pimpinan Pertama (SESPIMA) bagi para personelnya yang telahmemenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku untuk mengikuti pendidikan pengembangan ini. Pendidikan ini ditujukan kepada para inspektur polisi agar dapat mempersiapkan dirinya dalam menghadapi tantangan tugas di level jenjang karir berikutnya yaitu memasuki jenjang Perwira Menengah, dimana ia tidak lagi berperan sebagai first line supervisor, tetapi sudah sebagai second line supervisor, dimana ia sudah harus sanggup memberikan arahan dan nasihat kepada first line supervisor dalam menunjang pelaksaan tugas pokok, dan selain itu ia harus sudah mempersiapkan dirinya untuk berpikir secara konsep dan struktural, dimana ia akan berperan sebagai planning dan Decision maker.
Sebagaimana halnya pendidikan polri, maka hanya yang memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku lah yang berhak mengikuti pendidikan tersebut, untuk itu diadakanlah rangkain tes untuk menemukan calon terbaik tersebut antara lain : Seleksi administasi, Kesehatan I dan II, Psikologi dan Akademik serta kejiwaan dan tidak lupa tes Kesamaptaan Jasmani untuk menunjang tugas pokok dan fungsi yang diembannya.
SESPIMA, yang dulunya disebut SELAPA, merupakan salah satu pendidikan pengembangan yang ada di Polri selain SIP (Sekolah Inspektur Polisi), PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian), dan lain - lainnya. Adapun tes kesehatan telah dilaksanakan tanggal 17 Januari 2011.
• Pembukaan pendidikan Sekolah Inspektur Polisi (SIP) TA 2011 Polda Kalteng (Selasa, 22 Februari 2011)
Polri merupakan organisasi yang senantiasa berkembang dan dinamis dalam perkembangannya. Untuk itu senantiasa dibutuhkan personel polri yang sehat jasmani dan Rohani, dan Siaga, serta berakhlak dan berinteligensi, agar dapat menghadapi danmenyelesaikan tantangan tugas yang dibebankan kepada setiap anggota polri sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tujuan tugasnya.
Dalam rangka menghadapi tantangan tugas tersebut, polri kembali membuka pendaftaran Pendidikan Inspektur Polisi, melalui jenjang SIP (Sekolah Inspektur Polisi). SIP merupakan salah satu pendidikan pengembangan polri, dalam rangka mencetak inspektur polisi yang merupakan first line supervisor, dalam pelaksanaan tugas Polri.
SIP yang merupakan pendidikan pengembangan polri merupakan sarana bagi personel polri yang sebelumnya berada di level brigadir agar dapat menjadi seorang perwira, dalam memenuhi tuntutan tugas yang diembankan kepadanya, yang tentunya harus sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan undang - undang yang berlaku. Sebagaimana halnya pendidikan, para calon siswa SIP, juga harus menjalani serangkaian ujian dan tes, untuk menemukan calon - calon inspektur yang terbaik sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang berlaku sebagaimana yang diperintahkan Mabes Polri.Seleksi siswa SIP meliputi : Tes Administrasi dan berkas, Tes Kesehatan I dan II, Tes Potensi Akademik, Tes Psikologi dan Kejiwaan, serta Tes Kesamaptaan Jasmani.
Adapun tes kesehatan bagi peserta seleksi SESPIMA telah diadakan pada tanggal 17 Januari 2011.
• Penerimaan Calon Brigadir Polisi Polda Kalteng TA 2011 (Selasa, 22 Februari 2011)
Dalam rangka penyegaran organisasi dan penambahan kekuatan personel polri, maka telah diadakan penerimaan calon brigadir polisi Polda Klateng yang dilaksanakan mulai tanggal 17 Januari 2011 , penerimaan ini bertujuan untuk menjaga kesinambungan tugas organisasi polri, dimana senantiasa dibutuhkan personel polri yang memadai , baik dalam kualitas maupun kuantitas. Dalam rangka kesinambungan tersebut , organisasi polri harus terus berjalan walaupun personelnya senantiasa berganti baik karena mutasi dalam rangka tour of duty maupun tour of area, maka senantiasa dibutuhkan kesiapan personel polri. Dengan penerimaan calon brigadir polisi ini, diharapkan roda regenerasi terus berjalan, dan penyegaran organisasi polri dapat senantiasa berjalan, karena polri senantiasa dihadapkan dengan tantangan tugas yang semakin tinggi dan kompleks setiap harinya.
Karena tuntutan tugas dan tantangan tugas tersebut , maka dibutuhkan personel polri yang sehat jasmani dan rohani, berintelektual, beriman, dan berakhlak baik, untuk itu diselenggarakanlah rangkaian tes penerimaan brigadir polisi untuk mencari dan menemukan bibit - bibit terbaik dari masyarakat yang layak dan pantas untuk mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara melalui jalur organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Rangkaian tes yang diadakan beraneka ragam, dimulai dari tes pemeriksaan administrasi, pemeriksaan kesehatan I, Pemeriksaan kesehatan II, tes psikologi, Kejiwaan, Tes Potensi Akademik, dan Pengetahuan Kepolisian, serta Tes Kesamaptaan Jasmani. Semua proses tersebut tidak lain bertujuan menemukan kualitas terbaik calon anggota polri.
Adapun tes kesehatan pertama telah dilaksanakan pada tanggal 17 - 28 Januari 2011, dan tes kesehatan kedua pada tanggal 4 - 7 Februari 2011 dan akan diumumkan tanggal 16-18 Februari 2011 (Pantokhir Pusat). Untuk TA 2011 POlda Kalteng menyediakan 63 kursi penerimaan brigadir polisi, yang nantinya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi terakhir.
• PENGUMUMAN PENGAMBILAN SURAT PENGHADAPAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) POLRI SUMBER PELAMAR UMUM T.A. 2010 (Jumat, 11 Februari 2011)
PENGUMUMAN PENGAMBILAN SURAT PENGHADAPAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) POLRI SUMBER PELAMAR UMUM T.A. 2010.
Nomor: Peng/ 1 /II/2011/Panpus
PENGUMUMAN AMBIL SRT PENGHADAPAN 2010.pdf ( 2658 download)
• Polda Kalbar : Seleksi Dik Sekolah Inspektur Polisi (Jumat, 04 Februari 2011)
Surat Telegram Kapolda Kalbar Nomor : ST / 81 / I / 2011 tanggal 31 Januari 2011. (terlampir)
kalbar.jpg tes capa.pdf ( 767 download)
• PENGUMUMAN HASIL TES PSIKOLOGI CASIS BRIG POL TA. 2011 POLDA KALBAR (Senin, 31 Januari 2011)
Senin, 31 Januari 2011 Panitia Penerimaan Brigadir Polisi TA. 2011 Polda Kalbar telah resmi mengumumkan hasil seleksi tes Psikologi.
- Jumlah = 506 Casis
- Pria = 480 Casis
MS = 307 Casis
TMS = 173 Casis
- Wanita = 26 Casis
MS = 15 Casis
TMS = 11 Casis
Bagi yang Memenuhi Syarat (lulus) selanjutnya akan melaksanakan tes Akademik pada tanggal 1 Januari 2011 di GOR Pangsuma Pontianak. Pada tes akademik ini ada 3 (tiga) mata pelajaran yang akan diujikan yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Pengetahuan umum.
psikologi.jpg
• KOREKSI BERSAMA HASIL TES PSIKOLOGI RIM BRIG POL TA. 2011 POLDA KALBAR (Senin, 31 Januari 2011)
Minggu, 30 Januari 2011 Panitia Penerimaan Brigadir Polisi TA. 2011 Polda Kalbar melaksanakan Koreksi bersama hasil tes Psikologi yang disaksikan langsung oleh para Calon Siswa (Casis), pengawas Intern dan Ekstern guna mewujudkan Rekruitmen Polri yang Transparan, Akuntabel dan Humanis.
rim brig polo.jpg
kunci jawaban kuis parampaa
kunci jawaban kuis parampaa
berikut jawaban kuis parampaa:
level 1 : Klik kata “mulai”
level 2 : Pilih Jawaban “A”
level 3 : Pilih lingkaran di atas huruf “i”
level 4 : Pilih Jawaban “AY !!”
level 5 : Pilih Jawaban “B”
level 6 : Temukan kata berwarna “hijau” di antara kata berwarna merah
level 7 : Pilih Jawaban “Jali”
level 8 : Pilih “?” yang mirip dengan soal
level 9 : Ingat kombinasi warna yang ada karena bakal terus dipake, lalu klik “ingat”
level 10 : Pilih Jawaban “…hidup bercermin bangkai”
level 11 : Cari kata “mati” dalam matematika lalu klik
level 12 : Pilih Jawaban “10″
level 13 : Klik “13″ pada tulisan level 13
level 14 : Masukkan kombinasi warna yang kamu ingat di level 9
level 15 : Geser mouse keluar layar, maka kepala kucing akan tertunduk, lalu klik “space” pada keyboard
level 16 : Lari ke “ujung kanan atas”
level 17 : “Gerakin cicaknya” sampai tujuan , tapi jangan sentuh warna lain
level 18 : Tulis kata “PANDA”
level 19 : Pilih jawaban “21″
level 20 : Pilih jawaban “D”
level 21 : Pilih jawaban “E”
level 22 : Potong kabel lebar berwarna “merah” di time counter
level 23 : Klik “23″ di baris ke-3, ke-3 dr kiri, ga percaya, itung dr 1 - 50 dan cari 23!
