Monday, June 4, 2012

Atrial Septal Defect (ASD)

Atrial Septal Defect (ASD)


Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan antara atrium kanan dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup ( Markum. 1991)
ASD adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. (Sudigdo Sastroasmoro, Kardiologi Anak. 1994)
Kelainan ini dibedakan dalam 3 bentuk anatomis, yaitu
  1. Defek Sinus Venosus Defek ini terletak di bagian superior dan posterior sekat, sangat dekat dengan vena kava superior. Juga dekat dengan salah satu muara vena pulmonalis.
  2. Defek Sekat Sekundum  Defek ini terletak di tengah sekat atrium. Defek ini juga terletak pada foramen ovale.
  3. Defek Sekat Primum  Defek ini terletak dibagian bawah sekat primum, dibagian bawah hanya di batasi oleh sekat ventrikel, dan terjadi karena gagal pertumbuhan sekat primum. Defek sekat primum dikenal dengan ASD I,  Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal dengan ASD II
Anatomi Dan Fisiologi
Aliran pirau kiri ke kanan melewati defect septum atrium mengakibatkan kelebihan beban volume pada atrium kanan ventrikel kana dan sirkulasi pulmonal. Volume pirau dapat dihitung dari curah jantung dan jumlah peningkatan saturasi O2 pada atrium kanan pada stadium awal tekanan dalam sisi kanan jantung tidak meningkatkan dengan berlalunya waktu dapat terjadi perubahan vascular pulmonal. Arah aliran yang melewati pirau dapat terjadi pada hipertensi pulmonal berat.
Etiologi Atrial Septal Defect (ASD)
Penyakit dari penyakit jantung kongentinal ASD ini belum dapat dipastikan banyak kasus mungkin terjadi akibat aksi trotogen yang tidak diketahui dalam trisemester pertama kehamilan saat terjadi perkembangan jantung janin. Sebagian besar cacat jantung konggentinal tidak diwariskan kita kenal dalam embriologi jantung bahwa cidera atau zat yang menimbulkan cacat melakukan kerusakan dalam waktu 5-8 minggu. Pertama kehidupan status, saat struktur kardiovaskuler terbentuk kecuali duktus arteriosis paten yaitu saluran normal untuk status yang harus menututp dalam beberapa hari pertama.
Patofisiologi Atrial Septal Defect (ASD)
Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang pada atrium kanan 5 mmHg)
Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beben pada ventrikel kanan, arteri pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka volume darah yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta.
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Maka tekanan pada alat–alat tersebut naik., dengan adanya kenaikan tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga adanya perbedaan tekanan sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya perbedaan tekanan ini, timbul suatu bising sistolik ( jadi bising sistolik pada ASD merupakan bising dari stenosis relative katup pulmonal ).
Juga pad valvula trikuspidalis ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadistenosis relative katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolic.
Karena adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis, maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmunalis dan akibatnya akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Tapi kejadian ini pada ASD terjadinya sangat lambat ASD I sebagian sama dengan ASD II. Hanya bila ada defek pada katup mitral atau katup trikuspidal, sehingga darah dari ventrikel kiri atau ventrikel kanan mengalir kembali ke atrium kiri dan atrium kanan pada waktu systole. Keadaan ini tidak pernah terjadi pada ASD II.
Prognosis Atrial Septal Defect (ASD)
Biasanya ASD dapat ditoleransi dengan baik pada bayi maupun pada anak. Hanya kadang – kadang pada ASD dengan shunt yang besar menimbulkan gejala – gejala gagal jantung, dan pada keadaan ini perlu dibantu dengan digitalis. Kalau dengan digitalis tidak berhasil perlu dioperasi, untuk ASD dengan shunt yang besar, operasi segera dipikirkan, guna mencegah terjadinya hipertensi pulmonal. Hipertensi pulmonal pada ASD jarang sekali terjadi pada anak. Umur harapan penderita ASD sangat tergantung pada besarnya shunt. Bila shunt kecil dan tekanan darah pada ventrikel kanan normal operasi tedak perlu dilakukan. Pada defek sekat atrium primum lebih sering terjadi gagal jantung dari pada ASD II. Gagal jantung biasanya terjadi pada umum kurang dari 5 tahun. Endokarditis Infektif Sub akut lebih sering terjadi pada ASD I, sedang terjadinya hipertensi pulmonal hampir sama dengan ASD II.
Manifestasi Klinis Atrial Septal Defect (ASD)
  1. Adanya Dispnea
  2. Kecenderungan infeksi pada jalan nafas
  3. Palpitasi
  4. Kardiomegali
  5. atrium dan ventrikel kanan membesar
  6. Diastolik meningkat
  7. Sistolik Rendah
Pemeriksaan Penunjang Atrial Septal Defect (ASD)
  1. Foto Ronsen Dada  Pada defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas normal. Bila defek bermakna mungkin tampak kardiomegali akibat pembesaran jantung kanan. Pembesaran ventrikel ini lebih nyata terlihat pada foto lateral.
  2. Elektrokardiografi  Pada ASD I, gambaran EKG sangat karakterstik dan patognomis, yaitu sumbu jantung frontal selalu kekiri. Sedangkan pada ASD II jarang sekali dengan sumbu Frontal kekiri.
  3. Katerisasi Jantung  Katerisasi jantung dilakukan defek intra pad ekodiograf tidak jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal pada katerisasi jantung terdapat peningkatan saturasi O2 di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan dan kiri bil terjadi penyakit vaskuler paru tekanan arteri pulmonalis, sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan pemberian O2 100% untuk menilai resensibilitas vasakuler paru pada Syndrome ersen menger saturasi O2 di atrium kiri menurun.
  4. Eko kardiogram  Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogrfi dua dimensi dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya defect interatrial pandangan subsifoid yang paling terpercaya prolaps katup netral dan regurgitasi sering tampak pada defect septum atrium yang besar.
  5. Radiologi  Tanda – tanda penting pad foto radiologi thoraks ialah:
  • Corak pembuluh darah bertambah
  • Ventrikel kanan dan atrium kanan membesar
  • Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak denyutan ( pada fluoroskopi) dan disebut sebagai hilam dance.
Komplikasi Atrial Septal Defect (ASD)
Hipertensi Pulmonal
Gagal Jantung
Penatalaksanaan Atrial Septal Defect (ASD)
Operasi harus segera dilakukan bila:
  • Jantung sangat membesar
  • Dyspnoe d’effort yang berat atau sering ada serangan bronchitis.
  • Kenaikan tekanan pada arteri pulmonalis.
Bila pada anak masih dapat dikelola dengan digitalis, biasanya operasi ditunggu sampai anak mencapai umur sekitar 3 tahun.
  • Opersi pada ASD I tanpa masalah katup mitral atau trikuspidal mortalitasnya rendah, operasi dilakukan pada masa bayi.
  • ASD I disertai celah katup mitral dan trikuspidal operasi paling baik dilakukan umur antara 3-4 tahun.
  • Apabila ditemukan tanda – tanda hipertensi pulmonal, operasi dapat dilakukan pada masa bayi untuk mencgah terjadinya penyakit vaskuler pulmonal.
  • Terapi dengan digoksin, furosemid dengan atau tanpa sipironolakton dengan pemantauan elektrolit berkala masih merupakan terapi standar gagal jantung pada bayi dan anak.
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Atrial Septal Defect (ASD)
Pengkajian