level 24 : Pilih latar warnanya, coba ingat" warna nya di level 9, INGAT! JANGAN DIBACA, WARNANYA AJAH
level 25 : Klik “lingkaran orange”, trus klo mau ke lingkaran satunya lg jgn lewat area permainan
level 26 : Klik “persegi panjang yang kiri bawah”
level 27 : Di bawah 3 lambang hati ada seekor “cicak”, tinggal di klik aja
level 28 : Okey, Disini gerakin mos lo ke addressbar sampe ada pink-pink gitu lah.. INGAT SAMPE ASTEROIDnya ga ada
level 29 : Klo masih baru di level ini susun aja dulu gambarnya, trus ikutin tanda panah yang ke “bulatan”, klik “bulatannya”
level 30 : Pilih jawaban “20″
level 31 : Klik kiri “lingkaran orange” sebelah kiri, drag (jgn dilepasin) ke “lingkaran orange” sebelah kanan. Ada cara lain, lelet
level 32 : Pilih jawaban “TDAJ”
level 33 : Pilih jawaban “100001″
level 34 : Coba, Mana HATI-HATInya?? bukan HATI HATI Ketabrak, tuh nyawanya.. kan bentuk hati, diklik
level 35 : Pencet tombol yang kamu ingat di level 9
level 36 : Drag tulisan “level 36″, dibelakangnya ada tombol
level 37 : Pilih jawaban “zibba”
level 38 : Tembak kepala “cowo”
level 39 : Pilih jawaban “level 39″
level 40 : Tekan tanda”->” di keyboard
level 41 : Klik tanda “!”
level 42 : “Tunggu” adengan oonnya selesai, jgn klik apa2
level 43 : Klik “NTB (Pulau Lombok)”
level 44 : Klik “1″ pada soal 1=5
level 45 : Klik “45″ pada tulisan level 45
level 46 : Pianonya memiliki urutan nada C D E F G A B, trus klik nada piano hingga membentuk kata “E G G”
level 47 : Tembak kepala “cowo”
level 48 : Tulis jawaban “11″
level 49 : Klik tulisan “run” sampai kepiting kabur ke kanan
level 50 : Tekan angka “1″ di keyboard
level 51 : Lolosin kuncinya, jgn kena area berwarna “hitam”
level 52 : Drag tanda (-) ke tulisan level 52, jadinya “level 5-2″, trus klik tulisannya
level 53 : Tekan huruf “S” di keyboard
level 54 : Pilih jawaban “5″
level 55 : Ketik “anini” di keyboard
level 56 : Geser kata “bulan”, di belakangnya ada jawaban
level 57 : Geser bolak-balik mouse di bawah tanda “!!”
level 58 : Pilih warna “kuning”
level 59 : Pilih warna “hijau-orange-ungu-hijau-merah”
level 60 : Klik huruf “B” “O” “N” “O”
level 61 : Tekan piano dengan menulis “C A G E”
level 62 : Ga usah ngapa2in
level 63 : Klik tulisan “eve” pada tulisan level 63
level 64 : Kamu pasti tau, cluenya: nama gamenya (nama karakter yang dibwat ama masova)
level 65 : Pilih “Mr. Krab-Smurf-The Simpsons-Mr. Krab-Parampaa”
level 66 : Ketik “one” pada keyboard
level 67 : Klik tanda “.”, lalu klik “matahari”, lalu klik “pohon”
level 68 : Tekan “F1 dan F4″ di bagian atas keyboard
level 69 : Klik huruf “A” pada kata heart
level 70 : Pilih jawaban “10″
level 71 : Tahan terus menerus “shift-6″ sampe doraemon menghilang
level 72 : Tangkap angka “2″, drag ke samping angka 7
level 73 : Urutan storage awalnya 1-2-3-4-5, ubah ke 2-5-3-4-1
level 74 : Pilih “lingkaran-besar-kuning-tersenyum”
level 75 : Tembak kata “HER”
level 76 : Klik kanan layar, trus klik kiri, biar mousenya kelihatan, tekan bagian tengah “O” pada kata mouse, telusuri lalu klik
level 77 : Drag tulisan “mouse” ke tombol hijau, drag lagi ke persegi di sebelah kiri, klik perseginya
level 78 : Klik “jendela di villa” pas lampunya nyala
level 79 : Tulis “Try Again”
level 80 : Tulis “The Cranberries”
level 81 : Pilih jawaban “13″
level 82 : Pilih “OK”, drag bomnya, klik tulisan yang tertutup bom
level 83 : Tunggu hingga detik “ke-3″, akan ada tulisan “S7OP”, klik tulisan S7OP-nya
level 84 : Ketik “?” pada keyboard
level 85 : Ketik “level 85″, ketik “: ) (tanpa spasi)”, ketik “you’re welcome”
level 86 : Klik “bagian tengah lingkaran bagian bawah pada angka 8″ tulisan “level 86″
level 87 : “Tunggu kuncinya masuk” dulu, lalu tekan “enter”
level 88 : yah,, compie kita rusak,, nah bg yang pake Windows, BAGAIMANA CARANYA SUPAYA KITA MASUK Safe Mode??l
level 89 : Klik buku berwarna “Biru-Ungu-Kuning-Ungu”
level 90 : Pilih lambang “omega (kaya’ tapal kuda)” dan “69″
DIANTARA LEVEL 90 dan LEVEL 91 ADA TULISAN LEVEL 91+ blablabla, klik DI MANA SAJA
level 91 : Cuma butuh “kelincahan tangan dan kesabaran”
level 92 : Klik warna yang kamu ingat di level 9, tapi di balik!
level 93 : Hitung dengan cepat jumlah bola berwarna “merah”
level 94 : Klik “Budi”
level 95 : Tunggu sampai “latarnya warna hijau”, trus klik “lanjut” (sama kayak lampu lalu lintas kan!)
level 96 : Klik “mata, bintik tangan, duri di kepala, latar merah, rumput”
level 97 : Klik “tombol merah”
level 98 : Butuh kecepatan tangan dan koordinasi mata yg baik, lingkaran terkecil ada di antara “level & 98″
Level 99 : click the dark men klik tulisan click ketiga atau kedua dari kanan gitu lupa hahahaa
Level 100 : Nah masukin 5 digit angka. Liat di seblah kiri ada burung biru lambang website apa? Ayo kita buka account si pencipta kuis favorit kita ini. Lihat bionya, ketemu 5 angka? 91483
SELAMAT ! KAMU RESMI MENAMATKAN QUIZ PARAMPAA EDISI 1
dan berikut password nya :
level 11 : eleven
level 21 : twenty1
level 31 : thirty1
level 41 : fourty1
level 52 : fifty2
level 67 : sunset
level 71 : dorayaki
level 80 : linger
level 90 : gomugomu
Diposkan oleh kurorolucilful di 00:30
berikut jawaban kuis parampaa:
level 1 : Klik kata “mulai”
level 2 : Pilih Jawaban “A”
level 3 : Pilih lingkaran di atas huruf “i”
level 4 : Pilih Jawaban “AY !!”
level 5 : Pilih Jawaban “B”
level 6 : Temukan kata berwarna “hijau” di antara kata berwarna merah
level 7 : Pilih Jawaban “Jali”
level 8 : Pilih “?” yang mirip dengan soal
level 9 : Ingat kombinasi warna yang ada karena bakal terus dipake, lalu klik “ingat”
level 10 : Pilih Jawaban “…hidup bercermin bangkai”
level 11 : Cari kata “mati” dalam matematika lalu klik
level 12 : Pilih Jawaban “10″
level 13 : Klik “13″ pada tulisan level 13
level 14 : Masukkan kombinasi warna yang kamu ingat di level 9
level 15 : Geser mouse keluar layar, maka kepala kucing akan tertunduk, lalu klik “space” pada keyboard
level 16 : Lari ke “ujung kanan atas”
level 17 : “Gerakin cicaknya” sampai tujuan , tapi jangan sentuh warna lain
level 18 : Tulis kata “PANDA”
level 19 : Pilih jawaban “21″
level 20 : Pilih jawaban “D”
level 21 : Pilih jawaban “E”
level 22 : Potong kabel lebar berwarna “merah” di time counter
level 23 : Klik “23″ di baris ke-3, ke-3 dr kiri, ga percaya, itung dr 1 - 50 dan cari 23!