  1. Lakukan pengkajian fisik dengan penekanan khusus pada warna, nadi (apical dan perifer). Pernapasan, tekanan darah, serta pemeriksaan dan auskultasi dada.
  2. Dapatkan riwayat kesehatan termasuk bukti penambahan berat badan yang buruk, makan buruk, intoleransi aktivitas, postur tubuh tidak umum, atau infeksi saluran pernapasan yang sering.
  3. Observasi anak terhadap manifestasi penyakit jantung congenital. 

          Bayi:

Ø        Sianosis umum, khususnya membrane mukosa, bibir dan lidah, konjungtiva, area vaskularisasi tinggi.
Ø        Dispnea, khususnya setelah kerja pfisik seperti makan, menangis, mengejan.
Ø        Keletihan
Ø        Pertumbuhan dan perkembangan buruk (gagal tumbuh)
Ø        Serimg mengalami infeksi saluran pernafasan
Ø        Kesulitan makan
Ø        Hipotania
Ø        Keringat berlebihan
Ø        Serangan sinkop seperti Hiperpnea Paroksismal. Serangan anoksia.
Anak yang lebih besar :


Ø        Kerusakan pertumbuhan
Ø        Pembangunan tubuh lemah , sulit
Ø        Keletihan
Ø        Dispnea pad aktivitas
Ø        Ortopnea
Ø        Jari tubuh
Ø        Berjongkok untuk menghilangkan diispnea.
Ø        Sakit kepala
Ø        Epistaksis
Ø        Keletihan kaki.