level 24 : Pilih latar warnanya, coba ingat" warna nya di level 9, INGAT! JANGAN DIBACA, WARNANYA AJAH
level 25 : Klik “lingkaran orange”, trus klo mau ke lingkaran satunya lg jgn lewat area permainan
level 26 : Klik “persegi panjang yang kiri bawah”
level 27 : Di bawah 3 lambang hati ada seekor “cicak”, tinggal di klik aja
level 28 : Okey, Disini gerakin mos lo ke addressbar sampe ada pink-pink gitu lah.. INGAT SAMPE ASTEROIDnya ga ada
level 29 : Klo masih baru di level ini susun aja dulu gambarnya, trus ikutin tanda panah yang ke “bulatan”, klik “bulatannya”
level 30 : Pilih jawaban “20″
level 31 : Klik kiri “lingkaran orange” sebelah kiri, drag (jgn dilepasin) ke “lingkaran orange” sebelah kanan. Ada cara lain, lelet
level 32 : Pilih jawaban “TDAJ”
level 33 : Pilih jawaban “100001″
level 34 : Coba, Mana HATI-HATInya?? bukan HATI HATI Ketabrak, tuh nyawanya.. kan bentuk hati, diklik
level 35 : Pencet tombol yang kamu ingat di level 9
level 36 : Drag tulisan “level 36″, dibelakangnya ada tombol
level 37 : Pilih jawaban “zibba”
level 38 : Tembak kepala “cowo”
level 39 : Pilih jawaban “level 39″
level 40 : Tekan tanda”->” di keyboard
level 41 : Klik tanda “!”
level 42 : “Tunggu” adengan oonnya selesai, jgn klik apa2
level 43 : Klik “NTB (Pulau Lombok)”
level 44 : Klik “1″ pada soal 1=5
level 45 : Klik “45″ pada tulisan level 45
level 46 : Pianonya memiliki urutan nada C D E F G A B, trus klik nada piano hingga membentuk kata “E G G”
level 47 : Tembak kepala “cowo”
level 48 : Tulis jawaban “11″
level 49 : Klik tulisan “run” sampai kepiting kabur ke kanan
level 50 : Tekan angka “1″ di keyboard
level 51 : Lolosin kuncinya, jgn kena area berwarna “hitam”
level 52 : Drag tanda (-) ke tulisan level 52, jadinya “level 5-2″, trus klik tulisannya
level 53 : Tekan huruf “S” di keyboard
level 54 : Pilih jawaban “5″
level 55 : Ketik “anini” di keyboard
level 56 : Geser kata “bulan”, di belakangnya ada jawaban
level 57 : Geser bolak-balik mouse di bawah tanda “!!”
level 58 : Pilih warna “kuning”
level 59 : Pilih warna “hijau-orange-ungu-hijau-merah”
level 60 : Klik huruf “B” “O” “N” “O”
level 61 : Tekan piano dengan menulis “C A G E”
level 62 : Ga usah ngapa2in
level 63 : Klik tulisan “eve” pada tulisan level 63
level 64 : Kamu pasti tau, cluenya: nama gamenya (nama karakter yang dibwat ama masova)
level 65 : Pilih “Mr. Krab-Smurf-The Simpsons-Mr. Krab-Parampaa”
level 66 : Ketik “one” pada keyboard
level 67 : Klik tanda “.”, lalu klik “matahari”, lalu klik “pohon”
level 68 : Tekan “F1 dan F4″ di bagian atas keyboard
level 69 : Klik huruf “A” pada kata heart
level 70 : Pilih jawaban “10″
level 71 : Tahan terus menerus “shift-6″ sampe doraemon menghilang
level 72 : Tangkap angka “2″, drag ke samping angka 7
level 73 : Urutan storage awalnya 1-2-3-4-5, ubah ke 2-5-3-4-1
level 74 : Pilih “lingkaran-besar-kuning-tersenyum”
level 75 : Tembak kata “HER”
level 76 : Klik kanan layar, trus klik kiri, biar mousenya kelihatan, tekan bagian tengah “O” pada kata mouse, telusuri lalu klik
level 77 : Drag tulisan “mouse” ke tombol hijau, drag lagi ke persegi di sebelah kiri, klik perseginya
level 78 : Klik “jendela di villa” pas lampunya nyala
level 79 : Tulis “Try Again”
level 80 : Tulis “The Cranberries”
level 81 : Pilih jawaban “13″
level 82 : Pilih “OK”, drag bomnya, klik tulisan yang tertutup bom
level 83 : Tunggu hingga detik “ke-3″, akan ada tulisan “S7OP”, klik tulisan S7OP-nya
level 84 : Ketik “?” pada keyboard
level 85 : Ketik “level 85″, ketik “: ) (tanpa spasi)”, ketik “you’re welcome”
level 86 : Klik “bagian tengah lingkaran bagian bawah pada angka 8″ tulisan “level 86″
level 87 : “Tunggu kuncinya masuk” dulu, lalu tekan “enter”
level 88 : yah,, compie kita rusak,, nah bg yang pake Windows, BAGAIMANA CARANYA SUPAYA KITA MASUK Safe Mode??l
level 89 : Klik buku berwarna “Biru-Ungu-Kuning-Ungu”
level 90 : Pilih lambang “omega (kaya’ tapal kuda)” dan “69″
DIANTARA LEVEL 90 dan LEVEL 91 ADA TULISAN LEVEL 91+ blablabla, klik DI MANA SAJA
level 91 : Cuma butuh “kelincahan tangan dan kesabaran”
level 92 : Klik warna yang kamu ingat di level 9, tapi di balik!
level 93 : Hitung dengan cepat jumlah bola berwarna “merah”
level 94 : Klik “Budi”
level 95 : Tunggu sampai “latarnya warna hijau”, trus klik “lanjut” (sama kayak lampu lalu lintas kan!)
level 96 : Klik “mata, bintik tangan, duri di kepala, latar merah, rumput”
level 97 : Klik “tombol merah”
level 98 : Butuh kecepatan tangan dan koordinasi mata yg baik, lingkaran terkecil ada di antara “level & 98″
Level 99 : click the dark men klik tulisan click ketiga atau kedua dari kanan gitu lupa hahahaa
Level 100 : Nah masukin 5 digit angka. Liat di seblah kiri ada burung biru lambang website apa? Ayo kita buka account si pencipta kuis favorit kita ini. Lihat bionya, ketemu 5 angka? 91483
SELAMAT ! KAMU RESMI MENAMATKAN QUIZ PARAMPAA EDISI 1
dan berikut password nya :
level 11 : eleven
level 21 : twenty1
level 31 : thirty1
level 41 : fourty1
level 52 : fifty2
level 67 : sunset
level 71 : dorayaki
level 80 : linger
level 90 : gomugomu
Diposkan oleh kurorolucilful di 00:30
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT
Pengertian
Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.
Fisiologi Sirkulasi Koroner
Arteri koroner kiri memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum dan atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri, sedikit bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan daripada kiri. (cabang sirkumfleks). Nodus AV 90% diperdarahi oleh arteri koroner kanan dan 10% diperdarahi oleh arteri koroner kiri (cabang sirkumfleks). Dengan demikian, obstruksi arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior dan infark inferior disebabkan oleh obstruksi arteri koroner kanan.
Patogenesis
Umumnya IMA didasari oleh adanya ateroskeloris pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan (50-60%).
Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Secara morfologis, IMA dapat terjadi transmural atau sub-endokardial. IMA transmural mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada IMA sub-endokardial, nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding ventrikel.
Patofisiologi
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
Gejala Klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau epigastrium.
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal. Dapat ditemui BJ yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop. Adanya krepitasi basal menunjukkan adanya bendungan paru-paru. Takikardia, kulit yang pucat, dingin dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada IMA inferior.
Diagnosis Banding
Angina Pectoris tidak stabil/insufisiensi koroner akut.
Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat, dapat menjalar ke perut dan punggung).
Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatika, esofagitis refluks)
Kelainan lokal dinding dada (nyeri bersifat lokal, bertambah dengan tekanan atau perubahan posisi tubuh)
Kompresi saraf (terutama C8, nyeri pada distribusi saraf tersebut)
Kelainan intra-abdominal (kelainan akut, pankreatitis dapat menyerupai IMA)
Komplikasi
Aritmia
Bradikardia sinus
Irama nodal
Gangguan hantaran atrioventrikular
Gangguan hantaran intraventrikel
Asistolik
Takikardia sinus
Kontraksi atrium prematur
Takikardia supraventrikel
Flutter atrium
Fibrilasi atrium
Takikardia atrium multifokal
Kontraksi prematur ventrikel
Takikardia ventrikel
Takikardia idioventrikel
Flutter dan Fibrilasi ventrikel
Renjatan kardiogenik
Tromboembolisme
Perikarditis
Aneurisme ventrikel
Regurgitasi mitral akut
Ruptur jantung dan septum
Prognosis
Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan 3 faktor penting yaitu:
Potensial terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel dll)
Potensial serangan iskemia lebih lanjut.
Potensial pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung terutama pada luas daerah infark).
FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur
Riwayat pola hidup menetap, jadual olahraga tak teratur
Tanda:
Takikardia, dispnea pada istirahat/kerja
Sirkulasi:
Gejala:
- Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, DM.
Tanda:
TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk/berdiri.
Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
BJ ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplian ventrikel
Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar.
Friksi; dicurigai perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.
Edema, DVJ, edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel.
Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
Integritas ego:
Gejala:
Menyangkal gejala penting.
Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
Marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’
Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda:
Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata
Gelisah, marah, perilaku menyerang
Fokus pada diri sendiri/nyeri.
Eliminasi:
Tanda:
Bunyi usus normal atau menurun
Makanan/cairan:
Gejala:
Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda:
Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat
Muntah,
Perubahan berat badan
Hygiene:
Gejala/tanda:
Kesulitan melakukan perawatan diri.
Neurosensori:
Gejala:
Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)
Tanda:
Perubahan mental
Kelemahan
Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM, hipertensi dan lansia.