Diagnosa Keperawatan
  • Risiko tinggi penurunan curah jantung
  • Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
  • Perubahan proses keluarga
  • Risiko tinggi cidera (komplikasi)

ASUHAN KEPERAWATAN VENTRICULAR SEPTAL DEFECT

ASUHAN KEPERAWATAN VENTRICULAR SEPTAL DEFECT

A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
VSD adalah suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita &Suriadi, 2001).
VSD adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Heni dkk, 2001).
VSD adalah kelainan jantung berupa tidak sempurnanya penutupan dinding pemisah antara kedua ventrikel sehingga darah dari ventrikel kiri ke kanan, dan sebaliknya. Umumnya congenital dan merupakan kelainan jantung bawaan yang paling umum ditemukan (Junadi, 1982)
Jadi VSD merupakan kelainan jantung bawaan (kongenital) berupa terdapatnya lubang pada septum interventrikuler yang menyebabkan adanya hubungan aliran darah antara ventrikel kanan dan kiri
2. Penyebab
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan (PJB) yaitu :
1        Faktor prenatal (faktor eksogen)
Ø  Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela
Ø  Ibu alkoholisme
Ø  Umur ibu lebih dari 40 tahun
Ø  Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
Ø  Ibu meminum obat-obatan penenang
2                                Faktor genetic (faktor endogen)
Ø  Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
Ø  Ayah/ibu menderita PJB
Ø  Kelainan kromosom misalnya sindrom down
Ø  Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosus, Tetralogi Fallot.
3. Patofisiologi
Defek septum ventricular ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek ini bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Perubahan fisiologi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningklatkan aliran darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
2.      Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah, dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vascular pulmoner.
3.      Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat, menyebabkan piarau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri, menyebabkan sianosis.
Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi pulmoner. Jika anak asimptomatik, tidak diperlukan pengobatan; tetapi jika timbul gagal jantung kronik atau anak beresiko mengalami perubahan vascular paru atau menunjukkan adanya pirau yang hebat diindikasikan untuk penutupan defek tersebut. Resiko bedah kira-kira 3% dan usia ideal untuk pembedahan adalah 3 sampai 5 tahun.
4. Tanda dan Gejala
Ø   Pada VSD kecil: biasanya tidak ada gejala-gajala. Bising pada VSD tipe ini bukan pansistolik,tapi biasanya berupa bising akhir sistolik tepat sebelum S2.
Ø   Pada VSD sedang: biasanta juga tidak begitu ada gejala-gejala, hanya kadang-kadang penderita mengeluh lekas lelah., sering mendapat infeksi pada paru sehingga sering menderita batuk.
Ø   Pada VSD besar: sering menyebabkan gagal jantung pada umur antara 1-3 bulan, penderita menderita infeksi paru dan radang paru. Kenaikan berat badan lambat. Kadang-kadang anak kelihatan sedikit sianosis
Ø   gejala-gejala pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas cepat, berkeringat banyak dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan pertumbuhan anak akan terganggu dan sering menderita batuk disertai demam.
5. Klasifikasi
Klasifikasi VSD berdasarkan pada lokasi lubang, yaitu:
a.        perimembranous (tipe paling sering, 60%) bila lubang terletak di daerah pars membranaceae septum interventricularis,
b.        subarterial doubly commited, bial lubang terletak di daerah septum infundibuler dan sebagian dari batas defek dibentuk oleh terusan jaringan ikat katup aorta dan katup pulmonal,
c.        muskuler, bial lubang terletak di daerah septum muskularis interventrikularis.
6. Gambaran klinis
Menurut ukurannya VSD dapat dibagi menjadi:
a. VSD kecil
Ø   Biasanya asimptomatik
Ø   Defek kecil 1-5 mm
Ø   Tidak ada gangguan tumbuh kembang
Ø   Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltic yang menjalar ke seluruh tubuh pericardium dan berakhir pada waktu distolik karena terjadi penutupan VSD
Ø   EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas ventrikel kiri
Ø   Radiology: ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit meningkat
Ø   Menutup secara spontan pada umur 3 tahun
Ø   Tidak diperlukan kateterisasi
b. VSD sedang
Ø   Sering terjadi symptom pada bayi
Ø   Sesak napas pada waktu aktivitas terutama waktu minum, memerlukan waktu lebih lama untuk makan dan minum, sering tidak mampu menghabiskan makanan dan minumannya
Ø   Defek 5- 10 mm
Ø   BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
Ø   Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan waktu lama untuk sembuh tetapi umumnya responsive terhadap pengobatan
Ø   Takipneu
Ø   Retraksi bentuk dada normal
Ø   EKG: terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan, tetapi kiri lebih meningkat. Radiology: terdapat pembesaran jantung derajat sedang, conus pulmonalis menonjol, peningkatan vaskularisasi paru dan pemebsaran pembuluh darah di hilus.
c. VSD besar
Ø   Sering timbul gejala pada masa neonatus
Ø   Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu pertama setelah lahir
Ø   Pada minggu ke2 atau 3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal jantung biasanya baru timbul setelah minggu ke 6 dan sering didahului infeksi saluran nafas bagian bawah
Ø   Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan
Ø   Gangguan tumbuh kembang
Ø   EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
Ø   Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang tampak menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan vaskularisasi paru perifer
7. Pemeriksaan fisik
§  VSD kecil
- Palpasi:
Impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba
getaran bising pada SIC III dan IV kiri.
- Auskultasi:
Bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi
jantung II agak keras. Intensitas bising derajat III s/d VI.
§  VSD besar
- Inspeksi:
Pertumbuhan badan jelas terhambat,pucat dan banyak kringat
bercucuran. Ujung-ujung jadi hiperemik. Gejala yang menonjol
ialah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intercostal
dan regio epigastrium.
- Palpasi:
Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada
dinding dada.
- Auskultasi:
Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan
sering diikuti ‘click’ sebagai akibat terbukanya katup pulmonal
dengan kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang
melebar. Bunyi jantung kedua mengeras terutama pada sela iga
II kiri.
8. Pemeriksaan penunjang dan diagnostik
Ø   Kateterisasi jantung menunjukkan adanya hubungan abnormal antar ventrikel
Ø   EKG dan foto toraks menunjukkan hipertropi ventrikel kiri
Ø   Hitung darah lengkap adalah uji prabedah rutin
Ø   Uji masa protrombin ( PT ) dan masa trombboplastin parsial ( PTT ) yang dilakukan sebelum pembedahan dapat mengungkapkan kecenderungan perdarahan
9. Komplikasi
a.              Gagal jantung kronik
b.             Endokarditis infektif
c.              Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar
d.             Penyakit vaskular paru progresif
e.              kerusakan sistem konduksi ventrikel
10. Penatalaksanaan
Ø   Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara spontan. Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis infektif.
Ø   Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil. Bila terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
Ø   Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen: biasanya pada keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi transfusi eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan.
Ø   Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen:operasi paliatif atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri melalui defek.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.             Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktifitas terbatas)
b.            Kaji adanya komplikasi
c.             Riwayat kehamilan
d.            Riwayat perkawinan
e.             Pemeriksaan umum : keadaan umum, berat badan, tanda – tanda vital, jantung dan paru
f.             Kaji aktivitas anak
g.            Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (mur-mur), edema tungkai, hepatomegali.
h.            Kaji adanya tanda hypoxia kronis : clubbing finger
i.              Kaji pola makan, pertambahan berat badan.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre op
1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan anak.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap penyakitnya
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
6.  Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi.
Post op
1. Gangguan rasa nyamam nyeri berhubungan dengan luka post op
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan

3. Rencana Keperawatan
Pre op
NO
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria  hasil
Intervensi keperawatan
rasional
1
Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil
1.      Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung , nadi perifer, warna dan kehangatan kulit
2.      Tegakkan derajat cyanosis (misal : warna membran mukosa derajat finger)
3.      Berikan obat – obat digitalis sesuai order
4.      Berikan obat – obat diuretik sesuai order



1.       memberikan data untuk evaluasi intervensi dan memungkinkan deteksi dini terhadap adanya komplikasi.
2.       mengetahui perkembangan kondisi klien serta menentukan intervensi yang tepat.
3.       obat – obat digitalis memperkuat kontraktilitas otot jantung sehingga cardiak outpun meningkat / sekurang – kurangnya klien bisa beradaptasi dengan keadaannya.
4.       mengurangi timbunan cairan berlebih dalam tubuh sehingga kerja jantung akan lebih ringan.

2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
-       makanan habis 1 porsi.
-       Mencapai BB normal
-       Nafsu makan meningkat.
  1. Hindarkan kegiatan perawatan yang tidak perlu pada klien
  2. Libatkan keluarga dalam pelaksanaan aktifitas klien
  3. Hindarkan kelelahan yang sangat saat makan dengan porsi kecil tapi sering
  4. Pertahankan nutrisi dengan mencegah kekurangan kalium dan natrium, memberikan zat besi.
  5. Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat.
  6. Jangan batasi minum bila anak sering minta minum karena kehausan






  1. menghindari kelelahan pada klien
  2. klien diharapkan lebih termotivasi untuk terus melakukan latihan aktifitas
  3. jika kelelahan dapat diminimalkan maka masukan akan lebih mudah diterima dan nutrisi dapat terpenuhi
  4. peningkatan kebutuhan metabolisme harus dipertahan dengan nutrisi yang cukup baik.
  5. Mengimbangi kebutuhan metabolisme yang meningkat.
  6. anak yang mendapat terapi diuretik akan kehilangan cairan cukup banyak sehingga secara fisiologis akan merasa sangat haus.




3
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri dengan kriteria hasil :
-       pasien mampu melakukan aktivitas mandiri.
  1. Anjurkan klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang ringan.
  2. Bantu klien untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan kemampuan.
  3. Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas



  1. melatih klien agar dapat beradaptasi dan mentoleransi terhadap aktifitasnya.
  2. melatih klien agar dapat toleranan terhadap aktifitas.
  3. mencegah kelelahan berkepanjangan


4
Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap penyakit.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas berkurang dengan kriteria hasil :
-       Pasien tidak bertanya-tanya.
-       Cemas berkurang. Pasien tidak tampak bingung.
  1. Orientasikan klien dengan lingkungan
  2. Ajak keluarga untuk mengurangi cemas klien jika kondisi sudah stabil
  3. Jelaskan keadaan yang fisiologis pada klien post op
  1. Menyesuaikan klien dengan lingkungan sekitar.
  2. Peran keluarga dalam mengatasi cemas pasien sangat penting.
  3. Untuk mempersiapkan klien lebih awal dalam mengenal situasinya.
5
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pertumbuhan dan perkembangan tidak terganggu dengan kriteria hasil :
-       BB dan TB mencapai ideal
  1. Monitor tinggi dan berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama dan didokumentasikan dalam bentuk grafik.
  2. Ijinkan anak untuk sering beristirahat dan hindarkan gangguan pasa saat tidur.
  1. mengetahui perubahan berat badan
  2. tidur dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan anak.

6
Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gangguan pertukaran gas tidak terjadi dengan kriteria hasil :
-       Pertukaran gas tidak terganggu.
-       Pasien tidak sesak.
  1. Berikan respirasi support ( 24 jam post op )
  2. Analisa gas darah
  3. Batasi cairan



  1. Untuk meminimalkan resiko kekurangan oksigen.
  2. Untuk mengetahui adanya hipoksemia dan hiperkapnia.
  3. Untuk meringankan kerja jantung.

Post op
NO
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria  hasil
Intervensi keperawatan
rasional
1
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post op

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil :
-       nyeri dengan skala 0-3
-       pasien tidak tampak meringis.
  1. Periksa sternotomi
  2. Catat lokasi dan lamanya nyeri
  3. Bedakan nyeri insisi dan angina
  4. Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan obat – obat analgetik
1.      Untuk mempermudah status nyeri.
2.      Untuk menilai status nyeri.
3.      Untuk menentukan intervensi yang tepat.
4.      Untuk mengatasi nyeri yang tidak tertangani.
2
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :
-       Tanda-tanda infeksi berkurang
1.         Dorong teknik mencuci tangan dengan baik
2.         Kaji kondisi luka pasien
3.         Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi
1.      Mencegah infeksi nosokomial saat perawatan.
2.      Mengetahui apakah terjadinya tanda-tanda infeksi
3.      Pemberian antibiotik dapat mecegah terjadinya infeksi.


4.      Evaluasi
Pre op :
a.        Curah jantung berada dalam kondisi normal
b.        Kebutuhan nutrisi terpenuhi
c.        Intoleransi aktifitas bisa diatasi
d.       Ansietas bisa diatasi dan pasien bisa releks kembali
e.        Pertumbuhan dan perkembangan tidak terganggu
f.         Tidak terjadi ketidak efektifan pertukaran gas
Post op:
a.                     Tidak ada nyeri
b.                     Tidak terjadi resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia.2006.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:FKUI
Cecily L. Bets, Linda A. Sowden, Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta : EGC, 2002.
Junadi dkk, Kapita SElekta kedokteran, Ed2, Media Aesculapius, FKUI, 1982
http://www.layurveda.com/index.php?option=com_content&view=article&id=21%3Aadmin&catid=7%3Aadmin&Itemid=20&lang=en