Tanda:
Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
Menarik diri, kehilangan kontak mata
Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna kulit/kelembaban, kesadaran.
Pernapasan:
Gejala:
Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal
Batuk produktif/tidak produktif
Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda:
Peningkatan frekuensi pernapasan
Pucat/sianosis
Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing
Sputum bersih, merah muda kental
Interaksi sosial:
Gejala:
Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga)
Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda:
Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat
Menarik diri dari keluarga
Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler Perifer
Riwayat penggunaan tembakau
Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan Interpretasi Hasil
EKG
Laboratorium:
Enzim/Isoenzim Jantung
Radiologi
Ekokardiografi
Radioisotop Masa setelah serangan:
Beberapa jam: variasi normal, perubahan tidak khas sampai adanya Q patologis dan elevasi segmen ST
Sehari/kurang seminggu: inversi gelombang T dan elvasi ST berkurang
Seminggu/beberapa bulan: gelombang Q menetap
Setahun: pada 10% kasus dapat kembali normal.
Peningkatan kadar enzim (kreatin-fosfokinase atau aspartat amino transferase/SGOT, laktat dehidrogenase/-HBDH) atau isoenzim (CPK-MB)merupakan indikator spesifik IMA.
Tidak banyak membantu diagnosis IMA tetapi berguna untuk mendeteksi adanya bendungan paru (gagal jantung), kadang dapat ditemukan kardiomegali.
Dapat tampak kontraksi asinergi di daerah yang rusak dan penebalan sistolik dinding jantung yang menurun. Dapat mendeteksi daerah dan luasnya kerusakan miokard, adanya penyulit seperti anerisma ventrikel, trombus, ruptur muskulus papilaris atau korda tendinea, ruptur septum, tamponade akibat ruptur jantung, pseudoaneurisma jantung.
Berguna bila hasil pemeriksaan lain masih meragukan adanya IMA.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
(Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
(Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
(Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), catat setiap respon verbal/non verbal, perubahan hemo-dinamik
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian yang tulus kepada klien.
3. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:
- Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)
- Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), pindolol (Visken), propanolol (Inderal)
- Analgetik seperti morfin, meperidin (Demerol)
- Penyekat saluran kalsium seperti verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia). Nyeri adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam variasi respon verbal non verbal yang juga bersifat individual sehingga perlu digambarkan secara rinci untuk menetukan intervensi yang tepat.
Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.
Membantu menurunkan persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap nyeri.
Nitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis.(Kontra-indikasi: kontraksi miokard yang buruk)
Morfin atau narkotik lain dapat dipakai untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau nyeri berulang yang tak dapat dihilangkan dengan nitrogliserin.
Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral, menurunkan preload dan kebu-tuhan oksigen miokard. Beberapa di antaranya bekerja sebagai antiaritmia.
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas
Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.
Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis klien.
Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan klien dan jelaskan pola peningkatan aktivitas bertahap.
Kolaborasi pelaksanaan program rehabilitasi pasca serangan IMA. Menentukan respon klien terhadap aktivitas.
Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi.
Manuver Valsava seperti menahan napas, menunduk, batuk keras dan mengedan dapat mengakibatkan bradikardia, penurunan curah jantung yang kemudian disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan darah.
Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan klien tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat terapeutik.
Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan kemampuan kerja jantung.
Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses penyembuhan klien.
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien.
2. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya.
3. Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
4. Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa sesuai indikasi (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane, Lorazepam/Ativan). Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.
Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi, dapat berupa cemas/takut terhadap ancaman kematian, cemas terhadap ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran sosial dan sebagainya.
Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.
3. Auskultasi bunyi napas.
4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien
6. Pertahankan patensi IV-lines/heparin-lok sesuai indikasi.
7. Bantu pemasangan/pertahankan paten-si pacu jantung bila digunakan. Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik berhubungan dengan komplikasi GJK. Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat.
S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar.
Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard.
Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu rangsang vagal yang mengakibatkan terjadinya bradikardia.
Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia.
Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat bila terjadi disritmia atau nyeri dada berulang.
Pacu jantung mungkin merupakan tindakan dukungan sementara selama fase akut atau mungkin diperlukan secara permanen pada infark luas/kerusakan sistem konduksi.
5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pantau perubahan kesadaran/keadaan mental yang tiba-tiba seperti bingung, letargi, gelisah, syok.
2. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembab dan catat kekuatan nadi perifer.
3. Pantau fungsi pernapasan (frekuensi, kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi napas)
4. Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia, penurunan bising usus, mual-muntah, distensi abdomen dan konstipasi)
5. Pantau asupan caiaran dan haluaran urine, catat berat jenis.
6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas darah, BUN, kretinin, elektrolit)
7. Kolaborasi pemberian agen terapeutik yang diperlukan:
- Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din)
- Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac), Antasida.
- Trombolitik (t-PA, Streptokinase) Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh curah jantung di samping kadar elektrolit dan variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.
Penurunan curah jantung menyebabkan vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh penurunan perfusi perifer (kulit) dan penurunan denyut nadi.
Kegagalan pompa jantung dapat menimbulkan distres pernapasan. Di samping itu dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukkan komplokasi tromboemboli paru.
Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat menimbulkan disfungsi gastrointestinal
Asupan cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume sirkulasi yang berdampak negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine merupakan indikator status hidrsi dan fungsi ginjal.
Penting sebagai indikator perfusi/fungsi organ.
Heparin dosis rendah mungkin diberikan mungkin diberikan secara profilaksis pada klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi atrial, kegemukan, anerisma ventrikel atau riwayat tromboplebitis. Coumadin merupakan antikoagulan jangka panjang.
Menurunkan/menetralkan asam lambung, mencegah ketidaknyamanan akibat iritasi gaster khususnya karena adanya penurunan sirkulasi mukosa.
Pada infark luas atau IM baru, trombolitik merupakan pilihan utama (dalam 6 jam pertama serangan IMA) untuk memecahkan bekuan dan memperbaiki perfusi miokard.
6. (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Auskultasi bunyi napas terhadap adanya krekels.
2. Pantau adanya DVJ dan edema anasarka
3. Hitung keseimbangan cairan dan timbang berat badan setiap hari bila tidak kontraindikasi.
4. Pertahankan asupan cairan total 2000 ml/24 jam dalam batas toleransi kardiovaskuler.
5. Kolaborasi pemberian diet rendah natrium.
6. Kolaborasi pemberian diuretik sesuia indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/ Apresoline, Spironlakton/ Hidronolak-ton/Aldactone)
7. Pantau kadar kalium sesuai indikasi. Indikasi terjadinya edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.
Dicurigai adanya GJK atau kelebihan volume cairan (overhidrasi)
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air dan penurunan haluaran urine. Keseimbangan cairan positif yang ditunjang gejala lain (peningkatan BB yang tiba-tiba) menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal jantung.
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi tetap disesuaikan dengan adanya dekompensasi jantung.
Natrium mengakibatkan retensi cairan sehingga harus dibatasi.
Diuretik mungkin diperlukan untuk mengoreksi kelebihan volume cairan.
Hipokalemia dapat terjadi pada terapi diuretik yang juga meningkatkan pengeluaran kalium.
7. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar klien.
2. Berikan informasi dalam berbagai variasi proses pembelajaran. (Tanya jawab, leaflet instruksi ringkas, aktivitas kelompok)
3. Berikan penekanan penjelasan tentang faktor risiko, pembatasan diet/aktivitas, obat dan gejala yang memerlukan perhatian cepat/darurat.
4. Peringatkan untuk menghindari aktivitas isometrik, manuver Valsava dan aktivitas yang memerlukan tangan diposisikan di atas kepala.
5. Jelaskan program peningkatan aktivitas bertahap (Contoh: duduk, berdiri, jalan, kerja ringan, kerja sedang) Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien.
Meningkatkan penyerapan materi pembelajaran.
Memberikan informasi terlalu luas tidak lebih bermanfaat daripada penjelasan ringkas dengan penekanan pada hal-hal penting yang signifikan bagi kesehatan klien.
Aktivitas ini sangat meningkatkan beban kerja miokard dan meningkatkan kebutuhan oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas yang dapat memicu serangan ulang.
Meningkatkan aktivitas secara bertahap meningkatkan kekuatan dan mencegah aktivitas yang berlebihan. Di samping itu juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral dan memungkinkan kembalinya pola hidup normal.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.
Pengertian
Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.
Fisiologi Sirkulasi Koroner
Arteri koroner kiri memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum dan atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri, sedikit bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan daripada kiri. (cabang sirkumfleks). Nodus AV 90% diperdarahi oleh arteri koroner kanan dan 10% diperdarahi oleh arteri koroner kiri (cabang sirkumfleks). Dengan demikian, obstruksi arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior dan infark inferior disebabkan oleh obstruksi arteri koroner kanan.
Patogenesis
Umumnya IMA didasari oleh adanya ateroskeloris pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan (50-60%).
Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Secara morfologis, IMA dapat terjadi transmural atau sub-endokardial. IMA transmural mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada IMA sub-endokardial, nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding ventrikel.
Patofisiologi
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
Gejala Klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau epigastrium.
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal. Dapat ditemui BJ yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop. Adanya krepitasi basal menunjukkan adanya bendungan paru-paru. Takikardia, kulit yang pucat, dingin dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada IMA inferior.
Diagnosis Banding
Angina Pectoris tidak stabil/insufisiensi koroner akut.
Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat, dapat menjalar ke perut dan punggung).
Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatika, esofagitis refluks)
Kelainan lokal dinding dada (nyeri bersifat lokal, bertambah dengan tekanan atau perubahan posisi tubuh)
Kompresi saraf (terutama C8, nyeri pada distribusi saraf tersebut)
Kelainan intra-abdominal (kelainan akut, pankreatitis dapat menyerupai IMA)
Komplikasi
Aritmia
Bradikardia sinus
Irama nodal
Gangguan hantaran atrioventrikular
Gangguan hantaran intraventrikel
Asistolik
Takikardia sinus
Kontraksi atrium prematur
Takikardia supraventrikel
Flutter atrium
Fibrilasi atrium
Takikardia atrium multifokal
Kontraksi prematur ventrikel
Takikardia ventrikel
Takikardia idioventrikel
Flutter dan Fibrilasi ventrikel
Renjatan kardiogenik
Tromboembolisme
Perikarditis
Aneurisme ventrikel
Regurgitasi mitral akut
Ruptur jantung dan septum
Prognosis
Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan 3 faktor penting yaitu:
Potensial terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel dll)
Potensial serangan iskemia lebih lanjut.
Potensial pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung terutama pada luas daerah infark).
FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur
Riwayat pola hidup menetap, jadual olahraga tak teratur
Tanda:
Takikardia, dispnea pada istirahat/kerja
Sirkulasi:
Gejala:
- Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, DM.
Tanda:
TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk/berdiri.
Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
BJ ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplian ventrikel
Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar.
Friksi; dicurigai perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.
Edema, DVJ, edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel.
Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
Integritas ego:
Gejala:
Menyangkal gejala penting.
Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
Marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’
Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda:
Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata
Gelisah, marah, perilaku menyerang
Fokus pada diri sendiri/nyeri.
Eliminasi:
Tanda:
Bunyi usus normal atau menurun
Makanan/cairan:
Gejala:
Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda:
Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat
Muntah,
Perubahan berat badan
Hygiene:
Gejala/tanda:
Kesulitan melakukan perawatan diri.
Neurosensori:
Gejala:
Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)
Tanda:
Perubahan mental
Kelemahan
Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM, hipertensi dan lansia.
Tanda:
Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
Menarik diri, kehilangan kontak mata
Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna kulit/kelembaban, kesadaran.
Pernapasan:
Gejala:
Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal
Batuk produktif/tidak produktif
Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda:
Peningkatan frekuensi pernapasan
Pucat/sianosis
Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing
Sputum bersih, merah muda kental
Interaksi sosial:
Gejala:
Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga)
Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda:
Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat
Menarik diri dari keluarga
Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler Perifer
Riwayat penggunaan tembakau
Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan Interpretasi Hasil
EKG
Laboratorium:
Enzim/Isoenzim Jantung
Radiologi
Ekokardiografi
Radioisotop Masa setelah serangan:
Beberapa jam: variasi normal, perubahan tidak khas sampai adanya Q patologis dan elevasi segmen ST
Sehari/kurang seminggu: inversi gelombang T dan elvasi ST berkurang
Seminggu/beberapa bulan: gelombang Q menetap
Setahun: pada 10% kasus dapat kembali normal.
Peningkatan kadar enzim (kreatin-fosfokinase atau aspartat amino transferase/SGOT, laktat dehidrogenase/-HBDH) atau isoenzim (CPK-MB)merupakan indikator spesifik IMA.
Tidak banyak membantu diagnosis IMA tetapi berguna untuk mendeteksi adanya bendungan paru (gagal jantung), kadang dapat ditemukan kardiomegali.
Dapat tampak kontraksi asinergi di daerah yang rusak dan penebalan sistolik dinding jantung yang menurun. Dapat mendeteksi daerah dan luasnya kerusakan miokard, adanya penyulit seperti anerisma ventrikel, trombus, ruptur muskulus papilaris atau korda tendinea, ruptur septum, tamponade akibat ruptur jantung, pseudoaneurisma jantung.
Berguna bila hasil pemeriksaan lain masih meragukan adanya IMA.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
(Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
(Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
(Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), catat setiap respon verbal/non verbal, perubahan hemo-dinamik
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian yang tulus kepada klien.
3. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:
- Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)
- Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), pindolol (Visken), propanolol (Inderal)
- Analgetik seperti morfin, meperidin (Demerol)
- Penyekat saluran kalsium seperti verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia). Nyeri adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam variasi respon verbal non verbal yang juga bersifat individual sehingga perlu digambarkan secara rinci untuk menetukan intervensi yang tepat.
Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.
Membantu menurunkan persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap nyeri.
Nitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis.(Kontra-indikasi: kontraksi miokard yang buruk)
Morfin atau narkotik lain dapat dipakai untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau nyeri berulang yang tak dapat dihilangkan dengan nitrogliserin.
Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral, menurunkan preload dan kebu-tuhan oksigen miokard. Beberapa di antaranya bekerja sebagai antiaritmia.
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas
Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.
Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis klien.
Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan klien dan jelaskan pola peningkatan aktivitas bertahap.
Kolaborasi pelaksanaan program rehabilitasi pasca serangan IMA. Menentukan respon klien terhadap aktivitas.
Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi.
Manuver Valsava seperti menahan napas, menunduk, batuk keras dan mengedan dapat mengakibatkan bradikardia, penurunan curah jantung yang kemudian disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan darah.
Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan klien tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat terapeutik.
Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan kemampuan kerja jantung.
Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses penyembuhan klien.
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien.
2. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya.
3. Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
4. Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa sesuai indikasi (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane, Lorazepam/Ativan). Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.
Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi, dapat berupa cemas/takut terhadap ancaman kematian, cemas terhadap ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran sosial dan sebagainya.
Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.
3. Auskultasi bunyi napas.
4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien
6. Pertahankan patensi IV-lines/heparin-lok sesuai indikasi.
7. Bantu pemasangan/pertahankan paten-si pacu jantung bila digunakan. Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik berhubungan dengan komplikasi GJK. Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat.
S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar.
Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard.
Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu rangsang vagal yang mengakibatkan terjadinya bradikardia.
Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia.
Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat bila terjadi disritmia atau nyeri dada berulang.
Pacu jantung mungkin merupakan tindakan dukungan sementara selama fase akut atau mungkin diperlukan secara permanen pada infark luas/kerusakan sistem konduksi.
5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pantau perubahan kesadaran/keadaan mental yang tiba-tiba seperti bingung, letargi, gelisah, syok.
2. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembab dan catat kekuatan nadi perifer.
3. Pantau fungsi pernapasan (frekuensi, kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi napas)
4. Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia, penurunan bising usus, mual-muntah, distensi abdomen dan konstipasi)
5. Pantau asupan caiaran dan haluaran urine, catat berat jenis.
6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas darah, BUN, kretinin, elektrolit)
7. Kolaborasi pemberian agen terapeutik yang diperlukan:
- Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din)
- Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac), Antasida.
- Trombolitik (t-PA, Streptokinase) Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh curah jantung di samping kadar elektrolit dan variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.
Penurunan curah jantung menyebabkan vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh penurunan perfusi perifer (kulit) dan penurunan denyut nadi.
Kegagalan pompa jantung dapat menimbulkan distres pernapasan. Di samping itu dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukkan komplokasi tromboemboli paru.
Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat menimbulkan disfungsi gastrointestinal
Asupan cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume sirkulasi yang berdampak negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine merupakan indikator status hidrsi dan fungsi ginjal.
Penting sebagai indikator perfusi/fungsi organ.
Heparin dosis rendah mungkin diberikan mungkin diberikan secara profilaksis pada klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi atrial, kegemukan, anerisma ventrikel atau riwayat tromboplebitis. Coumadin merupakan antikoagulan jangka panjang.
Menurunkan/menetralkan asam lambung, mencegah ketidaknyamanan akibat iritasi gaster khususnya karena adanya penurunan sirkulasi mukosa.
Pada infark luas atau IM baru, trombolitik merupakan pilihan utama (dalam 6 jam pertama serangan IMA) untuk memecahkan bekuan dan memperbaiki perfusi miokard.
6. (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Auskultasi bunyi napas terhadap adanya krekels.
2. Pantau adanya DVJ dan edema anasarka
3. Hitung keseimbangan cairan dan timbang berat badan setiap hari bila tidak kontraindikasi.
4. Pertahankan asupan cairan total 2000 ml/24 jam dalam batas toleransi kardiovaskuler.
5. Kolaborasi pemberian diet rendah natrium.
6. Kolaborasi pemberian diuretik sesuia indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/ Apresoline, Spironlakton/ Hidronolak-ton/Aldactone)
7. Pantau kadar kalium sesuai indikasi. Indikasi terjadinya edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.
Dicurigai adanya GJK atau kelebihan volume cairan (overhidrasi)
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air dan penurunan haluaran urine. Keseimbangan cairan positif yang ditunjang gejala lain (peningkatan BB yang tiba-tiba) menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal jantung.
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi tetap disesuaikan dengan adanya dekompensasi jantung.
Natrium mengakibatkan retensi cairan sehingga harus dibatasi.
Diuretik mungkin diperlukan untuk mengoreksi kelebihan volume cairan.
Hipokalemia dapat terjadi pada terapi diuretik yang juga meningkatkan pengeluaran kalium.
7. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar klien.
2. Berikan informasi dalam berbagai variasi proses pembelajaran. (Tanya jawab, leaflet instruksi ringkas, aktivitas kelompok)
3. Berikan penekanan penjelasan tentang faktor risiko, pembatasan diet/aktivitas, obat dan gejala yang memerlukan perhatian cepat/darurat.
4. Peringatkan untuk menghindari aktivitas isometrik, manuver Valsava dan aktivitas yang memerlukan tangan diposisikan di atas kepala.
5. Jelaskan program peningkatan aktivitas bertahap (Contoh: duduk, berdiri, jalan, kerja ringan, kerja sedang) Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien.
Meningkatkan penyerapan materi pembelajaran.
Memberikan informasi terlalu luas tidak lebih bermanfaat daripada penjelasan ringkas dengan penekanan pada hal-hal penting yang signifikan bagi kesehatan klien.
Aktivitas ini sangat meningkatkan beban kerja miokard dan meningkatkan kebutuhan oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas yang dapat memicu serangan ulang.
Meningkatkan aktivitas secara bertahap meningkatkan kekuatan dan mencegah aktivitas yang berlebihan. Di samping itu juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral dan memungkinkan kembalinya pola hidup normal.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.
Prosedur pemasangan NGT & Infus
Pemasangan Slang Nasogastrik (NGT)
Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung.
PERALATAN
1. Slang nasogastrik (ukuran 14-18 fr)
2. Pelumas/ jelly
3. Spuit berujung kateter 60 ml
4. Stetoskop
5. lampu senter/ pen light
6. klem
7. Handuk kecil
8. Tissue
9. Spatel lidah
10. Sarung tangan dispossible
11. Plester
12. Nierbekken
13. Bak instrumen
TUJUAN
• memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal
• memungkinkan evakuasi isi lambung
• menghilangkan mual
HASIL YANG DIHARAPKAN
• Klien menambah berat badannya 1/2 sampai 1 kg per minggu
• Klien tidak mempunyai keluhan mual atau muntah
PENGKAJIAN
Pengkajian harus berfokus pada:
1. Instruksi dokter tentang tipe slang dan penggunaan slang
2. Ukuran slang yang digunakan sebelumnya, jika ada
3. Riwayat masalah sinus atau nasal
4. Distensi abdomen, nyeri atau mual
LANGKAH PELAKSANAAN
1. Cuci tangan dan atur peralatan
2. Jelaskan prosedur pada klien
3. Bantu klien untuk posisi semifowler
4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
6. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan klien
7. Gunakan sarung tangan
8. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
9. Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih
10. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut
11. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan
12. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien untuk bernafas dalam
13. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
14. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
15. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat digunakan untuk memfiksasi slang.
DOKUMENTASI
Catat hal-hal berikut pada lembar dokumentasi:
• Tanggal dan waktu insersi slang
• Warna dan jumlah drainase
• ukuran dan tipe slang
• Toleransi klien terhadap prosedur
BUKU ACUAN PEMBELAJARAN
Teknik Pemasangan Infus
Pemberian Cairan Intravena
Tujuan Utama Terapi Intravena:
1. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
2. Memberikan obat-obatan dan kemoterapi
3. Transfusi darah dan produk darah
4. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi
Keuntungan dan Kerugian Terapi Intravena
Keuntungan:
Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat.
Absorsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan
Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun dimodifikasi
Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat dihindari
Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis
Kerugian:
Tidak bisa dilakukan “drug Recall” dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi
Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speeed Shock”
Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu:
§ Kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu
§ Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia
§ Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan
Peran Perawat Dalam Terapi Intravena
Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infus maupun kemasannya
Memastikan cairan infus diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)
Memeriksa apakah jalur intravena tetap paten
Observasi tempat penusukan (insersi) dan melaporkan abnormalitas
Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi
Monitor kondisi pasien dan melaporkan setiap perubahan
Persiapan Infus dan Insersi Kateter pada Vena Perifer
Persiapan Pasien
Periksa rekam medis untuk mengetahui riwayat penyakit, alergi dan rencana perawatan
Periksa ulang perintah dokter mengenai cairan yang harus diberikan dan kecepatan tetesan.
Edukasi ( pendidikan) pasien mengenai:
§ Arti dan tujuan terapi intravena (I.V)
§ Lama terapi intravena
§ Rasa sakit sewaktu insersi (penusukan)
§ Anjuran:
- Laporkan ketidaknyamanan setelah insersi (penusukan)
- Laporkan jika kecepatan tetesan berkurang atau bertambah
Larangan:
- Mengubah/ mengatur kecepatan tetesan yang sudah diatur dokter/perawat
- Menarik, melepaskan, menekan, menindih infus set
- Sesuai intuksi dokter, misalnya larangan berjalan
Persiapan Peralatan
Alat
Alat untuk kateter I.V. / Venocath
Prinsip: Pilih alat dengan panjang terpendek, diameter terkecil yang memungkinkan administrasi cairan dengan benar
Lihat: Pedoman ukuran jarum kateter dibawah ini:
Ukuran 16
Guna: – Dewasa
- Bedah Mayor, Trauma
- Apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan
Pertimbangan Perawat: – Sakit pada insersi
- Butuh vena besar
Ukuran 18
Guna: - Anak dan dewasa
- Untuk darah, komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat: – Sakit pada insersi
- Butuh vena besar
Ukuran 20
Guna: – Anak dan dewasa
- Sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat: umum dipakai
Ukuran 22
Guna: – Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut)
- Cocok untuk sebagian besar cairan infus
Pertimbangan Perawat:
- Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh
- Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat
- Sulit insersi melalui kulit yang keras
Ukuran 24, 26
Guna: – Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut)
- Sesuai untuk sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat
Pertimbangan Perawat:
- Untuk vena yang sangat kecil
- Sulit insersi melalui kulit keras
Paket I.V line yang berisi: torniquet, kasa alkohol, povidone-iodine (alkohol 70 %), pisau cukur, kasa steril, plester, perban
Label
Papan untuk lengan
Alas/perlak
Alat untuk menggantung cairan infus
Sarung tangan untuk mencegah kontaminasi dari darah dan cairan tubuh pasien
2. Cairan
Pastikan kemasan dan tipe cairan sesuai instruksi dokter
Periksa kejernihan, kadaluarsa, kebocoran
… cairan bervariasi dalam warna, tetapi tidak pernah tampak berawan, keruh atau separated
… JIKA RAGU JANGAN DIPAKAI…..!
Dicantumkan informasi: nama perawat, nama pasien, nomor identifikasi pasien, nomor kamar, tanggal dan jam pemasangan infus, tambahan obat, no urut kemasan
3. Infus Set
- Sesuai untuk pasien dan kemasan cairan yang akan dipakai
- Tidak ada retak, lubang atau bagian yang hilang
1. Infusion pump atau infusion controller, jika diperlukan
Pemilihan Tempat Insersi
Petunjuk Umum:
Vena yang terlihat jelas bukan berarti vena yang terbaik
Pastikan tempat insersi dirotasi. Frekuensi rotasi tergantung bahan kateter:
- Kateter Teflon atau Vialon perlu diganti setiap 48-72 jam
- Kateter Aguavene dapat dipertahankan lebih lama
- Kateter yang terpasang lebih dari 72 jam perlu diberi alasan yang didokumentasikan dalam catatan perawatan pasien
Tempat insersi perlu diganti jika terjadi kemerahan, edema, nyeri tekan, atau filtrasi
Pedoman pemilihan vena”
- Gunakan vena-vena distal terlebih dahulu
- Gunakan lengan pasien yang tidak dominan
- Pilih vena-vena diatas area fleksi
- Pilih vena yang cukup besar untuk aliran darah adekuat ke dalam kateter
- Palpasi vena untuk tentukan kondisnya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh dan yang tidak tersumbat
- Pastikan lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari
- Pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan
- Vena-vena superficial yang sering digunakan untuk infus IV pada bayi, anak dan dewasa
A. Bagian atas tangan
- Metacarpal Veins
- Dorsal Venous Arch
- Cephalic Vein
- Basilic Vein
B. Bagian bawah tangan
- Median antebrachial vein
- Accessory Cephalic Vein
- Median cuboital vein
- Cephalic Vein
A. Membersihkan Tempat Insersi
Cuci tangan, lalu pakai sarung tangan
Jika perlu, jepit rambut diatas insersi agar vena lebih jelas dan untuk mengurangi rasa sakit sewaktu plester dilepas
Jangan mencukur, karena mencukur dapat menggores kulit, menimbulkan iritasi jika terkena povidone-iodine/ alkohol dan menimbulkan resiko infeksi.
Bersihkan dengan larutan povidone iodine (atau alkohol 70 % jika alergi terhadap iodine)
B Menstabilkan Vena
Bila pasien kedinginan/ badan dingin/ pre-syok gunakan penghangat
Untuk memperbesar vena dapat digunakan posisi yang ditusuk lebih rendah daripada jantung. (Jika perlu gunakan manset tensimeter)
Pukul-pukul vena dengan lembut
Pasien diminta untuk membuka dan menutup kepalan tangan
C Berikan anastesi lokal bila perlu
Siapkan alat-alat,lalu dekatkan ke pasien
Cuci tangan lalu gunakan sarung tangan
Pilih vena yang paling baik
Jika perlu, jepit rambut yang ada, agar vena terlihat jelas dan mengurangi sakit jika plester dilepaskan
Bersihkan area insersi dengan gerakan melingkar dari pusat keluar dengan larutan antiseptik dan biarkan mengering
Pasang torniquet 4-6 inci diatas tempat insersi
Fiksasi vena; letakkan ibu jari anda diatas vena untuk mencegah pergerakan dan untuk meregangkan kulit melawan arah penusukan.
Tusuk vena; pegang tebung bening kateter, bukan pusatnya:
- Metode langsung: tempatkan bevel jarum mengarah ke atas dengan sudut 30-40 0 dari kulit pasien. Tusukan searah dengan aliran vena: rasakan ‘letupam’ dan lihat adanya aliran darah.
Tehnik Pemasangan Infus
metode tidak langsung: tusuk kulit disamping vena, kemudia arahkan kateter untuk menembus sisi samping vena sampai terlihat aliran balik darah.
Rendahkan jarum sampai hampir sejajar dengan kulit
Dorong kateter ke dlam vena kira-kira ¼ – ½ inci sebelum melepaskan stylet (jarum penuntun), dan dorong kateter
Lepas torniquet dan tarik stylet
Pasang ujung selang infus atau tutup injeksi intermitten
Fiksasi kateter dan selang IV (lihat macam-macam fiksasi)
Atur kecepatan tetesan infus sesuai instruksi dokter
Pasang balutan steril
Label dressing meliputi tanggal, jam, ukuran kateter dan inisial/nama pemasang
Lepas sarungtangan dan cuci tangan
Rapikan alat-alat
Tehnik Fiksasi
Metode Chevron
- Potong plester ukuran 1,25 cm, letakkan dibawah hub kateter dengan bagian yang berperekat menghadap ke atas.
- Silangkan kedua ujung plester melalui hub kateter dan rekatkan pada kulit pasien
- Rekatkan plester ukuran 2,5 cm melintang diatas sayap kateter dan selang infus untuk memperkuat, kemudian berikan label
Metode U
- Potong plester ukuran 1,25 cm dan letakkan bagian yang berperekat dibawah hub kateter
- Lipat setiap sisis plester melalui sayap kateter, tekan kebawah sehingga paralel dengan hub kateter
- Rekatkan plester lain diatas kateter untuk memperkuat. Pastikan kateter terekat sempurna dan berikan label
Metode H
- Potong plester ukuran 2,5 cm tiga buah. Rekatkan plester pada sayap kateter
Dokumentasi Terapi Intravena
Inisiasi:
1. Ukuran dan tipe peralatan
2. Nama petugas yang melakukan insersi
3. Tanggal dan jam insersi
4. Tempat insersi IV
5. Jenis cairan
6. Ada tidaknya penambahan obat
7. Kecepatan tetesan
8. Adanya pemakaian alat infus elektronik
9. Komplikasi, respon pasien, intervensi perawat
10. Pasien mengerti tindakan yang dilakukan terhadapnya
Maintenance
1. Kondisi tempat insersi
2. Pemeliharaan tempat insersi
3. Pergantian balutan
4. Pemindahan tempat insersi
5. Pergantian cairan dalam infus set
6. Pasien mengerti tindakan yang dilakukan terhadapnya.
Penghentian
1. Jam dan tanggal
2. Alasan dihentikan terapi IV
3. Penilaian tempat insersi sebelum dan sesudah alat dilepaskan
4. Reaksi dan komplikasi yang terjadi pada pasien, serta intervensi perawat
5. Kelengkapan alat akses vena sesudah dipasang
6. Tindaklanjut yang akan dilakukan (mis: memakai perban untuk tempat insersi, atau melakukan inisiasi di tungkai yang baru)
Tipe vena yang harus dihindari:
1. Vena yang telah digunakan sebelumnya
2. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau phlebitis
3. Vena yang keras dan sklerotik
4. Vena-vena dari ekstremitas yang lemah secara pembedahan
5. Area-area fleksi, termasuk antekubiti
6. Vena-vena kaki karena sirkulasi lambat dan komplikasi lebih sering terjadi
7. Cabang-cabang vena lengan utama yang kecil dan berdinding tipis
8. Ekstremitas yang lumpuh setelah serangan stroke
9. Vena yang memar, merah dan bengkak
10. Vena-vena yang dekat dengan area yang terinfeksi
11. Vena-vena yang digunakan untuk pengambilan sampel darah laboratorium
Cara Penusukan Cairan dengan Infus Set
kemasan infus set
Putar klem pengatur tetesan sampai selang tertutup
Pertahankan sterilitas penusuk botol
Buka penutup botol dengan tehnik aseptik atau antiseptik
Perhatikan arah menarik penutup
Tusukkan ujung penusuk infus set ke botol secara tegak lurus dengan menerapkan tehnik aseptik. Jangan diputar
Bila menggunakan botol gelas, pasang jarum udara
Tekan chamber sampai cairan terisi setengah
Naikkan ujung infus set sejajar chamber
Putar klem pengatur tetesan perlahan supaya udara mudah keluar
Jarak botol dengan IV catheter minimal setinggi 80 cm
Semoga bermanfaat...!
Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung.
PERALATAN
1. Slang nasogastrik (ukuran 14-18 fr)
2. Pelumas/ jelly
3. Spuit berujung kateter 60 ml
4. Stetoskop
5. lampu senter/ pen light
6. klem
7. Handuk kecil
8. Tissue
9. Spatel lidah
10. Sarung tangan dispossible
11. Plester
12. Nierbekken
13. Bak instrumen
TUJUAN
• memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal
• memungkinkan evakuasi isi lambung
• menghilangkan mual
HASIL YANG DIHARAPKAN
• Klien menambah berat badannya 1/2 sampai 1 kg per minggu
• Klien tidak mempunyai keluhan mual atau muntah
PENGKAJIAN
Pengkajian harus berfokus pada:
1. Instruksi dokter tentang tipe slang dan penggunaan slang
2. Ukuran slang yang digunakan sebelumnya, jika ada
3. Riwayat masalah sinus atau nasal
4. Distensi abdomen, nyeri atau mual
LANGKAH PELAKSANAAN
1. Cuci tangan dan atur peralatan
2. Jelaskan prosedur pada klien
3. Bantu klien untuk posisi semifowler
4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
6. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan klien
7. Gunakan sarung tangan
8. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
9. Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih
10. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut
11. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan
12. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien untuk bernafas dalam
13. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
14. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
15. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat digunakan untuk memfiksasi slang.
DOKUMENTASI
Catat hal-hal berikut pada lembar dokumentasi:
• Tanggal dan waktu insersi slang
• Warna dan jumlah drainase
• ukuran dan tipe slang
• Toleransi klien terhadap prosedur
BUKU ACUAN PEMBELAJARAN
Teknik Pemasangan Infus
Pemberian Cairan Intravena
Tujuan Utama Terapi Intravena:
1. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
2. Memberikan obat-obatan dan kemoterapi
3. Transfusi darah dan produk darah
4. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi
Keuntungan dan Kerugian Terapi Intravena
Keuntungan:
Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat.
Absorsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan
Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun dimodifikasi
Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat dihindari
Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis
Kerugian:
Tidak bisa dilakukan “drug Recall” dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi
Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speeed Shock”
Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu:
§ Kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu
§ Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia
§ Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan
Peran Perawat Dalam Terapi Intravena
Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infus maupun kemasannya
Memastikan cairan infus diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)
Memeriksa apakah jalur intravena tetap paten
Observasi tempat penusukan (insersi) dan melaporkan abnormalitas
Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi
Monitor kondisi pasien dan melaporkan setiap perubahan
Persiapan Infus dan Insersi Kateter pada Vena Perifer
Persiapan Pasien
Periksa rekam medis untuk mengetahui riwayat penyakit, alergi dan rencana perawatan
Periksa ulang perintah dokter mengenai cairan yang harus diberikan dan kecepatan tetesan.
Edukasi ( pendidikan) pasien mengenai:
§ Arti dan tujuan terapi intravena (I.V)
§ Lama terapi intravena
§ Rasa sakit sewaktu insersi (penusukan)
§ Anjuran:
- Laporkan ketidaknyamanan setelah insersi (penusukan)
- Laporkan jika kecepatan tetesan berkurang atau bertambah
Larangan:
- Mengubah/ mengatur kecepatan tetesan yang sudah diatur dokter/perawat
- Menarik, melepaskan, menekan, menindih infus set
- Sesuai intuksi dokter, misalnya larangan berjalan
Persiapan Peralatan
Alat
Alat untuk kateter I.V. / Venocath
Prinsip: Pilih alat dengan panjang terpendek, diameter terkecil yang memungkinkan administrasi cairan dengan benar
Lihat: Pedoman ukuran jarum kateter dibawah ini:
Ukuran 16
Guna: – Dewasa
- Bedah Mayor, Trauma
- Apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan
Pertimbangan Perawat: – Sakit pada insersi
- Butuh vena besar
Ukuran 18
Guna: - Anak dan dewasa
- Untuk darah, komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat: – Sakit pada insersi
- Butuh vena besar
Ukuran 20
Guna: – Anak dan dewasa
- Sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat: umum dipakai
Ukuran 22
Guna: – Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut)
- Cocok untuk sebagian besar cairan infus
Pertimbangan Perawat:
- Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh
- Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat
- Sulit insersi melalui kulit yang keras
Ukuran 24, 26
Guna: – Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut)
- Sesuai untuk sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat
Pertimbangan Perawat:
- Untuk vena yang sangat kecil
- Sulit insersi melalui kulit keras
Paket I.V line yang berisi: torniquet, kasa alkohol, povidone-iodine (alkohol 70 %), pisau cukur, kasa steril, plester, perban
Label
Papan untuk lengan
Alas/perlak
Alat untuk menggantung cairan infus
Sarung tangan untuk mencegah kontaminasi dari darah dan cairan tubuh pasien
2. Cairan
Pastikan kemasan dan tipe cairan sesuai instruksi dokter
Periksa kejernihan, kadaluarsa, kebocoran
… cairan bervariasi dalam warna, tetapi tidak pernah tampak berawan, keruh atau separated
… JIKA RAGU JANGAN DIPAKAI…..!
Dicantumkan informasi: nama perawat, nama pasien, nomor identifikasi pasien, nomor kamar, tanggal dan jam pemasangan infus, tambahan obat, no urut kemasan
3. Infus Set
- Sesuai untuk pasien dan kemasan cairan yang akan dipakai
- Tidak ada retak, lubang atau bagian yang hilang
1. Infusion pump atau infusion controller, jika diperlukan
Pemilihan Tempat Insersi
Petunjuk Umum:
Vena yang terlihat jelas bukan berarti vena yang terbaik
Pastikan tempat insersi dirotasi. Frekuensi rotasi tergantung bahan kateter:
- Kateter Teflon atau Vialon perlu diganti setiap 48-72 jam
- Kateter Aguavene dapat dipertahankan lebih lama
- Kateter yang terpasang lebih dari 72 jam perlu diberi alasan yang didokumentasikan dalam catatan perawatan pasien
Tempat insersi perlu diganti jika terjadi kemerahan, edema, nyeri tekan, atau filtrasi
Pedoman pemilihan vena”
- Gunakan vena-vena distal terlebih dahulu
- Gunakan lengan pasien yang tidak dominan
- Pilih vena-vena diatas area fleksi
- Pilih vena yang cukup besar untuk aliran darah adekuat ke dalam kateter
- Palpasi vena untuk tentukan kondisnya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh dan yang tidak tersumbat
- Pastikan lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari
- Pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan
- Vena-vena superficial yang sering digunakan untuk infus IV pada bayi, anak dan dewasa
A. Bagian atas tangan
- Metacarpal Veins
- Dorsal Venous Arch
- Cephalic Vein
- Basilic Vein
B. Bagian bawah tangan
- Median antebrachial vein
- Accessory Cephalic Vein
- Median cuboital vein
- Cephalic Vein
A. Membersihkan Tempat Insersi
Cuci tangan, lalu pakai sarung tangan
Jika perlu, jepit rambut diatas insersi agar vena lebih jelas dan untuk mengurangi rasa sakit sewaktu plester dilepas
Jangan mencukur, karena mencukur dapat menggores kulit, menimbulkan iritasi jika terkena povidone-iodine/ alkohol dan menimbulkan resiko infeksi.
Bersihkan dengan larutan povidone iodine (atau alkohol 70 % jika alergi terhadap iodine)
B Menstabilkan Vena
Bila pasien kedinginan/ badan dingin/ pre-syok gunakan penghangat
Untuk memperbesar vena dapat digunakan posisi yang ditusuk lebih rendah daripada jantung. (Jika perlu gunakan manset tensimeter)
Pukul-pukul vena dengan lembut
Pasien diminta untuk membuka dan menutup kepalan tangan
C Berikan anastesi lokal bila perlu
Siapkan alat-alat,lalu dekatkan ke pasien
Cuci tangan lalu gunakan sarung tangan
Pilih vena yang paling baik
Jika perlu, jepit rambut yang ada, agar vena terlihat jelas dan mengurangi sakit jika plester dilepaskan
Bersihkan area insersi dengan gerakan melingkar dari pusat keluar dengan larutan antiseptik dan biarkan mengering
Pasang torniquet 4-6 inci diatas tempat insersi
Fiksasi vena; letakkan ibu jari anda diatas vena untuk mencegah pergerakan dan untuk meregangkan kulit melawan arah penusukan.
Tusuk vena; pegang tebung bening kateter, bukan pusatnya:
- Metode langsung: tempatkan bevel jarum mengarah ke atas dengan sudut 30-40 0 dari kulit pasien. Tusukan searah dengan aliran vena: rasakan ‘letupam’ dan lihat adanya aliran darah.
Tehnik Pemasangan Infus
metode tidak langsung: tusuk kulit disamping vena, kemudia arahkan kateter untuk menembus sisi samping vena sampai terlihat aliran balik darah.
Rendahkan jarum sampai hampir sejajar dengan kulit
Dorong kateter ke dlam vena kira-kira ¼ – ½ inci sebelum melepaskan stylet (jarum penuntun), dan dorong kateter
Lepas torniquet dan tarik stylet
Pasang ujung selang infus atau tutup injeksi intermitten
Fiksasi kateter dan selang IV (lihat macam-macam fiksasi)
Atur kecepatan tetesan infus sesuai instruksi dokter
Pasang balutan steril
Label dressing meliputi tanggal, jam, ukuran kateter dan inisial/nama pemasang
Lepas sarungtangan dan cuci tangan
Rapikan alat-alat
Tehnik Fiksasi
Metode Chevron
- Potong plester ukuran 1,25 cm, letakkan dibawah hub kateter dengan bagian yang berperekat menghadap ke atas.
- Silangkan kedua ujung plester melalui hub kateter dan rekatkan pada kulit pasien
- Rekatkan plester ukuran 2,5 cm melintang diatas sayap kateter dan selang infus untuk memperkuat, kemudian berikan label
Metode U
- Potong plester ukuran 1,25 cm dan letakkan bagian yang berperekat dibawah hub kateter
- Lipat setiap sisis plester melalui sayap kateter, tekan kebawah sehingga paralel dengan hub kateter
- Rekatkan plester lain diatas kateter untuk memperkuat. Pastikan kateter terekat sempurna dan berikan label
Metode H
- Potong plester ukuran 2,5 cm tiga buah. Rekatkan plester pada sayap kateter
Dokumentasi Terapi Intravena
Inisiasi:
1. Ukuran dan tipe peralatan
2. Nama petugas yang melakukan insersi
3. Tanggal dan jam insersi
4. Tempat insersi IV
5. Jenis cairan
6. Ada tidaknya penambahan obat
7. Kecepatan tetesan
8. Adanya pemakaian alat infus elektronik
9. Komplikasi, respon pasien, intervensi perawat
10. Pasien mengerti tindakan yang dilakukan terhadapnya
Maintenance
1. Kondisi tempat insersi
2. Pemeliharaan tempat insersi
3. Pergantian balutan
4. Pemindahan tempat insersi
5. Pergantian cairan dalam infus set
6. Pasien mengerti tindakan yang dilakukan terhadapnya.
Penghentian
1. Jam dan tanggal
2. Alasan dihentikan terapi IV
3. Penilaian tempat insersi sebelum dan sesudah alat dilepaskan
4. Reaksi dan komplikasi yang terjadi pada pasien, serta intervensi perawat
5. Kelengkapan alat akses vena sesudah dipasang
6. Tindaklanjut yang akan dilakukan (mis: memakai perban untuk tempat insersi, atau melakukan inisiasi di tungkai yang baru)
Tipe vena yang harus dihindari:
1. Vena yang telah digunakan sebelumnya
2. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau phlebitis
3. Vena yang keras dan sklerotik
4. Vena-vena dari ekstremitas yang lemah secara pembedahan
5. Area-area fleksi, termasuk antekubiti
6. Vena-vena kaki karena sirkulasi lambat dan komplikasi lebih sering terjadi
7. Cabang-cabang vena lengan utama yang kecil dan berdinding tipis
8. Ekstremitas yang lumpuh setelah serangan stroke
9. Vena yang memar, merah dan bengkak
10. Vena-vena yang dekat dengan area yang terinfeksi
11. Vena-vena yang digunakan untuk pengambilan sampel darah laboratorium
Cara Penusukan Cairan dengan Infus Set
kemasan infus set
Putar klem pengatur tetesan sampai selang tertutup
Pertahankan sterilitas penusuk botol
Buka penutup botol dengan tehnik aseptik atau antiseptik
Perhatikan arah menarik penutup
Tusukkan ujung penusuk infus set ke botol secara tegak lurus dengan menerapkan tehnik aseptik. Jangan diputar
Bila menggunakan botol gelas, pasang jarum udara
Tekan chamber sampai cairan terisi setengah
Naikkan ujung infus set sejajar chamber
Putar klem pengatur tetesan perlahan supaya udara mudah keluar
Jarak botol dengan IV catheter minimal setinggi 80 cm
Semoga bermanfaat...!
Tuesday, April 5, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)